Segmen kaleidoskop di program dialog Elio diiklankan di mana-mana. I saw his face, literally everytime I open news portal online, on big billboard on the street, over the newspaper...
"You're famous, El. Girls in my office are crazy about you," Dania berkomentar pada Elio yang masih berkutat memasukkan bunga-bunga keringku ke dalam kardus.
"I'm crazy about your sister, tho," ia menjawab singkat. Bikin aku nyengir lebar dan Dania melemparku dengan kantong silica gel.
"Where's Gerry anyway? I barely seen him lately." Elio berkomentar, membuka kardus baru. Dia dan Dania sedang membantuku packing bunga kering untuk dibawa besok ke studionya Ren.
"He's busy and sends his love," Dania menjawab singkat. Dania dengan menyebalkan mau ikutan juga nginep di tempat Elio malam ini, setelah dia reuni di salah satu mall.
"Dia tau kan kamu nginep di tempatku?" Elio bertanya.
"Tau lah. We're all on a mission: don't let Nyinyi stays alone in her boyfriend's place." Nia menjawab, menyebalkan.
Seriously. It's the hot topic in our whatsapp group."But I spend a lot of time here. Alone. Sleep over for few days, just me and her." Elio mengerutkan kening.
Dania menjentikkan jari, "Nyinyi gak bakalan berani ngapa-ngapain di rumah ini. It's my grandma's. Even I don't have heart to had sex here. And also Dimi. And even our parents."
"How could you talk about those kind of things with OUR PARENTS?" Aku memekik panik. Tapi bener sih. Aku ga berani aneh-aneh di rumah eyangku. Elio is always sleep in the boys' room. Aku sering ketiduran di ruang tengah bareng dia, but still...nothing happened. He's a saint.
Dania mengangkat bahu, "We just do."
"When we got married, please don't share any inappropriate, unimportant stuff with your family," Elio mencium pipiku dan berjalan ke luar menuju mobil dengan dua kardus besar di tangannya.
"Deal." Aku menjawab tegas.***
Pertemuan terakhirku dengan Ren yang berlanjut menjadi obrolan panjang tentang banyak hal. Minggu kemarin itu, aku balik kamar jam 22 malam, dan gak lama, Dania masuk.
I had so many secrets that day. Ugh.Besokannya, setelah spa yang GILA ENAK BANGET PARAH...karena ngerasa guilty, akhirnya aku mampir kantor VTV dan ngagetin Elio yang mesti ngedit seharian.
He's so happy, I felt guilty, even more.And after, I become very, very good. I called him first. I send him flowers. I send him food. We're not arguing about anything this week. But I'm afraid that it's the guilty feelings acts.
I rarely kept any secret from anyone.Dan hari ini aku mesti ketemu Ren lagi, di depan semua orang. Aku berharap dia beneran bisa jaga rahasia, tapi beberapa hari ini dia jadi sedikit menjaga jarak. I've had my share of these kind of artists' moods before. Jadi ya aku biasa aja.
Elio mau antar aku ke Bekasi, lalu ngedrop Dania, dan dia sendiri ngantor. Setelahnya, kami pulang ke apartemen. Tapi akan ada momen semua orang akan ketemu, and to be honest it scares me.
***
Alamat yang dikasih Ren adalah sebuah bangunan bertembok tinggi mirip benteng yang pagarnya terbuka pakai listrik. Saat masuk, ada sebuah rumah kecil bergaya industrial beton. Di sebelahnya ada bangunan besar mirip hanggar. Ren berdiri di samping mobilnya di parkiran.
He wears a very messy jeans and...THAT'S ALL. Dia gak pake sendal, rambutnya diikat jadi man-bun, dan semua ototnya terlihat super chiseled. Damn.Dania bersiul melihat Ren, sementara wajah Elio berubah mendadak.
"Elio, lo seriusan mau ninggalin Nyinyi sama orang macam gini berduaan???" ia bertanya setengah memekik sementara Elio memarkir mobil di samping mobil Ren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom
ChickLitSaat ini hidup Danika tampak sempurna: tinggal bersama teman-teman seapartemennya yang gaul, kerja sebagai sekretaris redaksi, punya pacar yang super cool, dan bisa ngobrol dengan orang paling untouchable di kantor, Elio. Tapi, tiba-tiba Danika mala...