"wonwoo, inget gak kejadian ini?" lois menunjukkan foto wonwoo dan papa lois yang diambilnya secara diam-diam sehingga menghasilkan gambar candid dua pria yang sedang duduk berseberangan di ruang tamu rumah lois.
wonwoo spontan tertawa saat melihat foto tersebut. itu merupakan bukti kegigihannya kala meminta restu mendekati anak perempuan dari om (sekarang papa) sugih, papa lois.
omong-omong, wonwoo merupakan cucu sulung pemilik pabrik rokok paling sukses, kretek tjap sigaret oengoe. Oetama Notodjojo, nama papa wonwoo sampai masuk majalah --termasuk dalam jajaran 250 orang terkaya sedunia dan 10 besar se-Asia.
"kamu kerjanya apa? sudah mapan?"
wonwoo menelan ludahnya. meski ia tidak gugup tapi juga tidak bisa dipungkiri, aura om sugih cukup mengintimidasi.
"sudah, om. sebagai penerus usaha ayah saya."
"usaha ayahnya apa?"
"pemilik sigaret oengoe, om."
begitu mendengar jawaban tersebut, om sugih sempat diam bergeming, diikuti dengan beberapa anggukan kecil. "berarti gak mulai dari nol, ya? gak tahu rasanya berjuang merintis usaha dong?"
sebuah dehaman keluar dari bibir wonwoo. "walaupun dari kecil, saya orang yang punya tapi saya selalu diajarkan untuk hidup sederhana, om. ayah saya juga menaruh saya di posisi terendah dulu sebelum menerima apa-apanya dan sejak muda, beliau mengajarkan saya untuk menjadi orang yang tidak mengukur segalanya dari harta," tutur wonwoo diplomatis.
anggukan-anggukan kecil kembali dilakukan oleh papa lois. "sigaret oengoe....." mata om sugih menerawang, "itu merk kretek, kan?"
"iya, om."
kemudian, om sugih mendengus, membuat wonwoo menegakkan tubuhnya. siap menerima apapun yang akan dilontarkan... menyebut calon mertua terdengar terlalu jauh, kan? tapi entah mengapa, wonwoo yakin lois adalah garis akhirnya--calon mertuanya ini. kalau. kalau direstui...
"kamu punya nyali juga. kamu tahu, kan, saya pekerjaannya apa?"
"tahu, om. dokter paru-paru."
papa lois terkaget-kaget selama sepersekian detik tapi lantas menyembunyikannya di balik tangannya yang bersedekap dingin.
"kamu merokok?"
"enggak, om."
"loh, kenapa? cucu pabrik rokok terkenal gak merokok? payah amat. kurang pria dong."
wonwoo menjilat bibirnya. ia tahu sekarang ia sedang diuji. inilah saat-saat penentuannya.
"karena saya tahu akibat yang ditimbulkan oleh rokok."
"kalau tahu, kenapa masih jualan rokok?" papa lois menyeruput kopi hitamnya. "kamu gak merasa bersalah menjual racun ke masyarakat?"
kan, pertanyaan jebakan, pikir wonwoo.
"menurut saya, itu tanggung jawab mereka, om. saya sebagai pihak penjual juga sudah mewanti-wanti melalui peringatan himbauan merokok. kasarnya, berani membeli racun, berani terima resiko, berani sakit, dan berani mati juga."
mendengar runtutan wonwoo, dahi om sugih mengerut dalam.
"seperti saya sekarang ini, om. berani kesini menemui om, berani meminta restu, dan berani mencintai lois sampai mati. juga pastinya, saya akan bertanggung jawab akan hidup istri saya."
demikianlah.
kalimat tersebut, kalimat yang mengandung kebijakan bercampur gombalan wonwoo, berhasil menghilangkan kerutan pada dahi om sugih.
langsung saja, om sugih tertawa renyah. "kalau jorji cinta sama kamu, yo monggo. tapi awas aja kalau bikin anak saya nangis, saya gak segan-segan bakar pabrik kamu."
entah itu candaan, entah itu betulan, wonwoo hanya bisa ikut tertawa. terlepas dari galaknya dan pedasnya kalimat om sugih, ia senang bukan kepalang mendapat restu dari calon mertuanya.
kali ini, beneran calon mertuanya.
nought°
kioey's note:
yo monggo (jawa) : ya silahkan.
arti nama sugih itu sukses.maaf gak jadi double update ㅠㅠsebenernya cerita nought sudah selesai aku ketik dari bulan kemarin, tapi... aku gak bisa update sekaligus banyak karena buat ngestock (fyi aja) btw, have a great sunday <3
KAMU SEDANG MEMBACA
NOUGHT • WONWOO
Fanfiction(0,0) tempat sumbu x dan y bertemu. (nol koma nol) kala dua garis kehidupan terjalin. © purewhitewater 2019