Raditya Life Story #5

330 18 0
                                    

Info : Panggilan Zara diubah jadi Zani, soalnya pas di baca ulang, agak belibet waktu di satuin sama Zahra, tapi Zahra tetap panggil Zani dengan nama Zara.

...

Tak terasa, sudah hampir satu bulan Zahra dan Adit ada di kota Jogjakarta ini. Rencananya 3 hari lagi mereka akan pulang ke Bandung. Namun ternyata rencana itu tidak bisa di realisasikan, baru saja Alfin menelepon Adit kalau ada hal penting yang benar-benar tidak bisa diwakilkan oleh Alfin seperti biasanya. Ya, mau tak mau Adit harus pulang sekarang juga.

Adit sudah mengemas baju miliknya, hanya miliknya. Sengaja, Adit tidak ingin merusak liburan Zahra di sini. Tapi saat kepulangan Zahra, Adit akan kembali balik ke Jogja dan pulang bersama ke Bandung. Buang-buang uang? Mungkin bisa dibilang iya, tapi tak apa. Adit melakukan ini semua demi Zahra. Selama hampir sebulan ini Zahra sudah membuat jadwal bersama dengan Zani, Adit tidak ingin mengacaukan hal itu.

Sekarang, Adit sedang dalam perjalanan menuju rumah Zani. Hingga tak terasa, Adit pun sampai di rumah Zani. Adit turun dari motornya, lalu berjalan ke depan rumah Zani dan mengetuk pintu itu berulang kali.

"Assalamualaikum ..." ucap Adit di sela-sela ketukannya.

Pintu terbuka, menampilkan Zani dengan senyum manisnya.

"Eh ... Kak Radit, waalaikumsalam ... masuk! Masuk!"

Zani mempersilahkan Adit masuk ke dalam dan duduk di sofa yang ada di sana.

"Zara," ucap Adit yang langsung diangguki oleh Zani.

Zani tersenyum manis. "Kebetulan banget kamu datang ke sini, tadi aku sama Zara lagi main make over. Dan Zara yang akhirnya di make over sama aku. Sekarang kamu tunggu dulu di sini, tinggal ganti baju aja sih, nanti kamu kasih nilai ya ..."

Adit hanya mengangguk kecil mendengar penuturan dari Zani. Dari pertama kali bertemu Zani sudah menunjukkan keahlian cerewetnya. Untungnya Adit sudah kebal dengan cerewetnya seseorang. Fira lebih cerewet dari pada Zani.

Zani langsung pergi setelah melihat Adit mengangguk, pergi ke sebuah ruangan yang pastinya itu kamar tidur miliknya. Sementara Adit, dia hanya diam di sana, melihat ke sekeliling rumah ini. Ini kedua kalinya Adit ke sini. Yang pertama, saat mengantar Zara menemui Zani untuk yang pertama kalinya. Setelah di hari itu, tak pernah lagi Adit pergi ke sini. Zahra sering menghabiskan waktu bersama dengan Zani sedangkan Adit, bersama Bang Anto.

Desain rumah yang cukup unik, rumahnya tidak besar tapi tidak juga kecil namun saat masuk ke dalam, kita merasa leluasa di rumah itu. Mungkin karena tatanan perabotan yang tepat, dan kebetulan juga kata Zahra, Zani itu lulusan desain interior. Jadi sudah bisa di tebak, ini semua pasti karya Zani. Sepertinya bagus juga jika Zani di ajak kerjasama dalam mendesain cafe milik Adit dan Alfin yang sedang dalam tahap pengembangan.

'Kalau pun Zani setuju, itu pun akan bagus sekali. Kerjaan yang padat akan memungkinkan Zani untuk tinggal di Bandung selama beberapa waktu, Zahra pasti senang mendengar hal itu. Zahra tidak akan merasa tidak punya teman lagi. Ya, itu ide yang sangat bagus.' batin Adit, entah kenapa tiba-tiba dia bisa memikirkan hal itu.

Tapi mungkin, Adit harus berdiskusi dahulu dengan Alfin, siapa tahu Alfin sudah mempunyai kandidat atau Alfin mempunyai desainnya sendiri, mengingat Alfin termasuk orang yang pandai dalam segala hal. Ya! Adit harus mendiskusikan hal ini dahulu, walaupun Adit yang memiliki kuasa penuh atas apa yang akan di bangun dengan Alfin nanti. Tapi tetap saja, Adit harus meminta izin dari Alfin. Cafe yang akan di bangun nanti rencananya akan Adit hadiahkan pada Alfin, ucapan terima kasih karena telah membantunya dalam masalah kemarin. Alfin belum mengetahui hal ini, yang Alfin tahu hanya Adit meminta bantuannya untuk mengurus cafe saja, tidak ada yang lain.

Raditya Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang