Happy Reading..
" Apa Lo adalah Alice? ".
Deg..
" M-maksud Lo? " Tanya Zea.
Zam bengong. Tidak tahu harus menjawab apa. " Atau Lo bukan Alice. Tapi lo adalah orang yang memimpikan masa lalu Alice agar kasus ini bisa terbongkar " tebak Zam.
" Berarti kalau gitu. Otomasis Alice udah meninggal dong? ".
Zam tidak menjawab. Tiba tiba ponsel Zam berbunyi. Zam mengambil ponselnya dari dalam saku dan menerima panggilan yang merupakan dari papanya. Pak Vano.
Setelah memutuskan panggilan. Zam kembali menatap Zea dengan tatapan sayu. "Benar. Alice udah nggak ada" ujarnya.
" Dari siapa Lo tau? ".
" Papa gue menemukan data Alice 16 tahun lalu disebuah rumah sakit dan dikabarkan sudah lama meninggal " jelasnya.
" Jadi.. gue bener bener jadi perantara kisah yang telah dialami Alice lewat mimpi gue?" Tanya Zea memastikan.
" Ra.. bantu gue untuk memecahkan kasus ini, gue mohon " pinta Zam dengan wajah memelas.
" Gue udah janji sama Lo Zam. Jadi tanpa Lo minta gue mau kok " jawab Zea mantap.
Zam tersenyum manis ke Zea. " Makasih Ra, Lo udah mau bantuin gue ".
" Nggak bisa gitu dong ngucapinnya " ucap Zea. Zam menaikkan salah satu alisnya.
" Trus? ".
" Traktir gue makan ".
***
" Rara, Lo lapar banget ya? " Tanya Zam yang melihat Zea memesan banyak menu dan memakan semuanya layaknya orang yang tidak makan selama seminggu.
" Iya, dari tadi cancings diperut gue udah gigit gigit perut gue " jawabnya.
" Cancings? ".
" Itu nama yang gue kasih untuk para cacing yang ada diperut gue " jawabnya santai dengan mulut berisi.
Zam menatap Zea heran. Setelah mereka makan. Maksudnya setelah Zea makan, Zam pun mengantarkan Zea pulang kerumahnya. Didalam mobil Zea tertidur pulas, tentu Zam membiarkan gadis itu tidur.
Setelah beberapa lama, mobil yang mereka gunakan pun berhenti didepan sebuah rumah. Tepat saat itu, Zea terbangun.
" Udah sampai? " Ucapnya lemas, masih dalam keadaan mengantuk.
" Udah ".
Zea menggeliat kecil dan sesekali menguap. Setelah itu Zea pun keluar dari mobil.
" Makasih ya, tumpangannya " ucap Zea.
" Itu doang? " Tanya Zam.
" Makasih juga traktirannya " ucapnya lagi.
Zam tersenyum sambil mengangguk. Kemudian Zam pun pamit pergi dan hilang dari pandangan Zea. Zea pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah, berniat menyambung tidurnya. Namun ada yang menghalanginya.
" Joval, ada apa? " Tanya Zea yang sedikit bingung karna Joval memegang pergelangan tangannya.
" Lo dari mana? " Tanyanya.
" Hmm.. pergi bareng Zam " jawab Zea Canggung.
" Ternyata Lo berkhianat dibelakang gue " .
" Hah? Berkhianat? Lo kenapa sih Val? " .
" Gue cemburu " terangnya.
" Val, Lo kenapa kayak gini sih? Gue nggak ada apa apanya sama Zam " Zea mencoba meluruskan kesalah pahaman ini.
" Lo bisa ngomong itu didepan gue, tapi yang Lo lakuin dibelakang gue beda ".
Zea diam sejenak. Lelah dengan prilaku Joval yang menurutnya sangat berbeda dengan prilakunya dulu ketika masih berstatus sahabatnya.
" Terserah Lo deh Zam, gue capek " Zea melepas genggaman tangan Joval dengan kasar kemudian melangkah masih kedalam rumah.
" Ze, gue ragu Lo beneran suka nggak sih sama gue? Atau Lo cuman mau manfaatin gue aja? " Pertanyaan Joval membuat Zea menghentikan langkahnya.
Zea berbalik dengan tangan yang dikepal. " Jika Lo ragu dengan perasaan gue, mending kita sampai sini aja. Sebuah hubungan tidak akan kekal jika tidak ditumbuhi dengan rasa percaya " ujar Zea kemudian bergegas masuk kedalam rumah. Berusaha menahan tetes air yang akan keluar dari matanya.
Joval masih terpaku ditempat yang sama setelah mendengar perkataan Zea.
' apa gue terlalu cemburu? ' pikirnya.
***
TBC..
Thanks for reading... Jangan lupa tinggalkan jejak✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Dreams and Reality [ And ]
Teen FictionTanpanya, aku mungkin tidak tau kisah hidupku yang sebenarnya. Pertemuan yang mengubah segalanya. Pertemuan yang membuatku mengetahui kisah hidupku yang sebenarnya. Disanalah semua berawal dari kisah cintaku sampai aku mengetahui apa itu arti seb...