Haiii!
Selamat membaca Chapter 10 :)
*****
"Ada apa? Mengapa kau senyam-senyum sendiri? Kalau tidak salah saat tadi naik mobil wajahmu masam," goda Mew.
Gulf menoleh ke arah Mew yang ternyata sedang memperhatikannya.
"Tidak ada. Fokus saja ke depan Phi, jangan sampai kau menabrak seseorang," jawab Gulf.
"Sesenang itukah mendapat bunga dariku?" goda Mew lagi.
Bukan tanpa alasan Mew bertanya seperti itu.
Sedari tadi Mew memperhatikan Gulf yang terus mengulas senyum sembari memeluk buket bunga mawar pemberiannya.
"Bolehkah sekali saja aku menepis akal sehatku dan menganggap bahwa alasan senyum manis itu adalah aku?" batin Mew berharap.
"Biasa saja," sanggah Gulf.
Mulut Gulf menyanggah perkataan Mew, tapi tangannya memeluk buket bungat itu semakin erat.
"Lagipula bunga ini bukan kau beli untukku kan? Kau hanya membuangnya padaku," lanjut Gulf seraya melirik ke arah Mew, menantikan jawaban apa yang akan Mew ucapkan.
Ada setitik harap terselip dalam kalimat yang Gulf ucapkan.
"Aku tak pernah salah alamat dalam memberikan sesuatu," sahut Mew penuh keyakinan.
"Aku berbohong. Mungkin saat ini aku sedang memberikan hatiku pada orang yang salah," batin Mew.
Gulf menatap Mew bingung.
Gulf tak berani mengartikan atau mencoba menebak apa arti perkataan Mew.
"Iyaa, iyaa~" kata Gulf tak ambil pusing meski dia tak mengerti apa maksud perkataan Mew.
Perjalanan menuju apartement Gulf sudah menempuh lebih dari setengah perjalanan.
Jika tidak macet, 10 menit lagi sudah sampai.
Jika macet, mungkin bisa 30 menit lagi sampai.
"Sial! Mengapa setelah melewati perempatan tadi, jalan menjadi begitu lengang!? Kemana perginya mobil-mobil yang tadi mengantri panjang!?"
Mew tampak sedikit gusar.
"Phi ada apa? Bensinmu mau habis?" tanya Gulf ketika melihat Mew yang tampak gelisah.
"Gulf, aku lapar. Bagaimana jika kita makan dulu?" ajak Mew tiba-tiba.
"Kau lapar Phi? Ini masih sore. Belum waktunya makan malam," kata Gulf.
Gulf merogoh handphone disakunya.
"Sekarang masih jam 5 sore," sambung Gulf ketika dia lihat jam digital di layar handphonenya.
"Ya, tentu saja aku lapar. Memangnya untuk apa aku mengajakmu makan jika aku masih kenyang?" ujar Mew yang langsung mendapat tatapan curiga dari Gulf.
"Aku ngajak kamu makan memang karena lapar kok. Iya karena lapar. Memangnya ada alasan lain? Tidak."
"Biasa saja dong jawabnya, tak perlu sewot seperti itu," protes Gulf.
"Aku tidak sewot. Pertanyaanmu aneh, orang mengajak makan ya pasti karena dia lapar," sahut Mew tampak lebih tenang.
"Kau yang aneh, tumben sekali mengajakku makan di sore hari. Padahal saat lembur kau tidak pernah makan malam, jika saja tidak aku omeli."
"Hari ini pekerjaanku banyak, jadi tenagaku terkuras habis. Tidak aneh kan kalau perutku sekarang kelaparan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Significant Other | MewGulf Story
Romance"CIUM! CIUM! CIUM!" Mew memelototi Gulf yang kini berdiri tepat di hadapannya, mengancamnya agar tak maju satu langkah pun. "CIUM! CIUM! CIUM!" Teriakan orang-orang semakin keras. "Gulf! Jangan mendekat! Awas saja kau!" ancam Mew masih dengan tatapa...