26. Gawat

163 9 2
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi dengan cepat Alkana merapikan semua alat tulisnya.

"Mau kemana lo?" tanya Revo.

"RS" jawabnya singkat.

"Ohh.. Al, tunggu deh" Alkana pun menoleh.

"Gimana? Jadikan kita nyelidiki siapa yang nyelakain Alena?" tanya Revo, seketika Alkana ingat sesuatu.

"Oh iya gue lupa. Tadi gue ngeliat ada truk yang sama persis yang pernah nabrak Alena. Dan gue udah foto truk itu".

"Gue kirim di grup foto itu nanti, sekarang gue harus ke RS" Revo pun mengangguk.

Drtt drtt drtt

Alkana pun mengangkat teleponnya.

"Hallo".
"....."
"APAA!!! Iya saya kesana sekarang tan!"
"....."
"Oke tan"

Alkana pun mematikan teleponnya. Revo yang melihat Alkana panik pun segera bertanya apa yang terjadi.

"Kenapa Al?" tanya Revo.

"Gue harus pergi sekarang!! Gue duluan!" Alkana pun dengan cepat keluar dari kelasnya. Yang dipikirannya sekarang hanyalah keselamatan Alena.

Drtt drtt drtt. Ponsel Alkana pun kembali berbunyi, ia pun berhenti sejenak dan mengangkat teleponnya.

"Halo ma"
"....."
"APAA? Raisa kecelakaan?"
"......"
"Dia dimana sekarang ma?"
"....."
"Okee! sekarang Alkana kesana"

Alkana pun mematikan sambungannya. Dan dengan segera ia mengendarai motornya. Ia bingung harus kemana dulu, menjenguk Alena yang sedang bertaruh nyawa atau menjenguk Raisa? Alkana pun memilih menjenguk Alena terlebih dahulu.

Alkana pun mengegas motornya dengan cepat. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di rumah sakit dan ia pun berlari kedalam rumah sakit.

"Tanteee, gimana keadaan Alena?" tanya Alkana pada Frissila.

"Hiksss.. Aa-lenaa uu-dah gak ada Al,, hikss" ucap Frissila seraya menangis.

"Gak mungkin tante! Ini gak mungkin!! Alena gak mungkin meninggal!" pekik Alkana seraya mencambak rambutnya frustasi.

"Dokter pasti salah periksa! Alena masih hidupkan dokter?! ALENA MASIH HIDUPKAN DOKTER?!!!!" bentak Alena sembari mencengkram erat kerah baju dokter itu.

"Maaf dik, kami sudah melakukan dengan sekuat tenaga. Tapi Tuhan berkata lain, Alena sudah tiada".

Bagaikan disambar petir di siang bolong, Alkana merasakan luka yang dalam. Ia sudah menangis sedari tadi, ia tak menyangka Alena akan seperti ini.

"Saya mau melihat Alena sekarang!" Alkana pun memaksa masuk ke kamar Alena.

"Alenaaaa... Gue ada disini untuk lo, please ya lo bangun sekarang. Jangan buat gue khawatir sama lo, dulu lo janji kan gak bakalan ninggalin gue? Kalo lo sadar, gue janji bakalan beliin lo eskrim yang banyak dan nraktir lo apapun itu asalkan lo seneng. Jadi gue mohon Al, bangun hikss. Alenaaaa..." ujarnya lirih seraya menangis.

"Alenaaa jangan tinggalin gue sendiri. Gue gak mau kehilangan lo Al, gue selalu berharap dan berdoa bahwa lo akan sembuh. Ayo Al bangun" ujarnya.

Tittt tittt tittt. Tiba-tiba terdengar suara dari patient monitor yang menandakan bahwa jantung Alena kembali berdenyut.

Alkana yang mendengar itu pun segera memanggil dokter.

"Ini sebuah keajaiban. Alena kembali sadar" ucap dokter seraya tersenyum.

"Boleh saya lihat anak saya dok?" tanya Rio-papa Alena.

"Boleh pak, silahkan. Akan tetapi jangan ribut" Rio pun mengangguk. Dan segera Revo pun memasuki ruangan Alena.

"Hai putri Papa yang cantik. Kamu cepet sembuh ya, kamu jangan sakit terus. Kamu tau gak nak? Ada cowok yang sering banget kesini ngejengukin kamu, kata Mama dia sering bolos karena ngejenguk kamu kesini. Cowok itu pacar kamu ya nak? Ganteng sih lumayan. Ayo nak bangun, kamu gak kangen ya lihat kita disini? Papa sekarang udah pulang buat nemuin Alena putri kecil Papa. Papa sayang sama kamu Alena" ujar Rio seraya mencium kening Alena lembut. Tak terasa, air mata Rio pun menetes.

⏪⏩

Saat ini Alkana sedang menenangkan pikiran dan jiwa nya. Sekarang ia berada di tempat dimana kisahnya berawal bersama Alena. Ia meneguk secangkir kopi hangat yang menemaninya saat ini sembari menikmati indahnya langit malam yang dihiasi bintang-bintang.

Memang benar, terkadang takdir mempermainkan kita dan takdir tak bisa ditebak. Sama sepertinya, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan mencintai wanita yang tak pernah ia anggap dulu.

Alkana mulai sadar, bahwa hanya Alena lah yang berhasil membuatnya kembali mengenal cinta. Awalnya ia pikir, Alena datang hanya untuk singgah bukan menetap. Lama kelamaan benih-benih cinta mulai tumbuh di kedua nya, awalnya juga ragu tapi akhirnya menyatu. Itulah hebatnya cinta.

"Gimana keadaan Alena Al?" tanya Revo yang baru saja datang.

Alkana terdiam sejenak. "Sudah membaik" jawabnya. Revo pun hanya mengangguk.

"Oh iya Al, anak-anak udah mulai nyari tau siapa dalang dari semua ini" ujar Revo seraya menatap wajah Alkana dari samping.

Alkana menoleh dan menatap manik mata Revo. "Bagus. Segera kasih tau gue kalo udah ketemu pelaku nya".

Drttt drttt drttt. Ponsel Alkana pun berbunyi.

" Hmm ya Ma?"
"....."
"Aku lagi di Cafe"
"APA?!! Keadaan Raisa memburuk? Oke aku akan kesana!"

Tutt tutt tutt.

Revo yang melihat wajah panik Alkana pun seketika bingung.

"Lo kenapa?" tanya Revo.

"Gue harus ke rumah sakit sekarang! Rev, tolong bayarin minuman gue ya! Gue pergi!" selepas mengucapkan itu Alkana langsung meninggalkan Cafe.

"Raisa itu bukannya?" gumam Revo.




Maafkeun kalo masih suka gaje. Baru bljr inii.
Jangan lupa vote⭐+comment+add account WP author❤.
Happy Reading ❤

ALKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang