Raditya Life Story #2

454 21 0
                                    

Adit melirik ke arah Zahra yang tertidur lelap di mobil, hampir satu jam perjalanan dari bandara menuju ke sini, sepertinya Zahra kecapean di perjalanan, untungnya sebelum tidur Zahra sudah memberitahukan terlebih dahulu alamat rumah Opanya, sehingga Adit tidak perlu membangunkan Zahra untuk sekadar bertanya alamat.

Alamat rumah Opanya Zahra memang cukup jauh dari kota, masih banyak pohon-pohon yang begitu asri mengelilingi rumah milik Opanya Zahra, malah lebih enak di sebut sebagai villa, karena tempatnya yang benar-benar seperti villa. Opanya hanya tinggal bersama 2 orang perawat yang khusus merawat Opa dan Bang Anto.

Seorang satpam yang melihat sebuah mobik masuk ke pekarangan rumah, bergegas menghampiri mobil itu. Pasalnya, selama ini tidak pernah ada tamu yang datang. Sampai di pinggir mobil, satpam itu mengetuk kaca mobil. Mendengar ketukan, Adit mengalihkan perhatiannya dari Zahra dan membuka kaca mobil.

"Maaf, ada apa ya, Pak?"

Adit membuka seatbeltnya lalu bergegas keluar, tidak sopan kalau mengobrol dengan posisi Adit yang di dalam mobil dan orang lain di luar. Lagi pula Adit tidak ingin membangunkan Zahra.

"Tidak, kami hanya berkunjung."

"Sudah ada janji sebelumnya?"

Adit terdiam, bingung. Memangnya harus membuat janji terlebih dahulu?

"Eh, itu Non Zara ya?" tanya satpam itu sembari menunjuk ke arah belakang Adit. Adit hanya mengangguk kecil.

"Maaf, Pak saya tidak tahu kalau Anda datang bersama Non Zara."

Adit tersenyum kecil, "Tidak apa, saya juga lupa memperkenalkan diri dan ini baru pertama kalinya kami kesini."

Satpam itu mengangguk. "Saya Raditya Permana, bapak boleh panggil saya Radit atau pun Adit. Saya suaminya Zara."

"Oh maaf Tuan, saya tidak tahu."

"Tidak perlu minta maaf, dan panggil saya Radit saja jangan pakai kata 'Tuan' atau pun 'Pak'," pinta Adit.

Satpam itu sedikit ragu dengan permintaan Adit, karena menurutnya sangat tidak sopan jika seorang bawahan hanya memanggil Tuannya dengan sebutan nama saja.

"Saya yang minta seperti itu. Lagian bagi saya, semua orang sama, tidak ada yang berbeda."

Dengan ragu, satpam itu menganggukkan kepalanya.

"Biar saya bawakan barangnya," tawar supir itu yang diangguki oleh Adit.

Adit beralih ke belakang mobil, membuka bagasi. Satpam membawa koper dan satu buah ransel berukuran sedang. Satpam langsung membawanya masuk ke rumah, sementara Adit kembali masuk ke dalam mobil. Saat di mobil, ternyata Zahra sudah bangun, dia tengah mengucek-ngucek matanya. Adit hanya terus memandangi Zahra.

"Udah segar?" tanya Adit sesaat setelah Zahra tak lagi mengucek matanya.

Zahra mengangguk kecil dengan senyum tipis.

"Kita keluar sekarang, tuh Opa kamu sudah nunggu di pintu."

Zahra memutar kepalanya ke depan mendengar pernyataan Adit, ternyata benar, Opanya sudah ada di pintu dengan seorang perawat di belakangnya. Adit keluar lebih dahulu, membawa tongkat Zahra yang masih ada di bagasi, setelah itu pergi ke sisi lain mobil yang di tempati Zahra dan membukanya. Dengan bantuan dari Adit, Zahra sudah keluar dari mobil. Zahra langsung berjalan meninggalkan Adit yang masih menutup pintu bagasi mobil, karena saat mengambil tongkat tadi, belum sempat ditutup.

"Opaaa," sapa Zahra antusias.

Sang perawat mendorong kursi roda milik Opa agar mendekat ke arah Zahra. Opa melirik Zahra dengan perasaan iba, dia sudah mendengar kabar mengenai Zahra.

Raditya Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang