40🍓🍓

2K 194 36
                                    

Bali tak menyenangkan, aku kira selama berada di sini semua akan menyenangkan. Nyatanya, berada di sini tak terlalu menyenangkan yang aku bayangkan. Pagi ini sama sekali tak ada pembicaraan di antara kami berdua. Jujur saja aku masih sangat malas untuk bicara.

Dan ya, Mas Lala sama juga. Suamiku itu memilih untuk diam, sibuk dengan ponsel miliknya. Bahkan di saat kami sarapan tadi, aku memilih untuk menjauh. Kami sarapan di tempat yang berbeda. Aku bisa melihatnya dari tempat tidur kini tengah duduk menonton televisi.

"Ya nek?" sapanya pada orang dari balik telepon dan bisa dipastikan kalau itu adalah nenek. "Iya ada Ayu." katanya lagi sambil menatapku.

Aku sebenarnya sedikit penasaran. Tapi, tak ingin terlalu terlihat penasaran. Lagi pula, nenek memang sering menghubungi jadi tak heran kalau pagi ini dia menelepon suamiku.

Memilih untuk acih melanjutkan sarapan pagi ini. Menu pagi ini semua adalah pilihan Mas Lala. Beruntung aku bukan orang yang suka pilah-pilih dalam perihal makanan.

"Iya kita pulang."

Aku tak tahu apa yang dibicarakan yang pasti nenek meminta kami berdua untuk pulang. Setelahnya ia berjalan mendekat, dan duduk disamping.

"Kayaknya liburan kita nggak bisa diperpanjang. nenek minta kita pulang, dan dia minta kamu kok untuk rumah besar." Mas Lala memberitahu.

"Nenek sehat-sehat aja kan Mas?" Jujur saja mendengar ini membuatku khawatir dengan keadaan nenek saat ini.

Dia menganggukkan kepala. "Baik-baik aja kok. Cuma memang minta kita untuk pulang aja."

Dan begitulah percakapan di antara kami berdua pagi ini. Yaa, akhirnya aku hanya berdiam diri di hotel sepanjang hari sampai hari ini.  Liburan yang benar-benar berkesan, bukan karena terindah dan menyenangkan. Tetapi karena liburan kali ini terasa seperti sebuah penyesalan. Seharusnya aku tak mengikuti keinginan untuk berlibur, jika akhirnya hanya seperti ini.

Bukan, bukan aku tak mensyukuri. Namun, kekecewaan ini terjadi karena ekspektasiku sendiri. Seharusnya dari awal aku tak terlalu banyak membayangkan liburan yang menyenangkan, romantis, dan juga akan menjadi liburan yang hangat untuk kami berdua.

Kami segera melakukan perjalanan pulang setelah mendapatkan tiket. Setelah tiba di Jakarta pun segera menuju rumah nenek. Aku disambut, kemudian nenek mengajakku berjalan menuju ruang makan. Ini memang sudah jam makan malam, hanya saja yang berbeda adalah aku bisa melihat kecemasan dari tatapan mata nenek.

"Gimana di Bali? nyenengin atau enggak?" Nenek bertanya sambil menepuk-nepuk punggung tanganku.

"Seneng kok Nek. Cuma, emang nggak bisa ke mana-mana Soalnya di sana hujan." Aku jelas tak bisa menjelaskan bagaimana menyebalkannya saat berada di Bali. Kisah itu hanya akan berhenti di dalam pikiranku saja dan tak akan kuberitahu siapapun akan hal itu.

"Sayang banget nggak bisa ke mana-mana. Kamu sama Adi nggak apa-apa kan di sana?"

Jujur saja pertanyaan seperti ini membuatku menjadi curiga. Kenapa nenek menjadi terlalu khawatir seperti ini? Padahal aku pergi ke Bali bersama suamiku sendiri. Dia sangat cemas, dan aku bisa merasakan itu.

"Kenapa nenek tanya kayak gitu? Aku kan pergi sama Mas Lala yang jelas suamiku sendiri. Mas Lala jagain aku Nek."

Dan lagi-lagi aku hanya bisa mengatakan sebuah kebohongan. Aku tak tahu apa alasannya, tapi suatu saat aku akan segera mengetahuinya. Alasan mengapa suamiku meninggalkanku malam itu, dan juga alasan mengapa nenek terlalu cemas seperti ini.

Si Gembil Kesayangan Pak Dosen // [MYG/BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang