"Gue ingin miliki lo. Miliki kalian"
"Lakukan sesukamu, saya rela" Marissa mengalungkan kedua lengannya di leher Mario. Lalu entah keberanian dari mana ia mencium laki-laki itu untuk kali pertama. Kesempatan itu, tentu saja tidak dibiarkan Mario begitu saja.
Di antara suara hujan dan angin malam itu, diantara deru nafas mereka yang berlomba, pernyataan cinta Mario terdengar sayu. Tapi Marissa tahu, tanpa diungkapkan, apa yang ia lakukan kini sudah sangat jelas.
Laki-laki itu mencintainya.
"Haah!" Marissa tiba-tiba terbangun ketika gerakan di perutnya terasa lebih aktif. Ia mengelus perutnya pelan tapi terasa ia menyentuh tangan. Ia memejamkan mata sesaat setelah sadar apa yang terjadi sebelumnya. Ada Mario yang sedang memeluknya dari belakang.
"Tunggu dulu, apa??. Kenapa ada Mario??" batin Marissa shock. Ia berbalik menghadap Mario yang tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian. "Ini mimpi kan?" Marissa menjauhi Mario. Tapi tidak lepas tatapannya pada laki-laki itu. Ia mencoba mengingat semua. Begaimana Mario datang, bagaimana laki-laki itu menangis karena Revan meninggal, katanya dan bagaimana ia mengakui perasaannya. Mario menciumnya dan ia menikmati itu. Bahkan ia memberanikan diri untuk memulai. "Tidak.. Tidak, saya melakukan itu karena saya kira hanya mimpi. Iya... Itu tidak mungkin kan??".
Marissa bangun dari tidurnya. Ia melihat celana dan kaos Mario yang lembab tergeletak di lantai. Apa yang ia lihat kini sama persis dengan apa yang ia rasakan didalam mimpi. "Tidak mungkin ini nyata".
Suara ponsel dari arah tumpukan celana Mario mengagetkan Marissa. Ia buru-buru mengambil hape itu dan menekan sembarang agar tidak membangunkan Mario.
"Yo!, lo dimana Yo?".
"Bbu.. bukan Mario" jawab Marissa gugup. Ia takut mereka tahu bahwa ia sudah tidur dengan Mario seperti ini.
"Siapa ini?. Kasih tahu Mario dimana?"
"Saya Marissa" Marissa melirik Mario yang masih tertidur pulas. Ada luka lebam di pangkal lengannya.
"Marissa??. Mario di rumah?"
"Iya, dia sedang tidur. Dia" Marissa tidak tahu apakah ia harus menceritakan kejadian dimana Mario menangis meski ia belum yakin itu nyata atau mimpi.
"Syukurlah" laki-laki diseberang sana menghela napas. "Tolong jaga Mario, ssa. Ini gue Denu. Kalau dia mau ke TKP, larang. Gue tahu kondisinya sekarang sangat gak baik. Urusan Revan biar kami yang urus".
"Revan, benar dia sudah_" Marissa tidak berani melanjutkan kata-katanya.
"Hm" suara Denu terdengar berat. "Kecelakaan mobil ssa, gue.. gue udah kehilangan satu sahabat gue tolong jaga Mario. Jangan biarkan dia bunuh diri atau melakukan hal bodoh. Mereka punya perjanjian untuk sama-sama mati sebelumnya. Lo satu-satunya alasan dia untuk tetap hidup. Tolong, tahan dia beberapa hari saja di rumah bagaimana pun caranya. Diluar sedang gak aman"
"Kalian sedang tidak mengerjai saya kan?".
"Ssa, gue minta maaf untuk semua kejahatan gue. Maafkan Revan, maafkan Mario. Apapun yang terjadi nanti, lo harus tahu, kami menyesal. Terlebih Mario" laki-laki itu memutuskan komunikasi begitu saja.
"Apa yang akan terjadi nanti?" ada sesuatu yang terasa janggal. Tapi Marissa tidak tahu dimana. Yang ia tahu kini perasaannya berbeda setelah kejadian yang ia kira adalah mimpi.
Ia bolak balik memikirkan apa yang terjadi malam itu, jika benar kejadian itu nyata. Jika benar Mario ingin menikahinya, jika benar ia menerima Mario dan berani menciumnya, mau ia taruh dimana mukanya didepan Mario?. Kalau Mario bangun, dia harus apa?. Harus bagaimana?.

KAMU SEDANG MEMBACA
CANDALA
RomanceBerani berbuat, berani bertanggung jawab. Lalu, apakah kau benar-benar berani?. Ego, harga diri, kekuasaan, manusia tidak bisa mengendalikan dirinya hingga ketika masa itu tiba. Candala : // Rendah diri, hina (KBBI) Cover by Rebecca L. ☘️ "Ada apa l...