Twentyfour

5.4K 671 70
                                    

Anza tumbang.

Sudah hampir tiga hari Anza terpaksa bertahan di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas apa pun. Gerakannya terbatas, karena sang Mami akan mengeluarkan taringnya jika Anza sedikit saja beranjak dari tempat tidur. Bahkan hanya untuk sekadar membaca buku fiksi untuk mengusir kebosanan pun tidak diperbolehkan oleh Maminya.

"Mas tahu nggak arti bedrest?" Anza mengingat omelan sang Mami ketika memergokinya membaca buku cerita Putri yang tertinggal di kamarnya.

"Mas cuma baca majalah ringan, Mi," Anza beralasan, tetapi kelihatannya Maminya tidak mau mendengar.

"Mau majalah ringan kek, namanya baca ya baca. Membaca itu pakai mikir. Padahal Mas harusnya istirahat total, nggak boleh banyak berpikir," Maminya kembali mengomel tanpa memberi kesempatan Anza untuk membantah. "Kalau Mas masih bandel, Mami bakal bawa Mas ke rumah sakit sekarang. Biar Mas dirawat di rumah sakit aja!"

Anza mungkin bercita-cita menjadi dokter sejak kecil, tetapi dia tidak menyukai rumah sakit. Aroma desinfektan dan obat di mana-mana, belum lagi dirinya harus diinfus. Jadi, kali itu pun Anza mengalah. Ia harus menaati peraturan Maminya daripada harus dirawat di rumah sakit.

Bunyi pemberitahuan ponsel, menyadarkan Anza dari lamunannya. Untungnya Mami masih berbaik hati dengan tidak menyita ponselnya. Anza mengernyit ketika mendapati sudah banyak pesan masuk di ponselnya.

Karamella
Anza masih sakit?
Anza sakit apa?
Aku boleh jenguk?
😊

Damar
Boy...
Lo bisa sakit juga? 🤔

Riana
Anza dirawat di rumah sakit atau di rumah?
Aku mau jenguk boleh? 🙂

Naila
Kak Anza, rumahnya di mana?

Diandra
Kak Anza katanya sakit
Gimana kondisinya?

Anza mendesah melihat banyaknya pesan masuk yang menanyakan letak rumah dan kondisinya. Terlalu banyak pesan, membuat Anza malas membaca pesan tersebut satu per satu, apalagi membalasnya. Hanya satu pesan masuk yang mendapat perhatian dari Anza.

Elbiana
Aku bantuin Mama bikin sup
Anja mau cobain?
Kalau mau, buka jendela kamarnya dong!

Anza mengernyit membaca pesan Elbi tersebut. Jendela kamarnya memang baru saja ditutup oleh Mami dengan alasan rentan virus masuk. Padahal pagi-pagi sekali Anza sengaja membukanya agar sirkulasi udara di kamarnya baik.

Tok ... tok ... tok ....

Anza terkejut mendengar ketukan di jendelanya. Kedua matanya membelalak mendapati Elbi tengah melambaikan tangan dari balik jendela.

"Kakak Elbi ngapain?" Anza segera memberondong Elbi dengan pertanyaan begitu membuka jendela kamar. Masa bodoh dengan ultimatum Mami yang tidak mengijinkannya bangun dari tempat tidur. "Kakak Elbi kok bisa di sini? Emang Kakak nggak sekolah? Ke sini diantar siapa?"

Elbi cukup terkejut dengan Anza yang lumayan cerewet saat ini. Pemuda yang irit bicara itu bisa menanyakan lebih dari satu pertanyaan padanya tanpa membiarkan Elbi menjawab. Sungguh suatu rekor yang luar biasa. "Ja ... nanyanya nyante aja sih!" Elbi terkekeh pelan, berharap ketengan di wajah Anza dapat mengendur. Nyatanya tidak semuda itu. Si tuan sangat serius ini memang tidak mudah diajak bercanda.

"Kenapa Kakak di sini, bukannya di sekolah?" Anza kembali bertanya.

Elbi tidak langsung menjawab. Gadis itu justru mengangkat sebuah rantang sambil meringis. Dari aromanya yang menguar, Anza bisa menebak kalau itu adalah sup yang dibicarakan Elbi lewat pesannya tadi. "Aku mau nganterin ini," katanya sembari tersenyum lebar. Kepala Elbi melongok ke dalam jendela, membuat Anza refleks memundurkan wajahnya. "Eh, aku boleh masuk nggak? Gatal nih, kakiku ketusuk-tusuk daun."

Something about AnzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang