Raditya Life Story #14

263 18 2
                                    

"Kenapa ada di sini?"

Orang itu tergagap, masih dengan tangan yang memegang selimut.

"Za?!"

Zahra tersadar, lalu menyerahkan selimutnya. "Aku cuma mau ngebenerin ini."

Adit menghela nafas pelan. "Aa ngerti kamu khawatir, tapi kenapa sampai turun segala coba?"

Zahra menunduk. "Maaf," cicitnya pelan.

Adit menggeser posisinya dan menarik Zahra agar bisa duduk di sampingnya. Zahra hanya menuruti apa yang dilakukan oleh suaminya itu.

"Jam berapa sekarang?"

"3." 

"Yaudah, tidur lagi aja, masih lama ke subuhnya."

Zahra menggeleng pelan. "Ngak ngantuk. Jalan-jalan?" pintanya pelan.

Adit mengerutkan keningnya. "Di rumah sakit, gak ada jam malam atau pagi. Pasti selalu ramai. Jadi, jalan-jalan, ya?" pinta Zahra lagi, kali ini dengan suara yang tidak sepelan tadi.

Adit menghela nafas pelan. "Yaudah, tunggu di sini dulu. Aa cari kursu roda."

Zahra mengangguk dengan senyumnya. Adit pun bangkit dari duduknya lalu pergi sisi lain ruangan, mengambil kursi roda milik Zahra.

Adit pergi membawa Zahra mengelilingi rumah sakit. Keadaannya benar-benar ramai. Setelah cukup lama membawa jalan-jalan, Adit berhenti di sebuah kantin.

"Kamu mau makan apa?" tanya Adit pada Zahra.

"Hm ... mungkin teh manis saja."

"Nggak makan?"

Zahra menggeleng. "Kan nanti bakal di kasih. Sayang juga kalau nggak di makan. Lagian belum lapar juga, kok."

Adit mengangguk kecil lalu bangkit dari duduknya untuk memesan makanan. Beberapa menit kemudian, Adit telah kembali dengan teh manis dan air mineral biasa yang ada di tangannya.

"Aa nggak makan?"

"Nanti di anterin ke sini, katanya."

Tak lama kemudian, makanan pun datang. Adit langsung menyantap makanannya sementara Zahra fokus pada minumnnya. Suara notifikasi di handphone Adit menghentikan aktivitas keduanya. Adit menunjukkan handphone milknya pada Zahra. Di sana tertera nama Alfin sedang memanggil. Zahra mengangguk kecil lalu Adit mengangkat telepon itu. Tersengar suara salam di seberang sana, Adit menjawabnya dengan salam juga. Setelah beberapa menit kemudian, telepon pun terputus.

"Alfin, dia ngingetin kalau ada rapat hari ini. Tapi Aa masih bingung sih, Za ... pergi atau nggak?"

"Kenapa bingung segala?"

"Nggak tahu, kaya ... ya bingung aja gitu."

"Aa lebih baik pergi aja ... itu 'kan tanggung jawab Aa juga. Kasihan kang Alfin kalau di tinggalin begitu aja. Lagian nanti juga Fira sama Bunda bakal ke sini. Ini 'kan hari libur. Ya, mungkin juga karena hari libur Aa bingung. Biasanya 'kan setiap hari libur, Aa juga selalu ikut libur, baru kali ini aja kerjaan, itupun dadakan."

Adit beepikir mengenai apa yang di katakan oleh Zahra. Kemudian dia mengangguk setuju. "Ya ... bisa jadi sih."

💌

"Kakak!" Suara teriakan Fira di seberang sana otomatis membuat Adit menjauhkan handphone miliknya. Mengusap-ngusap pelan telinganya.

Setelah dengungnya mulai hilang, Adit kembali mendekatkan handphone itu ke telinganya.

"Pelan-pelan, Fir ..." ujarnya lembut.

Raditya Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang