Happy reading...
Zea berjalan ke dapur. Membuka pintu kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan cemilan. Tidak ada yang menarik dalam kulkas itu. Zea berdecak kesal.
" Kulkasnya kosong, kalau kamu mau ngemil beli aja diluar " ujar Lita.
" Ahh.. Zea malas banget keluar Bun " keluh Zea.
" Yaudah, nggak usah ngemil. Lagian kamu ngemil terus, nggak takut buncit apa, haha " ledek Lita.
" Ah, bunda mah gitu. Zea yang langsing ini mana mungkin buncit ".
" Masa sih? Kalau besok kamu buncit, bunda yang ketawa pertama ya ".
" Bunda... ".
Lita pun masuk kekamarnya sambil tertawa setelah berhasil mengerjai putri nya.
Dengan terpaksa, Zea memutuskan untuk kemini market membeli cemilan.
***
Zam menatap kosong jalanan dari atas jembatan layang. Pikirannya sedang kacau. Setelah menemui pak Vano, rasanya dia tidak berniat pulang kerumahnya.
" Kenapa? Kenapa harus Rara putri dari pembunuh itu? " Pertanyaan itu terus diulangnya.
Zam mengacak rambutnya frustasi. " Kenapa ini terjadi? Kenapa gue harus berada dalam situasi ini? " Pikirnya.
Zam memegang dadanya yang sesak. Sulit memahami keadaannya kali ini. Zam mulai melangkah, sambil menunduk kebawah. Mencoba mencari solusi dari masalahnya ini. Zam terhanyut dalam fikirannya.
" Kak Zam? ".
Suara lembut itu memecahkan lamunannya. Zam mengangkat kepalanya. Sosok Zea berada didepan matanya.
" kak, kamu ngapain di sini? "Tanya Zea.
Zam diam sejenak. Kemudian mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskan nya perlahan. Mencoba menstabilkan dadanya yang sesak.
" Mungkin aku tidak bisa membuatmu percaya " ujar Zam.
" Maksudnya? ".
" Mari berhenti bertemu ".
" Kamu kenapa? " Zea menaikkan sebelah alisnya.
" Jaga dirimu baik baik " ucap Zam kemudian berlalu pergi.
Zea mengejar Zam, berusaha meraih tangannya untuk meminta penjelasan. Namun Zam menepis tangannya. Zea tidak menyerah. Dia berlari berusaha menggapai tangan Zam dan menggenggam nya erat.
" Tolong beri alasannya agar aku bisa menerimanya kak " pinta Zea.
" Sebelum itu, berhenti memanggilku kak. Mungkin panggilan Zam lebih cocok untuk ku".
Zea tidak menduga. Dia berada di situasi dimana dia berbicara begitu formal dengan Zam. Itu membuatnya sedikit tidak nyaman. Tapi Zam yang memancing nya untuk berbicara seperti ini.
" Baik, sekarang katakan alasan kamu Zam ".
" Aku tidak ingin kamu mendengar nya " jawab Zam hal itu membuat Zea bertambah bingung.
" Zam.. beri tahu aku alasannya " ulang Zea. Zam tidak menjawab.
" Zam!! " Bentak Zea.
" Aku tidak ingin bertemu dengan mu! ".
" Hanya itu saja? " Zea masih merasa ragu.
" Aku mulai membencimu, bertemu dengan mu membuatku muak. Sifat aslimu yang membuatku jijik melihatmu. Berada di dekatmu membuatku ingin muntah " ucap Zam. Kata katanya sungguh sangat menusuk.
" Aku sadar, kamu hanya masa laluku. Masa lalu yang buruk, mencarimu adalah hal yang sangat aku sesali. Aku harap aku tidak bertemu denganmu lagi " Zam melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Zea yang mematung setelah mendengar kata kata Zam.
" I-itu tidak masuk akal, bagaimanpun kamu pernah bilang kalau kamu menyukaiku, tapi kenapa dengan mudahnya kamu merasa jijik denganku. Katakan salah aku apa Zam!! " Teriak Zea yang berhasil membuat langkah Zam kembali terhenti.
" aku suka sama kamu Zam " terang Zea. Zam mengepalkan kedua tangannya.
" Sayangnya perasaan aku kepada kamu sudah hilang. Mulai detik ini, berhenti menyukai ku " ucap Zam kemudian memasuki mobilnya yang sedari tadi terpakir di pinggir jalan. Mobil Zam pun hilang dari pandangan Zea
Zea berjongkok, mulai menangis. " Zam.. kamu jahat " ucap nya lirih.
***
TBC...
Makasih buat pembaca...
Terus ikuti lanjutan ceritanya, selalu tekan tombol bintang biar aku semangat untuk melanjutkan ceritaku ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Dreams and Reality [ And ]
Teen FictionTanpanya, aku mungkin tidak tau kisah hidupku yang sebenarnya. Pertemuan yang mengubah segalanya. Pertemuan yang membuatku mengetahui kisah hidupku yang sebenarnya. Disanalah semua berawal dari kisah cintaku sampai aku mengetahui apa itu arti seb...