Candala 17

1.4K 139 23
                                    

Mario menemukan kotak kado di atas kasur. Ia membukanya, menemukan kemeja hitam terlipat rapi dan sebuah kartu  ucapan terlipat.

"Semoga kamu jadi orang yang lebih baik lagi. Kamu berhak bahagia dengan cara yang lebih baik. Selamat ulang tahun. ❤️ U"

Tulisan terakhir di sudut bawah kartu itu membuat kening Mario mengernyit. Ia tidak menyangka Marissa memberinya kado dan ucapan seperti ini.

"Mario" Marissa yang baru datang membawa kopi kaget melihat Mario membuka kadonya.

"Apa ini?" tanya Mario memperlihatkan kartu ucapan itu.

Marissa yang melihat ada gambar hati tinta merah di kartu itu menggeleng cepat. Ia meletak gelas kopi di lantai. Lalu mencoba meraih kartu itu. "Ini ada yang salah" ia mendongak melihat Mario mengangkat tinggi kartu itu.

"Love You?" tanya Mario dengan senyum sarkatis. "Apa lo selama ini menyukai_"

"Itu kado untuk Revan!" potong Marissa cepat. Ia memejamkan matanya takut melihat reaksi Mario.

Mario yang baru saja merasa diatas angin karena berpikir Marissa menyukainya terdiam mendengar bahwa kado itu ternyata bukan untuknya. Dia kesal setelah tahu bahwa Marissa menyukai Revan secepat itu.

Marissa mendengar suara sobekan kertas. Ia membuka matanya menyaksikan mario merobek kertas itu hingga kecil. Melemparnya sembarangan. "Norak!"

Gambar hati itu bukan dia yang menulisnya, tapi Rere. Marissa mengambil kemeja hitam itu sebelum ikutan dirobek oleh Mario.

"Kamu tidak perlu merobeknya kalau tidak suka" Marissa memungut sobekan kertas itu sedih. Mario tidak tahu dan tidak pernah mau tahu bagaimana usahanya melakukan itu.

"Dungu banget lo segampang itu jatuh cinta kepadanya. Murahan. Kemarin lo mencari pemerkosa lo untuk minta tanggung jawab. Lalu bilang ingin fokus mengurus bayi dalam kandungan lo, sekarang lo malah kayak abege labil jatuh cinta hanya karena sekali gombalan".

"Setidaknya Revan lebih tulus dimata saya. Salah saya bersikap lebih pada orang yang membuat saya nyaman?". Jawab Marissa membela diri.

Kalimat Marissa membuatnya naik pitam.

"Saya tahu kamu khawatir pada saya".

"Gak!, gue gak peduli lo mau apa!. Gue gak terima sahabat gue memilih hidup dengan perempuan sok suci kayak lo" tuding Mario "Revan berhak mendapatkan wanita yang lebih baik lagi".

"Kalau dia masih ingin bersama saya, kamu mau apa?. Tidak semua hal bisa kamu kendalikan atas kehendak kamu. Saya yang kata kamu murahan, dungu, tidak tahu malu dan hamil tanpa suami ini akan buktikan ke kamu bahwa saya bisa bahagia dengan kondisi saya seperti ini. Masih ada laki-laki di luar sana mau menerima saya. Menghargai saya. Lakukan apa yang kamu mau, saya tidak takut". Marissa menjauhi Mario yang menggeretakkan giginya. Sebenarnya ia takut kalau-kalau Mario berbuat Macam-macam. Terlebih saat ini Mama Yuli dan Rere tidak ada di rumah.

Mario mendekatinya, menarik kemeja hitam itu paksa, tapi di tahan Marissa. Ia menarik kemeja itu hingga terlepas kancingnya. Lalu membuangnya jauh. Kemudian ia menarik Marissa mendorongnya hingga Marissa terbaring ke tempat tidur. "Lo lupa lo ada disini untuk apa?". Mario membuka dua kancing kemejanya. Mengurung Marissa dengan kedua tangannya, tepat diatasnya. "Balas dendam" ucapnya mendekati wajahnya ke telinga Marissa.

Marissa memejamkan mata ketakutan. Sekelebat ia teringat kejadian malam itu. Ia merasa Mario adalah laki-laki itu. Tubuhnya kaku ketika merasakan Mario menggigit bibir bawahnya sekali. Ketika kedua kalinya Mario akan melakukan itu, reflek Marissa mengulum bibirnya.

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang