🍓41🍓

1.4K 184 74
                                    

*Yang mau baca lebih dulu bisa ke karyakarsa ya kakak bunda. Aku udah update sampai bab 79 di sana. Terima kasih*

.
.
.

Mas Lala segera menutup pintu, ia segera menghampiri, duduk di hadapanku. Seperti apa yang ia katakan tadi kalau ia meminta aku untuk jadi santap malam. Aku tau apa inginnya, dan jika seperti ini aku juga tak bisa menolak. Mau bagaimanapun aku tetap seorang istri.

Entah sejak kapan bibir kami berdua saling bertaut. Menyesap, mencium dan gigiti dengan lembut. Apa yang ia lakukan mebuat jantung berdebar. Bukan yang pertama kali, tapi  yang ia lakukan selalu saja melenyapkan kesadaranku.

"M-mas," rintihku.

ia tersenyum sambil menelusuri wajahku dengan jari telunjuknya. Tatapan mata yang berbinar dan menunjukan rasa penasaran. Butuh hanya satu detik saja untuk membuat segala yang melekat, jadi berserakan di lantai.

"Boleh Mas coba?" tanyanya.

Aku mengerti apa yang ia inginkan. Hanya saja aku takut sekali, meskipun sudah naik ketingkat ke tiga. Dan dokter juga mengatakan kalau saat itu sudah bisa memulai melakukan hubungan seperti suami istri pada umumnya

"Tapi--"

"Kalau sakit banget, kamu bilang. Nanti kita lakukan kayak  biasanya aja ya?" Suamiku bertanya dengan lembut.

Aku hanya bisa diam sejenak, seraya memikirkan Apakah harus menyetujui keinginannya. Namun, tentu saja akan sulit untuk menolak Mas Lala. Sementara aku juga memiliki rasa penasaran dengan hal yang akan dia lakukan. Yang terjadi kemudian adalah aku yang anggukkan kepala setuju dengan penawarannya.

Senyuman terulas di bibir suamiku. Yang ia lakukan selanjutnya adalah mencium bibirku lagi dan lagi. Dia mencoba memberikan stimulus lebih dalam. Apa yang ia lakukan buat aku makin hilang kesadaran. Mataku memejam, saat sentuhan lembutnya menari lembut nan memabukkan.

Dan ketika hal itu mulai dilakukan, jujur saja rasanya masih sakit. Hanya tak terlalu sakit seperti sebelumnya.  Aku mencengkram bahunya, membuat dia menghentikan kegiatan yang dilakukan.

"Masih sakit banget ya?" Mas Lala bertanya penuh perhatian. Dia juga menghentikan kegiatannya menatapku dengan tatapan berbinar. Antara keinginan ingin melanjutkan atau menyudahi.

"Masih bisa aku tahan Mas. Rasanya mirip-mirip waktu aku ngelakuin dilatasi it's okay."

"Beneran nggak apa-apa? nggak masalah kalau aku lanjut?" Dia bertanya lagi.

"Enggak apa-apa," jawabku.

Ia melakukan kembali kegiatan yang tertunda. Rasanya benar-benar ingin seperti membuat kepalaku pecah. Namun, ini benar-benar tak terlalu sakit. Ketika dia berhasil melakukan itu .., aku merasa sesak, dan ngilu.  bahkan rasa sakit ini membuat air mataku menetes.

"Maaf Yu," ucapnya.

"Okay Mas, okay." Kataku.

Mas Lala beberapa kali meminta maaf atas hal yang dilakukan. Tentu sakit ini akibat perlakuannya, meskipun itu juga adalah haknya. Kini, aku benar-benar sudah menjadi milik Gula Adidinata. Anggap saja aku bodoh karena telah percaya padanya saat ini setelah pertengkaran kami. Ada sedikit rasa sedih dan juga kecewa.  karena aku mau melakukan hubungan ini di saat kami Tengah bertengkar.

Si Gembil Kesayangan Pak Dosen // [MYG/BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang