Dalam perjalanan ke markas, Mario termenung duduk sendirian di belakang. Entah memikirkan apa. Sementara Revan menyetir mobil asik berbincang dengan Papam, mengabaikannya.
"Mudah banget minta duit dengan nyokap lo Yo. Gak perlu alasan lagi" kata Papam menatap Revan minta dukungan atas pernyataannya.
"Dia bukan nyokab gue" bantah Mario.
"Tapi baru kali ini gue lihat ibu tiri baik kayak gitu. Baik nandingin nyokap gue lah pokoknya. Jauh banget. Gak ada perhatiannya sama sekali. Kerjanya arisan, shopping, clubbing, ngumpul sama brondong" cerita Revan mengenang mamanya. "Gue pulang aja gak ada nyuguhin makanan kayak nyokab tiri lo. Gak ada sayang-sayangnya sama gue"
"Sudah, preman kok sedih" Papam meledek.
"Siapa juga yang sedih?" Bantah Revan. Tapi pandangannya tertuju pada suatu tempat. "Hei lihat itu" tunjuknya ke tepi jalan.
"Apaan?" tanya Papam.
"Cewek di trotoar sana"
"Gak ada ah" Papam memperbaiki duduknya untuk dapat melihat dengan pasat.
"Astaga, jalan sepi gini gak lihat juga. Cewek yang jalan pake daster ungu bawa tas" jelas Revan.
"Oh iya, bukannya itu si cewek dungu?" tanya Papam menatap Revan yang di balas dengan anggukan olehnya. "Tabrak aja mumpung sepi. gak usah kuat-kuat, sekedar jatuh, keguguran, selesai deh masalah" perintah Papam.
Revan setuju, dia mulai mempercepat laju kendaraannya, menatap target dengan senyum sarkatis.
Mario yang sejak tadi melamun kaget karena kecepatan mobil berubah, Ia melihat Marissa yang berdiri di tepi trotoar di bawah pohon yang semakin terasa dekat. "Heh, itu kan cewek dungu"
"Dari tadi juga, lihat nih" Papam tersenyum girang.
Mereka melihat Marissa yang kaget melihat mobil dengan kecepatan tinggi kearahnya. Ia sempat berteriak sebelum akhirnya mobil yang di kendarai Revan menyerempetnya hingga terjatuh di tanah. Mobil mereka berhenti, Papam dan revan bersorak ketika berhasil melihat tubuh Marissa yang tergeletak di tanah tak jauh dari pohon dalam keadaan pingsan.
"Apa yang kalian lakukan?!!" Tariak Mario berbalik melihat Marissa yang tidak bergerak sedikitpun.
"Kita Cuma beri pelajaran padanya, Yo. Udah lah, dia gak bakal mati. Kita Cuma mau dia keguguran biar selesai semua masalah lo" kata Papam.
"Kalian bodoh!" umpat Mario langsung keluar dari mobil. Ia berlari menghampiri Marissa . Ada luka lecet di lutut dan sikunya. Mario menopang tubuh Marissa, menepuk pipinya berusaha menyadarkannya. Tapi Marissa benar-benar pingsan.
Papam dan Revan yang heran dengan tingkah Mario terpaksa membawa mobil kembali ketempat dimana ia menabrak Marissa.
Mario menggendong Marissa, berusaha berdiri sekuat tenaga. "Buka pintu!" perintahnya yang akhirnya membuat Revan turun langsung membukakan pintu, lalu mengambil Tas Marissa yang tertinggal. "Cepat kerumah sakit!"
Papam yang baru saja masuk menoleh kebelakang. Melihat Mario memangku Marissa yang pingsan dengan khawatir.
"Apa lagi???!!"
"Iya.. iya" Revan membawa mobil dengan kecepatan tinggi.
Papam yang sejak tadi diam menatap Mario dan Marissa dari kaca spion. Dia tidak tau apa dipikirkan Mario sehingga dia menyelamatkan Marissa dan reaksi wajahnya yang khawatir seperti itu membuatnya merasa bahwa orang itu bukan Mario yang ia kenal.
"Kenapa lo Pam?" tanya Mario membalas lirikan papam di kaca spion.
"Kenapa lo khawatir banget sama dia?. Dia itu musuh lo Yo!. Lo udah mulai suka sama dia?" tanya Papam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDALA
RomanceBerani berbuat, berani bertanggung jawab. Lalu, apakah kau benar-benar berani?. Ego, harga diri, kekuasaan, manusia tidak bisa mengendalikan dirinya hingga ketika masa itu tiba. Candala : // Rendah diri, hina (KBBI) Cover by Rebecca L. ☘️ "Ada apa l...