24. Comrade

340 71 9
                                    

Di sebuah ruangan kelas yang tidak lagi digunakan, Lucky menumpu tubuhnya dengan menggunakan kedua tangannya di atas sebuah meja. Ia terlihat sangat gugup hingga mengguman sendiri sambil mengingat kejadian dimana akhirnya ia mengetahui, kalau ayahnya menuruti kata-kata Mr. Blake karena dirinya.

Akibat dirinya yang menguntit dan mengambil foto Hye Sun secara diam-diamlah yang membuat ayahnya rela berlutut dan mengemis pada Mr. Blake sehingga mau tidak mau menuruti permintaan Mr. Blake.

Lucky rasanya ingin berteriak marah. Ia tidak pernah menyangka, rasa suka dan perbuatannya pada seorang gadis malah mempersulit ayahnya. Tetapi kemudian ia kembali bergumam, "Tenanglah. Pria licik itu sudah bunuh diri. Tidak usah dipikirkan lagi."

"Apa yang kau lakukan?" tanya sebuah suara wanita yang sudah Lucky hafal betul.

"Sedang apa kau? Kenapa kesini? Seharusnya kau sudah kembali bukan?" geram Lucky menatap wanita yang membuatnya kesal, Lalisa. Sedangkan yang ditatap hanya menatap balik tanpa melakukan apapun.

"Tidak bisakah kau mengundurkan diri dari sekolah? Mr. Blake sudah mati kan! Sudah tidak ada yang bisa kau selidiki. Benar kata Dylan, seharusnya sejak awal aku mengungkap siapa dirimu sebenarnya agar kau dipecat!" teriak Lucky marah.

Lalisa melangkah mendekati Lucky, dan meraih wajahnya, memaksa si remaja pria itu untuk memusatkan perhatiannya kepada dirinya. Lucky memang lebih tinggi darinya, namun tidak setinggi adiknya, jadi ia masih mampu meraih wajahnya. Dengan tenang dan penuh keyakinan, Lalisa menatap Lucky di matanya.

"Dengar, bukan ayahmu yang bertemu dengan Hye Sun di belakangmu. Aku memang awalnya mencurigainya karena sikapnya. Tetapi, ternyata ayahmu hanya berhubungan dengan Mr. Blake mengenai kasus-kasus tuntutan terhadap Mr. Blake saja. Dia tidak pernah menggunakan jasa Mr. Blake." Lucky menatap Lalisa bingung.

"Jangan bertanya siapa yang kucurigai sekarang. Coba pikirkan sendiri. Pikirkan dengan tenang. Selama ini, siapa orang yang selalu menghentikan kalian kalau kalian membahas mengenai Hye Sun? Siapa orang yang selalu berusaha untuk tidak membahasnya. Pikirkan baik-baik!" seru Lalisa, melepaskan tangannya dari wajah Lucky. Membiarkannya berpikir sendiri.

Lucky mulai mengingatnya, sekelebatan memori memenuhi kepalanya. Ia mengingat ketika ia membahas tentang Hye Sun di rumah duka dan Dylan menyuruh mereka diam karena tidak sopan bergosip di rumah duka, lalu ketika ia bertengkar dengan Ghia dan nama Hye Sun kembali terungkit, Dylan kembali menyuruh mereka berhenti. Bahkan bukan hanya dua memori itu tetapi masih banyak lagi.

Perlahan, Lucky menatap manik bulat gurunya yang sejak tadi hanya berdiam menunggunya dengan tatapan kalut.

"Kau sudah menyadarinya? Dengar! Dylan bukan hanya sudah memanipulasi dan mempermainkan sesama murid tetapi juga guru-guru. Awalnya aku memang mencurigai ayahmu, karena perbuatannya yang mencurigakan. Namun kini aku memiliki bukti lain yang menyingkirkan ayahmu dari daftar tersangka.

"Hanya saja, walaupun aku memang sudah menemukan bukti yang mengarah pada ayah Dylan, bukti itu tidak akan cukup untuk dibawa ke kejaksaan."

Lucky yang masih dalam keadaan shock setelah mendengar ucapan Lalisa hanya bisa diam dan menatap gurunya itu.

"Hei! Earth to Lucky! Dengarkan aku baik-baik. Aku yakin kalau Dylan tahu jauh lebih banyak mengenai kasus Hye Sun. Temanmu itu mengimpan banyak rahasia dalam dirinya."

Lalisa menatap Lucky yang masih cukup terguncang dengan apa yang ia dengar dan temuannya sendiri, namun ia sudah mulai bisa mengendalikannya sehingga sudah mampu bertanya walau sedikit berbisik, "Lalu apa yang kau inginkan dariku, Miss?"

[Completed] Themis - UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang