Haloooo semuanyaaa :)
Selamat membaca kelanjutan kisah ini :)
Semoga kalian suka^^
****
/ Mew's Point of View /
"Biasanya kan selalu ada aku yang mengganggu waktu kalian. Hari ini kalian bisa menghabiskan waktu bersama tanpa khawatir ada yang mengganggu."
Perkataan Gulf terus terngiang-ngiang di kepalaku dan membuatku sangat kesal.
Kusandarkan tubuhku di sofa mencoba menenangkan diriku dan melupakan perkataannya tadi.
"Phi, mengapa kau terlihat sangat gelisah? Bukankah kau baru saja menjenguk Gulf ke apartementnya dan kau bilang dia baik-baik saja."
Suara Mild membuyarkan lamunanku.
Mild masih duduk rapi di kursi milik Gulf, mengerjakan tugas Gulf yang hari ini dia ambil alih.
"Tidak ada apa-apa," jawabku.
"Ceritakan saja, Phi. Kau tak perlu menyembunyikannya."
Aku menghela napas lagi.
"Masih dengan masalah yang sama seperti yang biasanya kau ceritakan?" tanya Mild.
Aku mengangguk lemah.
Perlu kalian tahu, Mild adalah tempatku bercerita selama ini khususnya mengenai perasaanku pada Gulf, dia tahu semuanya.
Aku belum pernah mengatakannya dengan jelas ya?
Ya, kuakui, aku menyukai Gulf.
Tidak, mungkin bukan hanya sekedar suka, lebih dari itu.
Tapi aku juga tak berani menyatakan pada diriku sendiri bahwa aku menyayanginya atau mungkin mencintainya, itu membuatku semakin ingin memilikinya dan semakin berharap dia bisa membalas perasaanku, padahal kutahu dia bukanlah untukku.
Jika orang bilang cinta tak harus memiliki, bagiku itu bullshit.
Saat kau mencintai seseorang, tentu saja kau ingin memilikinya, ingin dia selalu berada di sisimu, ingin dia hanya memikirkanmu, ingin kau selalu menjadi alasan kebahagiaannya.
Aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa perasaanku pada Gulf bukanlah perasaan sayang maupun cinta, melainkan perasaan peduli—yang amat sangat.
Perasaan—yang kusebut—peduli inilah yang membuatku ingin selalu berada disisinya, membantunya ketika dia kesulitan, melakukan apapun agar dia bisa bahagia, meski itu harus dengan melihatnya bersama orang lain.
See? Perasaanku padanya bukan perasaan sayang kan? Aku tak bersikukuh dia harus menjadi milikku, tapi jika dia bisa menjadi milikku, itu akan sangat baik.
Aku rela dia bersama orang lain, jika memang itu membuatnya bahagia.
Hmm, rela? Hm ya. Mungkin.
"Apa dia salah paham lagi tentangku?" tebak Mild seakan mampu membaca pikiranku.
"Tepat sekali. Dia terus saja salah paham mengenai hubunganku denganmu. Dia bahkan berkata bahwa hari ini kesempatan bagi kita untuk berduaan karena dia tak hadir."
"Mungkin dia hanya bercanda, Phi."
"Candaannya kali ini sama sekali tidak lucu, Mild. Maafkan aku dan Gulf yang sering melibatkanmu," kataku menyesal.
"Tidak apa-apa, Phi, tak usah merasa tak enak padaku. Ini hanya masalah ketidakpekaan Gulf saja."
"Tak kentarakah perasaanku padanya selama ini? Mengapa dia tak juga menyadari itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Significant Other | MewGulf Story
Romance"CIUM! CIUM! CIUM!" Mew memelototi Gulf yang kini berdiri tepat di hadapannya, mengancamnya agar tak maju satu langkah pun. "CIUM! CIUM! CIUM!" Teriakan orang-orang semakin keras. "Gulf! Jangan mendekat! Awas saja kau!" ancam Mew masih dengan tatapa...