🎹9. Tidur bersama?🎹

3.6K 333 39
                                    

Setelah makan malam, aku kini berada di depan televisi menemani suamiku. Kami menyaksikan acara yang tengah ia tonton kini. Mas Lala  suka menonton mengenai sejarah dunia. Sebenarnya terlihat menarik sekali hanya saja Aku benar-benar mengantuk. Sesekali aku menguap lalu berusaha mengejar membuka kedua mataku lebar-lebar. Hanya saja sepertinya itu tak membuahkan hasil apapun

"Tidur di kamar sana." Mas Lala memerintahkan tanpa menatap ke arahku.

"Nanti mas nonton TV sendirian." Aku menjawab selalu menyandarkan kepalaku ke sofa.

Aku bisa melihatnya melirik ke arahku kemudian tersenyum. "Lagian kalau saya sendiri kenapa? Udah biasa kok nonton sendirian. Kamu tidur aja sana."

Aku anggukan kepala karena memang merasa ngantuk sekali. Aku segera berjalan menuju kamar, jalan masuk dan merebahkan diri. Ingin menemani Mas Lala Bukan tanpa alasan, dulu bapak tak suka nonton televisi sendirian. Biasanya aku akan menemani sampai tertidur.

Setelah beberapa menit aku merebahkan diri di tempat tidur,  kemudian aku tidur. .ataku tak bisa lagi bertahan untuk tetap terjaga.

Pagi ini aku membuka mata, merasakan seseorang memeluk. Aku terkejut karena melihat wajah Mas Lala tepat di depan wajahku. Bulu mata yang panjang meski lurus ke bawah, kulit putih yang mulus. Kenapa suamiku ini bisa ganteng banget?

Aku berusaha lepaskan tangannya dari pinggulku. Saat ini bahkan kuputuskan menahan napas karena takut membuatnya terbangun. Namun, bukannya semakin terlepas, pelukan pada pinggulku semakin ia eratkan. Bagaimana ini? Sementara dadaku berdebar kencang sekali, ini pertama kalinya terjadi dalam hidupku. Tidur bersama laki-laki.

Perlahan kembali ku longgarkan rengkuhan tangan Mas Lala dan ini sulit, Mas Lala kenapa kuat sekali? Aku menatap pada tangannya, berusaha melepaskan jari jemarinya dari tshirt yang aku kenakan. Saat aku kembali menatap wajahnya, ia sudah membuka matanya tanpa melonggarkan cengkaraman tangannya.

"Morning," sapanya dengan deep voice yang buat aku merinding, sial!

"Mas, maaf lepasin bisa?" pintaku. Jujur saja apanya lakukan membuatku gugup.

Tak melepaskan, ia sengaja cengkram semakin kuat dan pakasa tubuhku mendekat. Mas Lala gelengkan kepala. "Tidur lagi masih pagi banget." Ia berkata kemudian memejamkan matanya dan mengeratkan pelukan pada selimut.

"Udah jam lima mas?"

"Tidur sejam lagi ya? Okey?" katanya tanpa membuka mata.

Aku coba memejamkan mata sambil menjauhkan wajah dengan susa payah. Jarak kami berdua terlalu dekat dan aku seolah kehabisan oksigen. Aku bisa memperhatikan seluruh bagian dari wajahnya. Menurutku Mas Gula itu seperti namanya, manis. Memiliki rahang yang sedang,  namun pipinya terlihat tembem dan menggemaskan. matanya sipit dan bulu matanya panjang Meskipun tidak lentik. Yang paling aku sukai dari semua bagian tubuhnya adalah senyum dan susunan giginya yang nampak seperti anak kucing yang manis.

Aku bisa mendengar napasnya yang beraturan, Mas Lala sudah tertidur. Dan tangannya masih belum lepas juga dari tubuhku. Perlahan menjauhkan diri perlahan dan akhirnya bisa lepas juga dari pelukan Mas Lala.

Berjalan ke luar kamar kemudian menuju dapur dan memilih untuk mempersiapkan sarapan. Aku sudah bisa menyalakan kompor semua karena melihat video dari internet. Memasak yang mudah saja, ada sayuran yang akan aku tumis dari kulkas, Lalu ada juga Frozen Ada nugget dan sosis yang akan aku goreng, juga Aku sengaja mau masak nasi yang akan aku buat nasi goreng.

