"Gue suka Anja."
Elbi mengatakannya di pinggir lapangan, ketika Raya dan Luna tengah menyemangati tim basket dari kelas mereka. Sontak Raya dan Luna menoleh, menatap Elbi dengan mulut menganga seolah tidak mempercayai pendengaran mereka.
"Lo bilang apa?" tanya Luna memastikan.
"Gue suka Anja," Elbi mengulangi pengakuannya dengan sangat santai.
"Gila!" Raya menggelengkan kepalanya. "Gue udah menduga bakal berakhir begini. Tapi, kenapa gue tetep kaget denger dari mulut lo langsung."
Luna tidak mempedulikan perkataan Raya, langsung menarik Elbi menjauh dari kerumunan sporter kelas mereka. Raya mengikuti sambil terus menggelengkan kepalanya. "Jadi ..." Luna menatap lurus ke arah Elbi mencari kebenaran dari kedua mata sahabatnya itu. "Kenapa tiba-tiba lo bilang suka Anza?"
Elbi menggaruk kepalanya, lantas mengangkat bahu. "Gue hanya merasa kalian perlu tahu," jawabnya tidak yakin. "Atau sebenarnya gue cuma ingin mengungkapkan kalau gue sayang Anja sama siapa aja selain Anja, karena gue nggak bakal berani mengakui langsung di depan Anja."
"Lo biasa cerita sama Kak Reka," celetuk Raya.
Elbi menggeleng. "Sejujurnya Kakak bukan orang yang selalu gue cari kalau ada masalah percintaan begini," terang Elbi. "Biasanya gue bakal cerita sama Anja. Termasuk saat gue naksir dan jadian sama Erlang pun, Anja yang duluan tahu," lanjutnya. Bukan hanya soal Erlang. Cinta monyet pertama Elbi pun diceritakan pertama kali pada Anza.
"Jadi karena sekarang lo sukanya sama Anza, maka lo nggak bisa cerita sama Anza dan memilih kami untuk membuat pengakuan?" tanya Luna.
Elbi mengangguk. "Rasanya lega bisa mengaku kalau gue suka Anja," ungkapnya sambil melepas senyum.
Luna ikut tersenyum. "Syukurlah pada akhirnya lo bisa menyadari perasaan lo sama Anza," ucap Luna membuat kerutan tercipta di kening Elbi.
"Lo sadar nggak sih? Selama ini kami merasa kalau lo selalu denial menganggap rasa sayang lo sama Anza itu kayak rasa sayang lo sama Binno," Luna menjelaskan untuk menjawab rasa penasaran Elbi.
Dengan cepat Elbi menggeleng. "Gue bener-bener menganggap Anja adik gue yang lucu, apalagi kalau lagi diganggu," dia membantah dengan kedua jari membentuk huruf V. "Seriusan!"
Raya memberi tatapan tak percaya ke arahnya. "Maksudnya perasaan lo baru muncul sekarang?"
Elbi mengangguk. "Setelah gue break sama Erlang, gue suka merasa aneh menghadapi Anja. Dan malem Minggu kemarin gue baru menyadari kalau gue suka sama dia," jelas Elbi tersenyum mengingat memori mengenai acara nontonnya dengan Anza. Memang mereka nonton bersama Binno juga. Tapi bagi Elbi itu merupakan pengalaman menonton yang menyenangkan. Karena selama film diputar, tangannya selalu merasa hangat dalam genggaman Anza.
"Masa sih lo baru suka sekarang?" Raya terlihat tidak terima. "Padahal gue sama Luna yakin banget kalau kalian punya chemistry yang nggak biasa."
Luna mengangguk, menyetujui perkataan Raya. "Lucunya chemistry itu bahkan lebih kuat dari chemistry lo sama Kak Erlang."
Elbi hanya mengangkat bahu untuk menanggapi. "Yah, yang penting kan sekarang perasaan gue hanya untuk Anja."
Raya dan Luna mengangguk bersamaan. "Terus ... apa rencana lo?" tanya Luna penasaran. "Mau menyatakan sama Anja?"
Elbi berpikir sejenak lantas menggeleng pelan. "Nggak. Gue belum bisa."
"Kenapa?" tanya Raya. "Lo bukan penganut 'cowok harus nembak duluan' kan?"
"Nggak." Elbi mendesah pelan. "Yang pertama, Anja nggak pernah suka sama gue sejak kecil. Asal kalian tahu, dia selalu memusuhi gue. Satu-satunya alasan kenapa sampai sekarang dia selalu berada di sekitar gue adalah Kakak. Dia udah janji sama Kakak buat jagain gue," jelas Elbi panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Anza
Fiksi Remaja"Yakin lo cuma nganggep Anza kayak Binno?" Elbi mengangguk tanpa ragu. "Yakin?" Pertanyaan diulang. Elbi mulai memikirkan kembali. Iya. Benar. Benar begitu?