Halo!
Selamat membaca kisah selanjutnya :)
Semoga kalian suka^^
****
/ Mew's Point of View /
Baru kali ini aku melihat apartement sekotor dan seberantakan ini.
Pisau tidak ada, dispenser tidak ada, bahkan gelas pun hanya ada satu.
Tak heran jika dia bisa terjatuh di kamar mandi.
Entah kapan terakhir Gulf membersihkan kamar mandinya, yang jelas lantainya sangat licin.
"Gulf!" panggilku.
"Apa kau yakin ingin mengepel lantai? Biarkan aku saja yang lakukan, kau istirahat saja," kataku khawatir ketika melihatnya memegang alat pel.
"It's okay, Phi. Pinggangku sudah tak begitu sakit. Kau teruskan saja mencuci piring, biar aku yang membersihkan lantai," jawabnya.
"Baiklah."
Itu ketiga kalinya aku meminta Gulf untuk istirahat.
Ada rasa tak enak di hatiku.
Aku berniat menjenguknya, memastikannya makan dan beristirahat dengan cukup, tetapi sekarang lihatlah dia sedang mengepel lantai sambil sesekali memegang pinggangnya.
Aku yakin itu karena kata-kataku yang mengomentari kondisi kamarnya.
Seharusnya aku bisa lebih menahan mulutku.
"Gulf..." panggilku merasa ada yang salah dengan apa yang sedang dia lakukan.
"Apa Phi?"
"Kau tak pernah mengepel lantai sebelumnya?"
"Tentu saja pernah," jawabnya penuh percaya diri.
Aku tersenyum mendengar jawabannya yang menurutku tak sejalan dengan apa yang dia lakukan saat ini.
"Saat mengepel lantai seharusnya badanmu bergerak mundur, bukan maju seperti yang tadi kau lakukan, Gulf. Lantainya akan kembali kotor karena kau injak lagi," jelasku.
Gulf hanya tersenyum lebar lalu menuruti apa yang tadi kukatakan.
"Taruh saja, biar aku yang menyelesaikan itu," pintaku kesekian kalinya.
"Tak usah, Phi. Tenanglah, aku baik-baik saja."
"Okay. Jangan memaksakan diri bila pinggangmu terasa sakit lagi."
"Iyaaaa Phiiii," jawabnya lelah dengan omelanku.
Aku melanjutkan bagianku mencuci peralatan makan dan masak yang tadi kami pakai.
Setelah semua peralatan makan dan masak bersih, aku berinisiatif membersihkan kamar mandinya.
Jangan sampai dia terjatuh lagi di kamar mandi.
Betapa terkejut dan paniknya aku ketika Mild mengatakan bahwa Gulf jatuh di kamar mandi.
Belum lagi, nomor teleponnya tak bisa kuhubungi.
Meski sebagian dari hatiku percaya dia baik-baik saja, itu sebabnya aku masih sempat belanja bahan makanan di supermarket, tidak langsung berlari menuju apartementnya.
Entahlah, aku selalu merasa Gulf adalah pribadi yang kuat, baik itu fisiknya maupun psikologinya.
Pekerjaan sebanyak apapun dia bisa selesaikan tepat waktu tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Significant Other | MewGulf Story
Romance"CIUM! CIUM! CIUM!" Mew memelototi Gulf yang kini berdiri tepat di hadapannya, mengancamnya agar tak maju satu langkah pun. "CIUM! CIUM! CIUM!" Teriakan orang-orang semakin keras. "Gulf! Jangan mendekat! Awas saja kau!" ancam Mew masih dengan tatapa...