Tak butuh waktu lama untuk semua masakan itu tersedia di meja.  Suamiku terbangun tempat saat masakan sudah matang dan tersaji semua di atas meja. Mas Lala terlihat sudah mandi dan berganti pakaian.

"Kenapa kamu bukannya tidur malah masak kayak gini?"

"Aku kan pengen bikin sarapan buat kamu Mas. Lagian, hari ini mau kerja lagi kan? Supaya kamu nanti pas kerja, bisa semangat karena perutnya udah kenyang." Aku mengatakan itu dan mas Lala menganggukkan kepalanya.

Mas Lala menatapku entah apa arti tatapannya. "Ya udah ayo kita makan dulu."

Aku berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan dengan suamiku itu. "Mas Lala kalau pagi suka minum apa?"

Mendapat pertanyaan membuat ia menatap ke arahku. "Saya ada mesin pembuat kopi. Gimana kalau nanti setelah sarapan aku ajarin? Jadi kalau saya mau, bisa minta tolong ke kamu?"

Rasanya senang ketika mendapatkan permintaan seperti ini. Setidaknya masalah menganggap diriku ada. Sejujurnya sampai saat ini semua masih terasa begitu mimpi. Namun aku tentu saja harus kembali pada realita, dan menyadari bahwa Ini semua adalah kenyataan yang harus aku lalui.

"Nanti akan ada orang butik yang datang di sini dan bawain kamu seragam kampus kita." 

"Datang ke sini?"

Ia menganggukkan kepalanya sambil menyantap nasi goreng. "Mereka mau nganterin seragam aja. Kemudian langsung pulang, lagi pula saya udah minta untuk buat ukuran kamu kok."

Aku angguhkan kepala. Sepertinya, mas Lala memang sudah tahu ukuran pakaianku. Terbukti dengan pakaian di lemari kemarin yang semua sesuai dengan ukuran bajuku. Aku kemudian teringat bahwa akan menjalani masa kuliah di universitas di bawah yayasan milik keluarga Mas Lala.

"Masalah nanti di kampus Mas?" Aku bertanya karena memiliki beberapa pertanyaan yang telah berputar di dalam pikiran.

Mendengar apa yang dikatakan olehku membuat masalah menatap ke arahku dengan penasaran. "Kenapa masalah di kampus?"

"Berarti nanti aku di sana nggak boleh ngaku jadi istri kamu ya?" Aku bertanya karena ini berdasarkan pengalamanku membaca aneka novel di platform online.

Mas Lala tertawa mendengar apa yang aku katakan. "Kalau kamu mau bilang juga saya nggak masalah kok. Kalau kamu mau sembunyi-sembunyi saya juga nggak masalah."

Aku takut hubungan kami berdua akan menjadi pembicaraan. Kemudian hari ini akan menjadi hal yang buruk dan menganggu kinerjanya di kampus. Sejujurnya terkejut juga karena masalah membiarkan untuk memberitahu hubungan kami berdua.

"Lebih baik kita sembunyiin aja ya Mas? Aku bukannya jangan menghargai kamu. Kamu akan lebih nyaman ngajarnya dan aku juga nggak ada yang ngeledekin nanti."

Mas Lala hanya menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang aku katakan. "Kalau itu mau kamu, ya udah."

"Aku cuman takut sama omongan mahasiswa nanti, dan kerjaan kamu juga keganggu gara-gara masalah ini."aku mencoba untuk menjelaskan alasan mengapa aku ingin pernikahan kami dirahasiakan. Bukan karena aku tak menginginkannya sebagai suamiku, karena mungkin saja keadaannya sebaliknya. Aku hanya ingin, tak  akan ada penyesalan lain hari.

"Ya udah kalau itu mau kamu nggak apa-apa kok, saya  bisa ngerti." Mas Lala berkata.

"Makasih ya Mas."

Aku senang karena Mas Gula mengijinkan dan kami kembali melanjutkan kegiatan makan siang kami. Tak banyak yang kami bicarakan, selain suara denting sendok bersama piring, dan juga suara kami yang saling mengunyah santapan pagi ini. 

***

.
.
.
.
.
🍓,Jangan lupa komennya Kaka🍓

Si Gembil Kesayangan Pak Dosen // [MYG/BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang