19. Sok gak peduli

139 5 1
                                    

Sepulang dari Cafe, Dani pun segera masuk kedalam rumahnya.

"Darimana aja kamu bang?" tanya Frissila yang masih mengoleskan masker wajah di wajahnya.

"Ketemu temen Ma. Mama udah dari tadi pulang?" tanya Dani basa-basi.

"Iya nih. Yaudah sana gih kamu ke kamar, jangan gangguin Mama pakek masker" Dani pun mengangguk dan segera berlalu.

Saat Dani melewati kamar Alena-adiknya, ia mendengar suara tangisan dari dalam kamar Alena yang ia yakini bahwa Alena sedang menangis. Dengan penuh hati-hati ia membuka pintu kamar Alena, ternyata tidak di kunci. Dani melihat Alena sedang memeluk boneka nya seraya menangis tersedu-sedu, hati Dani pun tersentuh melihat adiknya kacau seperti ini. Dani pun mendekati Alena.

"Aa-aabang?" ucap Alena. Dani pun hanya tersenyum.

"Abang sejak kapan disini?" tanya Alena.

"Baru aja dek" Dani masih tersenyum.

"Lo mau sampai kapan kek gini dek? Nangisin orang yang udah gak peduli lagi ke elo" Alena pun menghapus air matanya. Benar kata abangnya, mengapa kita harus menangisi seseorang yang udah gak peduli lagi ke kita? Sampai kita nangis darah pun, ia tak akan pernah peduli.

"Aa-alenaa gak ikhlas bang putus ama Alkana hikss" Alena pun kembali menangis dengan cepat Dani memeluk Alena.

"Udah dek jangan nangis" Dani pun mengelus rambut Alena.

"Gimana gue mau mastiin ini? Kalo yang dibilang sama Alkana tentang Alena itu gak bener? Alena bukan cewek seperti itu!" Batinnya.

"Bangg..." panggil Alena. Dani pun tak menggubris.

"Ish! ABANGG DANII JELEK!!!" teriak Alena tepat di telinga Dani. Dani pun seketika melepaskan pelukannya.

"Apa-apaan sih lo! Sakit nih kuping gue! Dasar!" pelik Dani seraya memegang telinga nya.

Alena pun menyipitkan matanya. "Ya abang sih tuli!".

"Hm ya maaf. Kenapa?".

"Hmm mana bubur kacang ijo gue tanpa kacang ijo?" tanya Alena.

"Mampus! Gue lupa beli!" pekik nya dalam hati. Dani pun hanya tersenyum kearah Alena.

"Eh? Napa lo senyum-senyum? Sawan lo?".

"Gue lupa beli dek" Alena pun mendengus kesal.

"Udah gue tebak!" Alena pun melipat kedua tangannya didada.

"Maaf deh dek, besok-besok janji tak beliin" Alena pun hanya mengangguk.

"Udah sana lo keluar, gue mau tidur. Besok gue harus sekolah dan lo juga besok kuliah kan?" Dani pun mengangguk.

"Sana lo keluar bang".

"Iyaya bawel deh adek gue yang cengeng ini" Dani pun keluar.

⏪⏩

Alena pun sekolah seperti biasa. Akan tetapi wajahnya saja yang berbeda, matanya pun sedikit sembab karena semalam menangis. Alena pun berjalan menuju kelasnya. Dari arah berlawanan terlihat Alkana yang sedang berjalan bersama-Rena seraya tertawa. Cewek yang dari dulu mengejar-ngejar Alkana. Alena pun menatap mereka dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Dan saat Alena menatap Alkana, Alkana pun sekilas menatapnya dan segera mengalihkan pandangannya. Sakit memang, disaat kita dulu begitu dekat dan saling sapa tapi sekarang? Malah berbalik, kita begitu jauh dan saling membiarkan.

"DORR!!" pekik Erick. Alena pun tak bereaksi.

"Lah? Kenapa kamu gak kaget sih Al?" ucap Erick.

ALKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang