Candala 6

1.7K 133 12
                                    

"Kenapa?. lo gak bisa apa-apa kan?. Gini aja gak bisa, lo malah sok!" Mario mengintimidasi Marissa hingga mendorong tubuhnya ke dinding. Lalu tiba-tiba saja Mario dengan spontan mencium bibir Marissa hingga gadis itu kaget. Begitu pula orang yang melihatnya.

DEG!

Berdesir darah Marissa karena perlakuan Mario yang tiba-tiba padanya. Jantungnya berdetak keras begitu pun Mario. Mario menatap Marissa dengan tatapan kemenangan karena berhasil membuat Marissa tak berkutik sesaat. Tawa teman-temannya membuatnya congkak. Ia mengakui kemenangannya hanya karena berhasil mencium Marissa.

"Lihat, mana ancaman lo?.Gak terjadi sama gue kan?" kata Mario menatap remeh Marissa. "Lihat, malah dia sepertinya akan menangis" Mario tertawa "Gak ada yang bisa melawan gue. Termasuk cewek dungu ini!" tunjuk Mario pada Marissa yang sudah tidak bisa membendung amarahnya. "Lo kalah" Mario menunjukkan jempolnya kebawah sebelum berbalik meninggalkan Marissa.

Marissa geram dengan tingkah laku Mario. Mario sudah sangat-sangat kelewatan. Sekelebat ingatannya bersama papa dan kakaknya dulu ketika ia berusia delapan tahun. Masa ketika Mama dan Papanya belum bercerai.

"Kamu tidak perlu belajar bela diri, kakakmu akan menjagamu nanti" kata-kata papanya terngiang. Papanya tidak memprediksi bahwa tidak selamanya kakaknya akan ada bersamanya.

"Kakak akan jaga adek, tapi kakak akan ajar adek sedikit syaratnya jangan bilang papa" kakaknya berusia empat tahun diatasnya itu sayangnya tidak benar-benar mengajarinya dengan baik. Karena dua tahun setelah itu orang tua mereka bercerai.

Marissa menatap langkah Mario, Sepatu mahalnya berwarna hitam dengan merek terkenal itu menjadi fokusnya. Ia melangkah mendekati Mario lalu dengan sekali gerakan kaki kanannya kearah sepatu Mario membuat langkahnya oleng.

BRUKKK!!.

Mario jatuh tersungkur ke lantai. Semua kaget, melihat penampakan dimana Marissa yang menangis berdiri di dekat mario yang belum juga bangun dari jatuhnya. Ia mengambil buku Wiwid yang ada sejak tadi disana. Tumpukan buku tebal itu ia hantamkan pada kepala Mario. Tapi Mario sempat membalikkan tubuhnya hingga Marissa menduduki perutnya. Tumpukan buku itu tepat menghantam keras ke wajahnya.

"Akhh!" Erang Mario kesakitan. Ia berusaha menjauhkan buku yang membungkam wajahnya. Sementara Marissa terus menekan buku itu dan meninjunya dengan luapan emosi.

"Kamu bilang saya akan diam dengan perlakuan kamu. Saya tidak takut dengan kamu!" Teriak Marissa terus memukul buku itu ke Wajah Mario. "Kamu fikir saya cewek apaan dengan seenaknya kamu cium didepan teman-teman saya!. Saya tidak takut dengan kamu Mario!. Saya tidak takut!" teriak Marissa menangis. Ia merasakan sakit dikepalanya semakin menjadi karena menangis. Sementara Mario terus mengerang tidak bisa bernafas mencoba menjauhkan tangan Marissa dari buku itu. Teman-teman Mario mulai berang berusaha menolong.

"Jangan membantu kalau kalian gak mau ketua kalian dianggap banci!" kecam Marissa hingga mereka membatalkan niatnya. "Memang seharusnya wajah kamu di hancurin seperti ini!" Kata Marissa memukul buku itu hingga akhirnya berhenti. Ia berhenti menekan buku itu di wajah Mario. Perlahan Marissa berdiri, mencoba mengumpulkan sisa tenaganya setelah terluapkan dengan menghajar Mario. Mario menjauhkan buku itu dari wajahnya. Hidungnya berdarah, ia terbaring lemas menarik nafas panjang.

Marissa berdiri, tapi pijakan kakinya goyah. Tubuhnya lemas dan pandangannya semakin buyar. Tiba-tiba saja ia jatuh menimpa tubuh Mario yang masih terbaring di lantai. Mario kaget. Begitu pula teman-temannya.

"Rissa!" teriak teman-temannya. Tapi tidak berani untuk menolong.

Mario melihat Marissa yang tidak sadarkan diri terbaring di dadanya. Wajahnya basah dan ia tak menyangka bahwa Marissa akan pingsan seperti ini. Ia buru-buru bangun. Menopang tubuh Marissa dan menepuk pipinya untuk memastikan dia benar-benar pingsan atau tidak. Ia mengedar pandangan pada orang-orang di sekeliling mereka. "Bubar!!" perintahnya.

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang