11. Teaming Up

470 83 22
                                    

Ghia berteriak kesal pada seseorang yang berada di ujung hubungan ponselnya. "Apa maksudmu kau tidak bisa menemukannya?"

" ... "

"Dengar! Kau itu jago dengan komputer kan. Makanya kamu harus menemukannya. Temukan foto-foto atau bukti apapun atau aku bisa gagal debut jika kau tidak bisa menemukannya. Cari sampai dapat!" teriaknya lalu menutup hubungan teleponnya secara sepihak.

"Sialan," desisnya sambil berjalan menyusuri lorong balkon sekolah yang jarang sekali dilalui orang, karenanya betapa kagetnya Ghia saat mendapati Dylan sedang berdiri sambil menumpukan lengannya ke railing balkon.

"Dy-dylan?"

"Hei. Ada yang bisa kubantu?" tanya Dylan yang kini sudah sepenuhnya berdiri dan menatap Ghia sambil memperlihatkan senyuman manisnya.

"A-apa maksudnya?" Ghia dengan gugup malah balik bertanya.

Dylan tersenyum sambil melakukan gestur orang telepon menggunakan tangan kanannya.

"Oh, yang tadi? Aku menghubungi temanku."

"Kau tahu, Ghe. Orang tidak akan mencari tempat tersembunyi hanya untuk menghubungi seseorang. Biasanya jika hanya tidak ingin diganggu, ia hanya mencari tempat yang agak jauh untuk mencari ketenangan." Dylan menatap Ghia yang sedikit terkejut dengan senang karena berhasil menyudutkan Ghia.

"Kau bisa menceritakannya padaku, Ghe. Aku pasti bisa membantumu."

Ghia menatap Dylan bingung. Gadis itu jadi dilema, apa ia harus menceritakan tentang Miss Lisa yang mengancamnya dengan bukti-bukti postingan jahatnya atau tidak.

¤¤¤

Mr. Blake mengendarai mobilnya ke sebuah rumah sakit, memarkirnya di depan lobby dan melemparkan kuncinya ke salah seorang petugas parkir yang dengan sigap menangkap lalu membawa mobilnya pergi ke tempat parkir sesungguhnya.

Sedangkan Mr. Blake dengan langkah santai ia menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruangan VVIP tempat ayahnya dirawat. Di dalam ruangannya, sudah ada kakak laki-laki tertuanya yang berdiri di samping brankar ayahnya.

"Ayah, kau harus menyerahkan kepemimpinan yayasan padaku. Aku bisa melakukan yang lebih baik darinya," ucapnya sambil menunjuk ke kakak tertuanya.

"Kau, adik nakal. Ayahmu masih hidup dan kau membicarakan warisan?" kesal kakaknya.

"Oh ayolah! Kau juga menginginkannya kan. Aku memiliki team yang kuat dibelakangku. Aku pasti bisa memimpin dengan baik. Lagipula, sebentar lagi Marietta Woman University akan jadi milikku. Universitas yang sangat kau idamkan, ayah. Sebuah pencapaian yang baik untuk yayasan kita, bukan?"

"Tapi belum kan?" tanya ayahnya pelan. "Bekerjalah yang benar sebagai direktur KJY School. Lakukan apa yang kau bisa saja," lanjutnya.

"Apa maksudmu? Aku yang membawa KJY School menjadi sekolah terbaik di kota. Apa susahnya mengakuinya?"

"Ka-kau!" Mr. Artemis Blake terbatuk karena saking kesalnya dengan putra bungsunya. "Jangan lakukan hal yang tidak berguna. Tugasmu di KJY School hanya memastikan kalau peringkat yang memang sudah disematkan ke sekolah itu tidak turun. KJY School menjadi sekolah paling bergengsi di kota bahkan sebelum kau bekerja disana!" teriak Mr. Artemis Blake yang menyebabkan napasnya sedikit sulit.

"Ayah, kau baik-baik saja?" tanya Lloyd Blake, kakak sulung Louis Blake kepada ayahnya yang terlihat berusaha meredakan kekesalannya agar napasnya kembali normal. "Kau! Pulanglah Louis. Kau hanya membuat ayah semakin sakit," serunya kepada adik bungsunya.

"Ya ya ya. Aku akan kembali lagi nanti ketika Marietta Woman University sudah menjadi milikku. Dan saat hari itu tiba, tidak usah ragu lagi untuk memberikan kepemimpinan Yayasan Blake padaku." Louis berdiri dan berjalan meninggalkan ruang rawat ayahnya.

[Completed] Themis - UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang