10. Tara

27 17 1
                                    

Happy reading...

Diruangan yang cukup besar terdapat dua orang yang duduk di sofa yang ada didalam ruang. Dua orang yang biasanya suka bercanda ria sekarang tampak lebih serius.

Hening. Hanya ada dua orang disana yang belum siap untuk angkat bicara. Semua terhanyut dalam fikiran masing-masing. Sampai salah satu yang paling muda diantara mereka mulai bersuara.

" Papa sebenarnya mau ngapain ke sini? Tumben " ujar Zam.

Pak Vano tidak menjawab, dia malah mengambil sesuatu dari saku celananya.

" Sebenarnya papa mau cari orang ini " ucap pak Vano sambil meletakkan secarik kertas yang berisikan huruf huruf.

Tara. Itu lah kata yang ada di atas kertas kecil yang ditunjukkan pak Vano.

" Siapa Tara? " Tanya Zam.

" Bukannya dia salah satu karyawan disini? " Tanya pak Vano balik.

Zam berusaha mengingat. Tapi karna karyawannya cukup banyak, Zam tidak bisa menghafal seluruh nama karyawannya. Akhirnya pria muda itu memanggil sekretaris nya untuk meminta bantuan mengambilkan data nama karyawan.

Setelah mendapatkan data tersebut, Zam mulai mencari nama Tara. Zam mengecek daftar nama dari atas sampai bawah dengan teliti. Namun nama yang dicari tidak ditemukan. Zam kembali mencoba menemukan nama itu, namun hasilnya masih seperti sebelumnya. Tidak ada.

" Apa papa tidak punya foto orang yang bernama Tara itu? " Tanya Zam.

Pak Vano menggeleng. " Kemarin ada, tapi entah kenapa tadi pagi papa cari udah nggak ada ".

" Masa hilang sendiri pa, memangnya papa ngapain nyari orang itu? " Tanya Zam.

" Papa ada urusan dengannya ".

" Urusan apa? ".

" Urusan yang sangat penting ".

Zam tidak ingin bertanya lebih dalam lagi walaupun sekarang dia sedang sangat penasaran. Mungkin ini urusan pribadi antara papanya dengan orang yang bernama Tara itu.

" Kalau gitu papa balik dulu ya " pamit pak Vano.

Zam mengangguk, kemudian mengantar papanya sampai ke luar toko. Para karyawan toko kembali menyaksikan kepulangan pak Vano. Kesempatan ini tentu tidak ingin dilewatkan oleh Zea yang sangat penasaran dengan sosok pak Vano yang dikenal baik dikalangan karyawan toko.

Zea berdiri di paling depan, menanti dengan semangat ketika pak Vano berjalan melewatinya.

Saat pak Vano tepat berada di depannya, Zea langsung menyapa pria paruh baya itu.

" Pak Vano " sapa Zea dengan sopan.

Karna Zea memanggil cukup kencang, reflek pak Vano menoleh ke arah Zea.

***

Jam kerja telah usai. Zea, Anifah dan Mire bersiap untuk pulang. Namun sebelum itu mereka memilih untuk mengobrol sebentar.

" Woi.. tau nggak? Gue nyapa pak Vano tadi " sorak Mire heboh.

" Lebay banget sih Lo, palingan nggak disahutin sama pak Vano " timpal Anifah.

" Biarin, yang penting gue sapa " balas Mire sambil menjulurkan lidahnya.

Sesaat kemudian, tatapan Mire dan Anifah beralih ke Zea yang sedari tadi hanya diam. " Ze, Lo nggak kesurupan kan? " Tanya Mire.

" Nggak lah ".

" Terus kenapa Lo diam diam aja dari tadi? " Tanya Anifah.

Zea menarik nafas kasar. " Tadi pak Vano natap gue, lama banget. Apa gue punya salah ya? " Tanya Zea.

Anifah dan Mire saling bertatapan. " Serius Lo? " Tanya Mire.

" Buat apa gue becanda?".

" Mungkin Lo cantik kali Ze " tebak Anifah.

" Terus kenapa kalau gue cantik? ".

" Bisa aja kan pak Vano tertarik buat ngejodohin Lo sama anaknya, pak Zam " jawab Anifah.

" Ngaco Lo ".

" Bisa aja tuh Ze, lagian kan Lo sama pak Zam lumayan akrab ".

" Nggak tau ih, gue balik dulu ".

***

Pukul delapan malam. Setelah makan malam, Zea langsung masuk ke dalam kamarnya membaringkan diri ke kasur empuknya sambil menatap langit langit kamar.

Ting..

Zea tersentak dari lamunannya ketika ponsel miliknya berdering. Zea memunguti ponselnya yang terletak sembarang di atas kasur.

Zam
" Ra, gue boleh minta tolong
Gak sama Lo? "

Zea
" Minta tolong apaan? "

Zam
" Besok kan hari sabtu,
Lo nggak kerja kan besok? "

Zea
" Nggak, hari itu gue libur
Emang ngapa? "

Zam
" Bokap gue ngajak Lo ketemuan "

Deg..

Zea berhenti sejenak setelah pesan dari zam yang satu ini dibacanya. Entah apa yang membuat pak Vano tertarik bertemu dengannya. Bayangan omongan Anifah kembali terngiang di telinga Zea.

' semoga aja gue nggak dijodohin ' batin Zea.

Zea
" Ngapain sih? '"

Zam
" Nggak tau, datang aja besok
Nanti gue kirim tempat ketemuannya "

Zea
" Iya iya "

Setelah itu Zea langsung mematikan ponselnya dan melemparkannya sembarang ke atas kasur. Zea yang tadinya sempat untuk duduk kembali membaringkan diri ke kasurnya. Zea kembali menatap langit langit kamar. Kemudian memejamkan matannya.

***

TBC

Thank for reading..

Jangan lupa tinggalkan jejak

Between Dreams and Reality [ And ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang