Candala 14

1.6K 142 23
                                    

Untuk kedua kalinya Marissa memeriksa kandungannya diantar oleh Mario

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk kedua kalinya Marissa memeriksa kandungannya diantar oleh Mario. Dibandingkan dulu, Mario terlihat mulai lebih bersikap baik meski sikap cueknya itu masih sulit lepas dari dirinya.

"Mario"

Mario tidak menjawab. Masih fokus mengemudikan mobilnya.

Marissa agak sungkan. Tapi menurutnya mungkin Mario bisa sedikit dinasehati dan mau menerima karena akhir-akhir ini sudah banyak berubah. "Mengapa kamu selalu bersikap kasar sama mama dan Rere?. Mereka sayang sama kamu. Tapi apa yang kamu tunjukkan pada mereka seolah mereka bukan siapa-siapa kamu"

"Bukan urusan lo"

"Memang bukan urusan saya. Tapi saya ingin kamu lebih menghargai mereka. Apalagi mama. Saya tau Mama Yuli adalah ibu tiri kamu. Tapi tidak bisakah kamu memanggilnya mama?. Bukan anda?. Juga bicara sopan minimal kamu aku. Itu lebih bagus daripada lo gue. Bahasa itu kasar Mario "

Mario kesal di nasehati Marissa. Ia mendadak mengerem mobilnya. Berhenti di tepi jalan.

"Apa hak lo ngurus hidup gue?" katanya marah.

"Saya hanya ingin kamu berubah"

"Lo siapa gue hah?? berani-beraninya lo!" sergah Mario dengan mata nyalang. "Turun"

"Apa?"

"Gue bilang turun!" bentaknya.

Marissa tak percaya Mario menyuruhnya turun di pinggir jalan. Marissa membuka seat belt, lalu perlahan membuka pintu. Saat berdiri, perutnya tiba-tiba terasa ngilu. Mario bukannya peduli malah meninggalkannya begitu saja.

"Nak jangan bertingkah dulu. Kamu tau kita sedang di pinggir jalan". Marissa melambikan tangan mencari taksi. Sambil meringis ia merasa sesekali perutnya nyeri, lalu hilang. Kemudian datang lagi.

Hampir dua puluh menit Marissa berdiri di pinggir jalan. Keringat terasa membasahi pakaiannya. Tidak ada tempat berteduh maupun tempat untuk duduk. Kakinya pegal dan perutnya ngilu.

"Masuk!" mobil Mario berhenti didepannya. Perintahnya langsung di turuti Marissa. Ia tidak peduli kenapa Mario kembali lagi meski sudah meninggalkannya. Ia hanya khawatir karena ngilu di perutnya masih terasa.

Marissa meringis memegang perutnya.

"Kenapa?"

Marissa menggeleng. "Tidak apa-apa. Cuma sesekali agak ngilu"

Mario membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ke klinik. "Bisa berjalan?" tanya Mario.

Marissa mengangguk.

Sementara Mario merasa bersalah karena meninggalkan Marissa di pinggir jalan dan membentaknya.

❤️

"Bagaimana?" tanya Mario diperjalanan pulang.

"Tidak apa-apa katanya" Marissa melirik Mario yang sepertinya sudah sangat jelas sekali mengharamkan menasehatinya.

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang