Candala 15

1.4K 129 20
                                    

Menjelang jam 3 sore Marissa masih dirumah Revan. Menunggunya yang sempat tertidur beberapa Jam sekaligus menunggu Mario yang sudah pergi beberapa jam yang lalu. Entah kemana.

“Mario sebenarnya kemana?” Tanya Marissa sejak tadi bergantian menatap jendela dan Revan yang sedang membaca komik.

“Dia tanding hari ini” jawab Revan pelan.

“Tanding?” Marissa bertanya “Apa?”

“Mobil” Jawab Revan malas.

“Balap liar gitu?. Kalian itu meresahkan masyarakat. Tidak sayang nyawa?”.

Revan menyengir “Kebiasaan lo kambuh. Untung gue bukan Mario. Dia benci orang yang suka sok baik dan menginterupsinya seperti lo”

Marissa duduk di lantai menghadap Revan. “Katanya solidaritas kalian tinggi. Tapi disaat kamu sakit begini dia malah memilih tanding daripada menemani kamu disini. Setidaknya kamu tidak kesepian sendirian disini”.

“Yang dia lakukan wujud solidaritas yang lo bilang. Bagi lo balap liar itu meresahkan masyarakat, mengganggu. Bagi sebagian orang itu jalan untuk bisa bertahan hidup”.

“Maksudnya bagaimana?” tanya Marissa bingung. “Bertahan hidup maksudnya bukan make kan?”

“Ck, lo negatif thingking aja. Emang kalo udah buruk selamanya akan buruk dimata orang” Revan tertawa kecil.

“Maaf, kalau saya salah” Marissa merasa salah karena menilai buruk mereka tanpa tahu kebenaran langsung. Meski pada awalnya ia mengcap buruk Geng Mata Elang, tapi makin kesini ia seperti dapat memaklumi dan melihat sisi lain mereka. Mario yang peduli meski tertutup sikap juteknya, Revan yang punya sisi kelam dan sad boy karena kondisi keluarganya. Kejahatan yang mereka lakukan seperti pelampisan kehidupan buruk yang mereka alami.

“Telepon saja dia”

“Ha?” Marissa menatap Revan yang menunjuk hapenya dengan lirikan mata. “Oh, tidak perlu”.

“Tak apa, siapa tau lo mau segera pulang atau ingin menghilangkan kekhawatiran tentangnya”.

“Kamu bicara apa?”

“Telepon saja, mana tahu dia sudah selesai”.

Marissa mengambil hape Revan. Mencari kontak Mario di hapenya.

“YDK nama kontaknya. Lo gak akan ketemu kalau mencari namanya”

Marissa mengangguk, ia menemukan kontak Mario dengan nama YDK disana, lalu menelponnya. “Tidak diangkat”. Marissa menelpon lagi dan menunggu jawaban Mario dengan tidak sabar. Ia tidak sadar bahwa sejak tadi Revan melihat tingkah lakunya itu.

“Lo suka Mario?”

Marissa menatap Revan mendengar itu. “Kok kamu bilang begitu?”. Tanya Marissa balik.

“Lo kelihatan khawatir padanya”

“Tidak juga. Saya hanya hmm… berterima kasih saja padanya karena telah menolong saya. Meski dia sering menyakiti saya dan membuat saya menangis dengan kata-katanya yang kasar, saya coba tahan. Karena mamanya bilang Mario mulai berubah sedikit demi sedikit sejak ada saya”

“Maksudnya lo membuat dia berubah?”

“Saya tidak tahu. Saya tidak tahu bagaimana dia sebelumnya. Tapi meski bukan saya alasannya, saya juga harus menahan diri karena saya butuh tempat tinggal sementara waktu”.

“Jujur dengan perasaan lo, apa lo gak punya perasaan padanya?”

Marissa menggeleng cepat. “Saya tidak punya perasaan apapun padanya. Satu-satunya orang yang saya_”

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang