18. Gak mungkin

140 6 0
                                    

Alena pun kembali ke kelasnya dengan wajah yang bisa dibilang memperhatinkan, dengan mata yang sembab dan rambut acak-acakan.

"Eh-eh lo kenapa Al?" tanya Karina panik. Alena pun duduk di kursinya.

Ariel yang melihat Alena seperti itu langsung menghampirinya. "Al lo kenapa? Cerita sama gue. Siapa yang bikin lo kek gini? Biar gue hajar itu orang?!!" gertak Ariel.

"Gak usah Ril, makasi" Alena pun menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya.

"Al.. Lo kenapa sih sebenernya?" tanya Karina lagi. Alena pun menggeleng.

"Al.. Lo gak nganggep gue temen lo ya?" Alena pun menoleh kearah Karina.

"Gue gak bisa cerita disini Rin" Karina pun menghela napasnya.

"Hmm oke". " Sekarang lo gak usah nangis lagi ya? Mukak udah jelek jadi nambah jelek tuh" ledek Karina. Alena pun tersenyum.

Ariel pun memegang tangan Alena. "Al.. Lo gak usah sedih lagi ya? Gue gak suka liat lo nangis, kecantikan lo nanti luntur" Alena pun hanya tersenyum. Ariel pun nampak bahagia.

"Iyuhh, gak usah bikin anak orang baper deh Ril! Jijik gua" Ariel pun mendelik kearah Karina.

"Biarin!".

⏪⏩

Sepulang sekolah, Alena langsung memasuki kamarnya. Ia pun duduk ditepi ranjangnya seraya menatap kearah jendela.

Dulu kita sedekat nadi, sekarang kita sejauh matahari.
Dulu kita saling membahagiakan, tetapi sekarang kita saling berusaha untuk melupakan.

"Alenaaa" panggil Dani dari ambang pintu.

Alena pun menoleh. "Iya bang?".

"Boleh gue masuk?" Alena pun mengangguk.

Dani pun menghampiri Alena dan ikut duduk disamping Alena.

"Lo kenapa? Lo lagi ada masalah?" Alena menggeleng.

"Lo gak usah bohong dek, gue tahu banget sekarang lo pasti ada masalah. Lo bisa kok cerita sama gue" Alena pun mulai meneteskan air matanya, Dani pun menarik Alena kedalam pelukannya.

"Gu-gue putus sama Alkana bang, hiksss" ucap Alena.

"Gu-gue gak tau apa sebenarnya salah gue bang sehingga gue bisa putus ama diaa, hiksss hikss".

"Guu-guee hikss hikss hikss" ucap Alena sesenggukan. "Gue gak ikhlas putus ama dia bang". Dani pun mengusap puncak kepala Alena.

"Dekk.. Dengerin gue ya, semua yang kita miliki gak akan selalu menjadi milik kita. Kadang kala kita harus berusaha untuk mengikhlaskan sesuatu yang sudah bukan milik kita lagi. Ya sama kek Alkana, lo harus berusaha mengikhlaskan dia. Jika memang dia ditakdirkan untuk lo, gue yakin dia bakalan balik lagi ke lo, kalo emang gak ya berarti dia bukan laki-laki yang Tuhan takdirin buat lo" Alena pun melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.

"Udah ya jangan nangis lagi" Dani pun mengusap pipi lembut Alena seraya tersenyum kearahnya.

"Makasi ya bang" Dani pun mengangguk.

"Oh iya Al, gue belum ngerjain tugas kuliah nih. Gue balik ke kamar dulu ya Al?" Alena pun mengangguk. Dani pun keluar dari kamarnya.

Didalam kamar, Dani pun mengambil HP nya diatas kasur dan ia pun terlihat menelpon seseorang.

"Hallo"
"...."
"Iya, ini gue Dani abangnya Alena"
"....."
"Lo Karina kan?"
"....."
"Oke. Lo punya nomornya Alkana gak? Kalo punya kirim ya skrg!"
"....."
"Thank you. Oh iya satu lagi, jangan bilang-bilang sama Alena soal ini".
"....."
Tutt tutt tutt.
Dani pun mematikan sambungan telepon nya.

Klingg!

Karina: 083456xxx ini nmrnya

Oke. Thx

Dani pun segera menge-save nomor itu dan langsung mengechatnya.

Gue mau ktmu lo skrg!
Di Cafe Cemara.

Lo siapa?

Lo gak perlu tau siapa gue! Intinya lo dateng skrg d tmpt yg gue suruh.
Gue gak akan macem2in lo, santuy aj

Sip.

Setelah itu, Dani pun bersiap-siap dan mengambil kunci motornya diatas meja.

Saat ia melewati kamar Alena, Alena tampak keluar dari kamarnya.

Alena pun meneliti Dani dari atas sampai bawah. "Mau kemana bang?" tanya Alena.

"Hmm aa-aanuu Al" jawab Dani gugup.

"Anu apaan?".

Dani pun tampak berpikir. "Hmm, haaa mau ketemu temen abang waktu SMA dulu dek" Alena pun hanya ber ohh ria.

"Yaudah. Hati-hati bang, nanti pulangnya bawain adek bubur kacang ijo ya tapi gak usah isi kacang ijo nya" Dani pun hanya mengangguk.

"Iya, abang pergi dulu ya dek. Jaga rumah oke?" Dani pun mengelus puncak kepala Alena.

Dani pun sampai di Cafe Cemara. Ia pun duduk di meja nomor 25 sembari menunggu kedatangan Alkana.

Dani pun mengetuk-ngetukkan jari nya dimeja sembari menatap ke arah pintu. Selang beberapa menit, Alkana pun datang dan Dani pun melambaikan tangannya.

"Oh jadi lo yang nyuruh gue kesini bang?" Dani pun hanya berdehem.

"Lo udah putus ama adek gue?" tanya Dani to the point.

"Iya bang".

"Kenapa lo putusin adek gue? Bukannya gue mau ikut campur ama urusan kalian, tapi gue kasihan ama adek gue. Pulang-pulang udah semrawut itu anak" ujar Dani. Alkana pun nampak berpikir.

"Apa gue salah mutusin dia karena prilaku nya?" batinnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa putus?" Alkana pun menceritakan semua nya. Dani pun mendengarkan dengan seksama sesekali ia mengerutkan dahi nya dan sesekali ia menggebrak meja karena ia merasa tak yakin akan perbuatan adiknya. Ya, begitulah Dani, terkadang ia bersikap tegas dan terkadang juga bersikap baik bak malaikat.

"Gak mungkin adek gue kek gitu!!" pekik Dani.

"Emang kenyataannya udah gitu bang, gue liat dengan mata kepala gue sendiri!" tegas Alkana.

"Siapa cowo itu?" tanya Dani. Alkana pun menggeleng.

"Ck! Gue gak percaya ama omongan lo! Gue bakalan tanyain semua ini ke Alena langsung".

Alkana pun mengangguk. " Terserah lo bang".

"Gue pergi!" Dani pun beranjak dari meja nya dan keluar dari Cafe untuk kembali ke rumahnya.





Gimana? Makin gak nyambung ya? Hmm maap deh yaa😳

ALKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang