🎹26🎹

1.9K 215 25
                                    

Aku kini duduk di kursi paling belakang kelas. Membicarakan tentang lagu apa yang akan kami nyanyikan nanti di saat dipanggil oleh guru. Tadi kami berdua sudah membahas beberapa lagu lokal yang bisa dinyanyikan secara duet. Tapi rata-rata suara penyanyi perempuannya terlalu tinggi untuk dinyanyikan oleh suaraku yang rendah, Aku memiliki jenis suara alto, jangkauan nada aku juga tak terlalu lebar. Jadi karena itu Kana mencari beberapa referensi lagu lain.

"Kalau ini gimana? Daniel Caesar best part?" tanya Kana.

"Aku bisa, aku hafal lagu ini."

Kana kemudian menyalakan lagu tersebut tanpa vokal. "Coba lo nyanyiin sekarang."

''

You don't know, babe
When you hold me
A

nd kiss me slowly
It's the sweetest thing ....
''

Aku menyanyikan sesuai dengan nada dasarnya. Lagu itu nadanya lebih rendah dan juga lebih bagus dinyanyikan dengan suara falset. Aku menyanyikan bagian suara wanitanya dan kemudian Kana menyanyikan bagiannya.

"
It's the sunrise
And those brown eyes, yes
You're the one that I desire
When we wake up ....
"
Jujur saja suaranya bagus sekali. Aku seolah tersihir dan terpaku menatap Kana, kini yang menyanyikan sambil memejamkan matanya. Kana kemudian membuka matanya dan menginstruksikan disaat kami harus bernyanyi bersama.  Kana bernyanyi Seraya menjentikkan jarinya, bukan hanya suaranya yang bagus tetapi juga caranya untuk menyampaikan lagu tersebut benar-benar luar biasa.

"Ini oke kan?" tanyanya  ketika kami selesai menyanyikan lagu tersebut.

"Oke," jawabku lagi sambil tersenyum.

"Suara falset lo cocok buat lagu ini."

Sejujurnya setelah mendengarkan suara Kana tadi aku jadi sedikit tak percaya diri. Bisa saja nanti saat bernyanyi aku yang mengacaukan semuanya.

"Kana," panggilku.

Ia menoleh, "apa?"

"Gue takut deh. Takut kalau tampilan nanti gue ngerusak penampilan kita berdua. Soalnya, gue emang beberapa kali tampil di depan orang-orang, tapi itu bukan untuk penilaian." Aku mengatakan itu karena ini adalah pertama kalinya aku tampil di depan orang lain, kemudian akan dinilai. Aku memang pernah bernyanyi tapi itu hanya di panggung kampung saat 17-an. Waktu itu mendiang Bapak bangga sekali padaku.

"Anggap aja semua batu. Waktu di depan nanti, lo cukup lihat gue aja. Jangan lihat yang apalagi Pak Bambang. Kalau emang lo ngerasa canggung, oke?"

Aku anggukan kepala. Mungkin itu adalah jalan terbaik untuk tak merasa canggung. Semoga aku tak merusak semuanya.

Tak lama, bel tanda mulai pelajaran pun berbunyi. Semua mahasiswa segera berlari untuk duduk di tempatnya masing-masing. Beruntung aku sudah siap dari tadi di kelas ini. Karena tak butuh waktu lama, untuk Pak Bambang berjalan masuk ke dalam kelas. Lalu seperti biasa ia melakukan basa-basi singkat juga membahas pelajaran sebelumnya. Pembahasan mengenai pertukaran pelajar juga dibahas tetapi tak dijelaskan lebih detail bagaimana cara pemilihan mahasiswa yang akan ikut pada kegiatan tersebut.

"Oke, jadi sesuai dengan apa yang saya kabarkan di grup semalam. Kalau hari ini kelas ini akan ada praktek menyanyi duet. Jadi dipastikan kalian semua sudah dapat pasangan masing-masing ya ya? Karena saya tahu kelas ini, hari ini, mahasiswanya berjumlah genap. Jadi pasti semua sudah dapat pasangannya masing-masing."

Semua terlihat sudah yakin. Dan dari sini aku tahu, kalau memang persaingan di kampus ini benar-benar ketat. Rasanya mereka mungkin sudah bersiap sejak kemarin malam. saling mencari pasangan duet dari aplikasi WhatsApp.  Sementara aku bahkan tak mengikuti grup kampus dan guru.

Si Gembil Kesayangan Pak Dosen // [MYG/BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang