The Birthday Trip Pt. 1

13.9K 2K 64
                                    

"Nasi liwet sudah siap!" Nadya berseru dari dapur. Aku dan Tris masih ngangkat-ngangkat kursi, membuat space besar di ruang tengah untuk duduk lesehan. Mala segera berlari ke dapur untuk bantuin Nadya.

It's a farewell girls' day in my house. Meskipun aku resignnya sudah sejak Juli, dan sekarang November, tapi kami semua butuh judul buat ngumpul bareng... So be it. The farewell. Seru karena semuanya perempuan dan teman kerjaku di Sekred: Nadya, Tris, Andien, Puti. Oh, ada Mala juga yang sebetulnya gak tugas di VTV, but we're become friends since I left.

Siang ini kami bikin nasi liwet dan makanan Sunda. Nadya ternyata jago masak, dia bawa belanjaan banyak banget dan sekarang sibuk di dapur dibantu Puti bikin macem-macem. Andien lagi pasang TV, karena kami berencana nonton film horror nanti malam. Dia punya smart-tv super big di kostannya, yang lalu dia bawa ke sini. Demi nge-Netflix and chill.
It's fun.
Belum dua jam mereka di sini dan perutku sudah sakit kebanyakan ketawa.

Teleponku berbunyi super nyaring. Sejak insiden Elio ngambek beberapa minggu kemarin, aku mengaktifkan nada deringku di volume maksimal. Ternyata, cukup banyak orang yang telepon aku. Selama ini aku cuma lihat missedcalls doang, disusul chats.

Speak of the devil. Elio is calling.
"Elio, haiii..."
"Dani. Whoa, berisik banget di sana. The girls are already there?"
"Yups... So you're having lunch with Rini?"
Aku masih gak bisa dan gak tega minta Elio jauh-jauh dari Rini. Pokoknya sepanjang dia gak rese dan Elio kabarin kalau mereka hang out bareng, I'll push all the bad thoughts aside. Weekend ini, kami emang gak ketemuan karena aku pajamas party bareng geng sekred.

"Yep. And she told me, you're having this collab-something with Ren-something... I haven't heard any of it from you."

Ah. Iya.
Jadi beberapa hari lalu, aku dikontak oleh seniman super keren bernama Ren Primadi. Dia pengen bikin semacam patung dari bunga asli dalam lapisan resin.

"Oh. It's supposed to be a surprise...", aku menjawab.

"It's not supposed to be a surprise if it's involving you and this guy spending hours in his studio making arts. Especially when the artwork you'll be doing had the theme: Infinite Eros."

Aku lupa kalau Ren pasti bikin postingan soal ini. Dia kolaborasi sama beberapa orang, termasuk aku, dan akan ada pameran di bulan Desember. Dan lupa kalau Rini is part of the cool and artsy community. Of course she knows this.
And tell Elio.

"You're supposed to be my inspiration, love."
True. Saat Ren bilang, tema utamanya adalah Eros a.k.a. desire, tentu saja aku langsung kepikiran Elio. It's obvious lah.

Diam sejenak.
"Hmm? So you'll making something for me?" He sounds happier instantly.

"No. I'm making something for the exhibition, and it is about you. I'd put your name on it, but it'll only be numbers so..."

Diam lagi.
I know he likes the thought of it.
"Okay then. Tapi kasitau ya kapan kamu mau main-main ke studionya si Ren ini, nanti aku antar. Dan juga buat pembukaan pamerannya. I'll be your plus-one."

"Sure."
Aku memandangi teman-temanku yang sudah mulai membawa berbagai piring isi makanan dari dapur ke tengah rumah.

"Rini would like to say hi," tambah Elio.
"Hi, dear."
Aku bisa membayangkan Rini duduk terlalu dekat sama Elio, hanya dengan suaranya yang terlalu cepat terdengar. Ugh.

"I'll take a good care of Elio as always, no worries..."
Menyebalkan sekali perempuan bersuara alto ini.

"But. I'd like to invite you to my birthday party, next Saturday. Elio would rather playing grandpa in your sweet little house on the mountain, so I have to invite you for him to come."
KHAN! Mau ngundang party aja mesti banget insulting gini caranya.

Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang