Candala 12

1.5K 114 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











“Kenapa lo mau aja saat nyokap tiri gue minta ngatarin lo?” tanya Mario. “Lo gak suka sama gue kan?”

“Apa?” Marissa merasa bahwa Mario mulai ingin menyakiti hatinya lagi. "Mario, saya memang menyusahkan kamu. Tapi saya sama sekali gak pernah punya perasaan seperti yang kamu maksud. Saya sudah berkali-kali menolak permintaan mama untuk cek kandungan ke rumah sakit" bantah Rissa.

Mario menyengir, tentu saja tidak semudah itu mengalahkan laki-laki arogan itu dalam hal seperti ini. "Atau jangan-jangan lo sengaja menjebak gue agar anak dalam kandungan lo itu punya ayah".

"Saya sudah tau akhirnya akan seperti ini. Ada niat terselubung dari niat kamu ingin mengantar saya" Marissa menarik nafas. Lagi-lagi ia sakit hati karena pernyataan Mario. "Dengar, saya gak pernah berpikir sama sekali seperti itu. Saya tau keluarga kamu yang telah menyelamatkan saya. Tapi saya tidak pernah punya niat lebih dari apa yang telah kalian beri pada saya" Marissa menarik nafas pelan. Ia ingin terlihat tegar seperti dulu ketika berhadapan dengan Mario tapi kenyataannya tak bisa. Dia tidak tau kenapa lemah seperti ini. Dadanya sesak, kesal tapi hanya bisa meluahkannya dengan menggenggam erat dressnya.

"... Memang saya hamil tanpa suami. Tapi saya gak akan membohongi anak saya dengan ayah palsu yang bukan darah dagingnya. Saya memang hina dimata kamu karena apa yang terjadi pada saya saat ini. Tapi saya gak sehina itu menginginkan kamu jadi ayah dari anak saya. Saya tau diri" Marissa menangis. Untuk kesekian kalinya ia merasa hina karena ucapannya sendiri. Karena ia sadar diri.

Marissa tidak sanggup seperti ini terus menerus. Mario seolah mengingatkannya bahwa ia bukan Marissa yang dulu. Bahwa hidupnya hina karena kejadian itu dan hina karena hamil diluar nikah. Tidak, dia tidak sanggup.

"Turunkan saya disini"

Mario menatap Marissa yang menyelempangkan tasnya. Tapi ia tak mengubrisnya

"Turunkan!. Saya gak mau mengganggu hidup kamu lagi" kata Marissa berurai air mata.

Mario tiba-tiba menepis dan menginjak rem tiba-tiba. Marissa mengusap air matanya, lalu membuka seat belt. Keputusannya tepat untuk jauh dari musuhnya. Baru akan membuka pintu mobil itu kembali melaju dengan kecepatan tinggi hingga membuat Marissa kaget.

Marissa menatap Mario geram. "Kamu ngerti gak bahasa Indonesia hah?!" Marissa memegang perutnya yang mulai terasa nyeri. "Saya bilang turunkan saya Mario!"

"Lo fikir akan mudah lepas dari gue?" Mario menatap Marissa dingin. "Gak akan, gak akan gue biarin lo kabur"

Marissa menangis, dadanya sesak tidak bisa melakukan apa-apa selain diam. Ia menatap trotoar sepanjang jalan untuk mengalihkan wajahnya yang menangis dari Mario.

"Ini demi kamu nak, demi kamu. Mama gak boleh stress. Gak boleh banyak pikiran. Kamu gak boleh kenapa apa karena Mario. Mama harus berpikir sebenarnya Mario baik. Ya, Mario orang baik" batin Marissa mengusap perutnya.

CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang