Raditya Life Story #15

257 14 1
                                    

Zahra baru bisa pulang setelah 2 hari saat dia melahirkan. Sementara bayinya sudah pulang terlebih dahulu, di urus oleh Rina. Opa, Bang Anto dan Zani sudah kembali ke Jogjakarta, ada banyak hal yang harus mereka lakukan di sana. Urusan cafe milik Adit di urus oleh Rama, pegawai yang sangat di percayanya dan cafe milik Alfin kini sudah Alfin ambil sepenuhnya. Kini, fokus Adit hanya pada keluarga kecilnya. Dia ingin menikmati waktu bersama mereka terlebih dahulu, namun bukan berarti juga Adit meninggalkan kewajibannya, dia tetap datang ke kantor, namun tidak setiap hari.

Adit dan Zahra masih tinggal di rumah Rina. Rumah miliknya masih di tempati oleh Alfin dan Eka, mereka berdua akan merencanakan pergi dari sana setelah wisuda nanti. Eka akan kembali ke kotanya dan menjalankan bisnis keluarga di sana, sementara Alfin, dia sudah berencana membeli kembali rumahnya dahulu dan mengajak Kakaknya tinggal bersama setelah pelatihan Kakaknya selesai.

Adit mendorong masuk kursi roda Zahra ke dalam rumah. Rina menyambutnya di sana dengan senyuman. Zahra ingin mengatakan sesuatu, namun belum juga dia berbicara, Rina sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Ada di kamar Bunda, baru aja tidur."

"Dia gak rewel 'kan, Bun?"

Rina menggeleng pelan. "Dia anteng kok, kaya Papahnya."

Adit tersenyum kecil. "Mau lihat dia?" tanya Adit pada Zahra.

Zahra mengangguk antusias. Siapa yang tidak ingin melihat anaknya sendiri. Adit kembaki mendirong kursi roda milik Zahra, pergi menuju kamar Bundanya. Sampai di kamar, Adit dan Zahra sama-sama menatap Putra mereka dari jauh, dengan senyuman tentunya.

"Apa Aa udah punya nama?" tanya Zahra tiba-tiba.

Adit hanya bergumam, masih dengan menatap ke arah bayinya yang sedang tertidur pulas.

"Aku boleh kasih saran?" Adit pergi ke arah depan Zahra.

Menunduk tepat di depan Zahra. "Kenapa harus nanya?"

Zahra terdiam. Bingung juga mau menjawab apa. "Mau kasih nama siapa?"

"Zafran. Aku pengen namanya Zafran. Gak apa-apa 'kan, A?"

Adit terdiam sebentar lalu tersenyum. "Nama yang bagus."

Adit bangkit dari duduknya lalu berpindah tempat duduk menjadi di pinggir ranjang.

"Zafran Akbar Permana," ucapnya sambil menatap Putranya yang baru lahir beberapa hari itu dengan senyuman yang sangat lebar.

Zahra mendorong kirsi rodanya agar mendekat ke arah mereka berdua. Memberikan senyum lebarnya pada Adit. Pertanda setuju.

💌

Adit membaringkan Zahra di tempat tidur. "Jangan cemberut mulu. Benar kata Bunda, lebih baik dia sama Bunda dulu hari ini, kamu baru pulang dari rumah sakit, belum pulih benar. Kalau sudah pulih, baru kamu bisa bawa Zafran."

Zahra mengangguk, tetap dengan wajah cemberutnya. Padahal alasan utama Zahr pulang adalah karena Zafran. Setelah memberikan ASI pertama pada Zafran, Zahra tidak lagi melihatnya. Karena langsung dibawa pulang oleh Bunda.

Melihat wajah Zahra yang masih cemberut, Adit duduk di samping ranjang lalu mengusap kepalanya pelan.

"Aa ngerti kamu kangen dan pengen pulang karena Zafran juga. Tapi Aa mohon, kamu perhatiin juga diri kamu sendiri. Zafran sama Bunda, kok. Bukan orang asing. Bunda juga pasti bakal sangat sayang sama Zafran. Kamu juga masih bisa main sama dia waktu pagi, siang ataupun sore. Tapi kalau malam, biarkan dia sama Bunda aja dulu, agar kamu total juga istirahatnya."

Zahra lagi-lagi hanya mengangguk. Dia mengerti, hanya saja ... ya, Zahra benar-benar ingin bersama Zafran.

"Biar cepat pulih, istirahat sekarang. Udah malam juga. Aa masih ada kerjaan yang harus di cek. Jangan tungguin Aa, mungkin akan sampai malam. "

Raditya Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang