Candala 10

1.7K 115 8
                                    

Marissa terbangun, mendadak ia kaget setelah mengingat kejadian semalam. Ia menangis, hingga tertidur di depan pintu. Tapi mengapa ia sudah ada di kasur?. Ia mengedar pandangan ke seluruh kamar dan tidak melihat Mario sama sekali.

"Aku harus pergi dari sini" putusnya langsung mengemas pakaian dalam tasnya. Ia hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Mengganti pakaiannya lalu meninggalkan kamar itu dengan membawa tasnya. Menuruni tangga, ia melihat Mario yang tidur di sofa depan tv. "Dia tidur di sana?" batinnya.

"Loh, Rissa mau kemana?" Mama Yuli yang sedang mempersiapkan sarapan menghampirinya yang menuruni anak tangga.

Marissa melirik Mario yang tidur dalam posisi tengkurap. "Ma, maafkan Rissa. Rissa harus pergi".

"Kenapa?"

"Kenapa mama gak bilang kalau Bang Cio yang di sebut Rere selama ini adalah Mario?"

Mama Yuli langsung menatap Mario yang untuk kali pertama kalinya tidur di Sofa. Ia menarik Marissa ke dapur, menjauhi Mario. "Kamu kenal Mario".

Marissa mengangguk. "Maaf saya tidak bisa tinggal disini Ma"

"Rissa, kami tidak menyembunyikan apapun dari kamu. Rere memang memanggil Mario dengan nama kecilnya, Cio".

"Apapun itu, saya harus pergi. Saya tidak bisa ada disini".

"Kak Rissa mau kemana?" tanya Rere yang baru saja datang melihat Marissa membawa tas.

"Kakak akan pergi Re"

"Nggak, gak boleh!. Kakak gak sayang sama Rere?" Kata Rere memeluk Marissa.

"Kakak gak bisa disini Re. Bang Cio itu orang yang sama dengan orang yang kakak ceritain dulu. Kakak gak mau buat masalah disini"

"Bang Cio gak akan ganggu kakak. Dia gak akan sakiti kakak. Rere gak mau kakak pergi!. Gak mau!" Rere menangis, lalu berlari memasuki kamar.

"Rere" Panggil Marissa mencoba menyusul Rere tapi di tegah oleh mamanya.
"Mama mohon Rissa jangan pergi. Kamu gak kasian dengan Rere yang nangis gak mau pisah dengan kamu. Meski Mario pernah punya masalah dengan kmu, mama yakin dia gak akan begitu lagi disini. Kami semua sayang sama kamu. Kami butuh kamu Rissa" Mama Yuli menarik Rissa menuju teras belakang, semakin menjauhi Mario.

"Rissa, Mama sedang ingin mengubah Mario dan mengambil hatinya. Semua itu hanya bisa dilakukan melalui kamu. Karena kamu, Mario lebih sering dirumah. Meski kamu tidak memiliki hubungan baik sebelumnya dengannya, mama yakin dia gak akan melakukan hal buruk padamu apalagi sampai melakukan sesuatu sama kandungan kamu".

Rissa berpikir, Bagaimana bisa dia mampu mengubah Mario sementara belum sehari dia menyakiti hatinya hingga menangis. Hati Mario itu sudah menjadi batu, tidak mungkin akan berubah baik dalam sekejap apalagi orang yang diharapkan dapat merubahnya adalah dia.

"Mama akan jaga kamu kalau dia macam-macam. Tapi mohon tetap disini. Kamu dibutuhkan dalam keluarga ini. Kamu sudah menjadi bagian dalam keluarga ini"
Marissa ragu, tapi sulit rasanya menolak permintaan Mama Yuli yang sudah sangat baik padanya.

"Marissa"

Marissa mengangguk. "Maafkan saya membuat keributan pagi-pagi" dia bisa apa?. Ketika semua orang menolaknya, hanya keluarga ini yang mau menerimanya. Dia seperti tidak diberi pilihan lain yang lebih baik.

Mama Yuli menggeleng. "Apa Mario masuk kekamar malam tadi?"

"Dia punya kunci kamar satu lagi" Marissa menunduk mengingat bagaimana Mario menghinanya malam tadi.

"Ck, sepertinya kamu harus bawa raket listrik untuk siaga kalau dia tiba-tiba masuk kamar dan ganggu kamu. Tapi mama yakin dia gak akan berbuat jahat padamu".

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang