Mario menuruni tangga sambil memperhatikan istri papanya dan anaknya duduk di sofa depan tv. Ibu dan anak itu menatapi Mario yang wajahnya tidak ada ramah-ramahnya. Wajah garang khas Mario, kata Rere.
"Mau makan nak?" tanya mamanya.
Mario berlalu menuju dapur, kemudian diikuti oleh mamanya. "Re ambil air minum dan piring untuk abangmu" perintah mamanya yang meletak piring lauk dari lemari ke atas meja dimana ario kemudian duduk.
Rere antusias menuruti permintaan Mamanya. Mempersiapkan makan malam abangnya yang sangat jarang sekali ada dirumah. Rere duduk disamping abangnya, memperhatikan saudara tirinya itu dari dekat. Dia bahkan tidak pernah bisa melihatnya sedekat dan sepasat ini sebelumnya.
"Bang, Rere senang banget berkat bang Cio akhirnya Rere ketemu sama kak Rissa. Rere terimaksih banget, seandainya kalau gak ada bang_"
"Bacot, alay" kata Mario ketus hingga membuat Rere terdiam.
"Ii, Rere kan gak alay. Rere Cuma mau makasih aja sama Bang Cio. Rere tu senang banget tauu. Kalau bisa selamanya Kak Rissa disini sama kita"
Mario menatap Rere tajam seolah hendak menelannya hidup-hidup hingga membuat nyali Rere ciut.
"Iya deh maaf" Rere menunduk. "Anu, Rere boleh ke atas gak?. Jagain kak Rissa"
"Nggak!" Tegas Mario.
"Re, jangan ganggu abangmu makan" Mamanya yang duduk di seberang meja dengan mereka menasehati anaknya.
"Iya deh iyaa" Rere berdiri meninggalkan meja makan menuju sofa depan tv dimana ia menonton sebelumnya.
"Mario, Mama harap dengan adanya Marissa disini kamu lebih sering dirumah. Ingat, temani dia cek kandungan setiap bulan. Dokter taunya kamu suaminya kan?"
Mario tetap makan seolah tidak mengubris mamanya.Lalu ketika itu handphonenya berbunyi sehingga ia memutuskan berhenti makan sejenak. "Ada apa?" tanyanya setelah tau Denu menelpon.
"Anak mata elang ada yang berantem"
"Sama siapa?"
"Anak Mata Elang juga. Rebutan cewek. Sudah dilerai juga dari kemarin masih lagi berantem. Gue rasa lo harus turun tangan. Cuma lo yang bisa buat mereka berhenti karena lo yang mereka segani".
"Iya gue kesana" Mario memutuskan komunikasi, dan langsung menyelesaikan makannya yang masih tersisa banyak.
"Kemana nak?"
"Ada urusan" jawabnya meneguk air putih hingga habis.
"Tapi nanti pulang kan?"
"Nggak"
"Kalau nggak biar Rere jagain kak Rissa ya kak?. Rere tidur di kamar kakak gak apa kan?" Rere tiba-tiba saja muncul lagi dengan wajah sumringah.
Mario menatap Rere cukup lama. "Jangan bongkar kamar gue" Katanya mengambil kunci mobil di atas lemari di jejeran foto keluarga. "Awas lo cerita macam-macam dan ember tentang gue" ancamnya pada Rere.
"Siap bang!" Rere girang dan langsung berlari menaiki tangga menuju kamar Mario.
"Tolong jaga dia" pesan Mario sebelum pergi kepada mamanya.
"Hati-hati nak"
@@@
Marissa menarik nafas pelan. Tangannya meraba sprei, lalu perlahan membuka mata setelah merasa ada yang janggal padanya. Aroma di kamar ini mengingatkannya pada sesuatu tapi dia tidak tau apa.
"Ini dimana?" tanyanya memperhatikan kamar besar berwarna kekayuan itu. Isi dalam kamar itu memiliki warna yang senada. Lemari, tempat tidur, sprei. Termasuk kursi di dekat tirai sana. Marissa merasa pemilik kamar ini berhati lembut dilihat dari cara memilih warna, menata kamar, sederhana, simpel tapi memiliki karakter yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDALA
RomanceBerani berbuat, berani bertanggung jawab. Lalu, apakah kau benar-benar berani?. Ego, harga diri, kekuasaan, manusia tidak bisa mengendalikan dirinya hingga ketika masa itu tiba. Candala : // Rendah diri, hina (KBBI) Cover by Rebecca L. ☘️ "Ada apa l...