Raditya Life Story #38

160 9 5
                                    

Adit langsung membuka pintu rumahnya di Melbourne yang kini ditempati Fira, dia mempunyai kuncinya. Sepertinya Fira sedang berada di kampus, karena ada jadwal yang harus Fira ikuti. Fira akan pulang ke rumah, sekitar 1 atau 2 jam lagi. Fira sendirilah yang mengirimkan jadwalnya pada Adit agar bisa mengontrol dan berkomunikasi lebih baik.

Setelah pintu terbuka, Adit langsung masuk ke dalam. Tak lupa membawa koper miliknya dan Zani. Adit berhenti di ruang tengah lalu duduk di sofa, sepertinya Fira yang membelinya. Zani pun duduk di sofa lainnya.

"Di sini ada 2 kamar, tapi hanya ada satu kamar yang sudah beres dan memang punya kasur atau bahkan layak untuk di tempati. Kamu tidur dengan Fira di kamar, kasurnya luas kok. Untuk aku sendiri, aku sudah bawa kasur angin yang ukurannya sigle. Fira gak akan kebertan kok."

Zani tersenyum lebar. Lagi-lagi Adit menunjukkan keenganannya.

"Kalau Fira setuju kenapa aku nggak?"

"Baiklah, berarti masalah ini clear, ya?"

Zani mengangguk lagi dengan senyum lebarnya. 'Clear, Mas ... sangat clear,' batin Zani.

"Selama di sini, kamu bebas mau ke mana pun. Melbourne kota favorit kamu, 'kan?"

Zani kembali mengangguk. "Mas tahu?"

"Pasti lah. Gak mungkin gak tahu. Oh ya balik lagi, seperti yang aku bilang tafi, kamu bebas ke mana pun. Masalah biaya, gak usah terlalu di pikirkan."

"Lalu, Mas?"

"Ada beberapa urusan yang harus aku lakukan di sini."

"Bukannya Mas bilang hanya mengunjungi Fira?"

"Urusan tentang Fira."

"Oh."

"Kamar Fira pintu itu. Istirahat, gih. Pasti cape di perjalanan. Tidur sambil duduk lagi."

Zani hanya mengangguk lalu membawa kopernya menuju kamar yang tadi Adit tunjukan.

'Jangan menyerah, Zan ... kamu kuat,' batinnya menguatkan diri sendiri.

Setelah memastikan Zani sudah masuk ke kamar, Adit membaringkan tubuhnya di sofa. Melbourne. Apa yang harus Adit lakukan selama 1 minggu ke depan di sini? Alasan utama Adit ke sini adalah Fira, dia pikir Fira kenapa-kenapa. Tapi setelah mengetahui Fira pergi ke kampus itu tandanya Fira tidak apa-apa, 'kan?

Adit mengeluarkan handphonenya lalu mendial sebuah nomor. Terdengar nada hubung dan tak lama kemudian, telepon pun di angkat.

"Vin, masih di Sydney?" tanya Adit to the point pada Marvin.

Setahu Adit, Marvin sedang dalam perjalanan bisnis ke Sydney. Dan kebetulan dari Melbourne ke Sydney tidak terlalu jauh.

"Masih. Sekitar 10 sampai 14 hari-an lagi. Kenapa? Lo mau gantiin gue?"

Adit terkekeh pelan. "Gue gak terlalu paham, Vin masalah gituan. Terlalu ribet tahu gak."

"Gue pikir juga gitu. Makanya gue ogah ngurusin hal ini. Tapi bokap gue maksa, Dit. Masih untuk ada si Abi."

"Oh ya, gimana sama Abi? Dia juga di sana?"

"Itu yang bikin gue kesel, Dit. Si Abi gak di sini. Bokap bilang harus ada yang urus di sana. Udah 2 minggu-an gue di sini. Ngurusin ini lah, itu lah, rapat di sini lah, di sana lah, bener-bener bikin ribet tau gak!"

"Jadi?"

"Jadi ya gue kesel lah Radit ... lo gak merhatiin dari tadi gue ngomong volume persegi?!"

Raditya Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang