27. Sadar..

187 7 0
                                    

Alkana pun mengendarai kuda besi nya dengan cepat. Didalam hati ia berdoa agar Raisa baik-baik saja. Tak butuh waktu lama, akhirnya Alkana sampai dirumah sakit.

"Maa! Gimana keadaan Raisa?" tanya Alkana pada Mamanya yang sedari tadi menangis.

"Hikss, dia kritis Al!" lirih Lili.

Alkana pun duduk disamping Mama nya seraya menenangkan jiwa dan pikiran Mama nya. Tak berapa lama, keluarlah dokter dan juga perawat dari dalam ruangan Raisa.

"Keluarga pasien?" tanya Dokter. Lili pun mendongak. "Saya dok".

"Pasien sudah melewati masa kritisnya dan kalian bisa menjenguknya" jelas Dokter itu seraya tersenyum hangat.

Seketika Lili tersenyum. "Beneran dok?" Dokter itupun mengangguk. Alkana dan juga Mama nya pun memasuki ruangan tersebut.

Tampaklah seorang gadis cantik yang sedang berbaring diranjang rumah sakit dengan infus ditangannya. Merasakan ada kehadiran seseorang, gadis itupun terbangun dan mengerjapkan kedua matanya.

"Kamu sudah sadar nak?" tanya Lili seraya mengelus puncak kepala Raisa.

Raisa pun memandangi ruangan itu dan beralih memandangi Alkana.

"Aa-al-kaa-naa" liriknya terbata-bata. Alkana yang mendengar Raisa memanggilnya segera mendekat ke arah Raisa.

"Iyaa Sa?" . Raisa pun mencoba untuk mendudukkan diri nya, tapi berulang kali gagal dikarenakan tubuhnya masih lemah.

"Lo mau ngapain? Lo tiduran aja" perintah Alkana.

Raisa menggeleng. "Enggak Al, aku mau duduk. Bantuin aku duduk" ucap Raisa. Dan kemudian Alkana pun membantu Raisa untuk duduk.

"Makasi Al" Alkana pun hanya mengangguk tanpa merubah raut wajah dinginnya.

"Kamu gak sekolah Al?" tanya Raisa.

"Ini udah malem goblok! Ngapain gue sekolah?!" balas Alkana dingin.

Lili pun mumukul lengan Alkana. "Wushh!! Gak boleh gitu Al! Raisa baru sadar, masak kamu udah ngegas aja! Heran Mama sama kamu!".

"Orang dia yang nanya gitu ya aku jawablah Ma. Masih syukur aku jawab, kalau gak dimarahin lagi. Heran aku sama Mama!" balas Alkana.

Raisa pun tersenyum melihat tingkah anak dan ibu di depannya ini. Tidak seperti diri nya yang sekarang, dalam keadaan seperti ini kedua orang tua nya pun tak mengunjunginya ataupun mungkin mereka sudah tak peduli lagi dengan dirinya.

"Raisaa.. Kamu makan dulu ya? Dari kemarin kamu gak makan loh" titah Lili.

Raisa mengangguk. "Aku mau makan asalkan Alkana yang suapin aku" ucap Raisa. Mendengar ucapan Raisa, seketika membuat Alkana mendongak dan beralih menatap mata Raisa penuh harap.

"Kenapa harus gue kalo ada Mama gue?".

"Kenapa harus tante Lili kalo ada kamu?".

"Ck! Capek debat ama lo!" Raisa pun tersenyum. Alkana pun beralih mengambil piring yang berisi makanan rumah sakit dari tangan Lili-Mamanya.

"Aaaaa.. Buka mulut lo" Raisa pun membuka mulutnya dan Alkana pun menyuapi Raisa.

"Hambar rasanya" ucap Raisa di sela-sela ia mengunyah. "Kalo lagi makan, jangan ngomong!" .

"Makasi Al".

⏪⏩

Pagi hari dengan ditemani sinar mentari, seorang gadis cantik tengah duduk di sebuah bangku yang ada di taman itu seraya memandangi ribuan bunga berwarna-warni yang menghiasi taman itu. Dan ia mengibaratkan hidupnya seperti bunga itu. Hidupnya penuh dengan warna-warni tapi tidak dengan nasibnya. Banyak orang yang iri dengannya entah apa yang mereka irikan kepadanya, kenapa semua orang ingin merebut segala warna-warni kehidupannya.

"Heyy lagi apa?" sapa seorang laki-laki yang sudah lama tak ia temui.

"Gak" balas gadis itu.

Laki-laki itupun beranjak pergi yang kemudian memetik bunga satu tangkai bunga matahari. Setelah itu, ia pun kembali dan memberikan bunga itu kepada gadis cantik di depannya ini.

"Buat kamu Al" laki-laki itupun memberikan sepucuk bunga matahari kepada gadis itu. Gadis itupun menerimanya.

"Al.. Kamu tau gak? Filosofi dari bunga matahari?" Alena pun menggeleng.

"Bunga matahari memiliki filosofi yang dapat memikat hati semua orang untuk melihatnya dalam waktu yang lama. Memang, bunga matahari bukanlah bunga yang memiliki kesan romantis seperti bunga mawar atau sejenisnya. Tapi bunga matahari juga gak kalah menarik dari bunga yang kesannya romantis" jelasnya. Alena pun mendengarkan dengan seksama.

"Dan kamu tau juga Al, kenapa aku metik bunga matahari ini untuk kamu dan bukannya aku memetik bunga mawar yang ada disana?" Alena pun kembali menggelengkan kepalanya.

Laki-laki itupun tersenyum. "Karena kamu mampu memikat hati aku dalam waktu yang lama seperti bunga matahari ini" terangnya. "Hehe gak romantis ya? Maaf ya, aku memang cowok yang gak romantis" Alena pun hanya menganggukkan kepalanya dan tetap terdiam.

"Masuk yuk Al? Udah terik banget matahari nya. Nanti kulit kamu hitaman".

Alena pun menaiki kursi rodanya dengan dibantu oleh laki-laki yang tadi bersamanya. Laki-laki itupun mengantarkan Alena sampai ke kamarnya.

" Semoga lo cepet sembuh ya Al. Kalo nanti lo udah sembuh, gue janji akan lebih hati-hati ngejaga lo" batinnya seraya menatap Alena dari ambang pintu.

"I love you..." batin Alena.



Hallo gaess. Welcome back to my cerita xixixi. Maaf klo part ini dikit ya hmm..
Maaf banget ya guys lama gak update, soalnya lgi fokus sekolah juga hehe. Oh iya aku juga mau nge-rekomendasi'in cerita aku yang kedua yang berjudul 'ArsaSanaya'.
Happy reading❤. Ditunggu kisah selanjutnya 🖤🖤

ALKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang