Hari sudah gelap saat kami berkendara melewati bagian depan desa. Seperti desa-desa di kota kecil pada umumnya, ada banyak pohon, sedikit lampu dan hampir gak ada orang berkeliaran setelah matahari tenggelam.
"Where are you taking me, Dani?"
Mobil double-cabin Eyangku melaju mulus di atas jalan tanah."Aku mau culik kamu ke tempat sepi dan minta tebusan sama VTV," candaku sambil berusaha melihat jalanan dengan bantuan lampu mobil.
"Oke sebentar lagi sampai," aku sudah melihat rumah di atas bukit. Rumah Eyangku. Dibangun Eyang Kakungku yang arsitek, dengan model terinspirasi cottage tua pedesaan Inggris: terbuat dari batu, dengan langit-langit tinggi, jendela besar dan kebun di sekelilingnya. Salah satu pengurus rumah Eyang datang setiap pagi dan sore untuk rapi-rapi dan menyala-matikan lampu. Kami menaiki bukit dibantu 4-wheels.Rumah kecil, bukit besar dan sedikit lahan lahan lain di bagian belakang rumah. Aku sudah khatam setiap bagiannya. Mobil berhenti di depan pagar pendek tua berwarna putih.
"Wait," aku melompat turun dan menggeser pagar terbuka. Sementara Elio mengemudikan mobil gak jauh dari rumah, aku berjalan pelan sambil menghirup udara malam yang sejuk. Langit cerah dengan bintang, tanpa awan, dan pemandangan desa yang redup di bawah. My Grandma lived a very lively life. Semua anaknya selalu protes setiap dia ngotot pengen pulang ke sini saat liburan selesai, dan dia akan menjawab, "I need my sunshine and my fresh air!"
So damn right.Elio mematikan mesin mobil dan turun membawa barang-barang, menghampiriku. Dengan seberkas cahaya dari lampu teras, ia terlihat amazed melihat rumah Eyang.
"Am I going back to Cotswolds or whaaaat?" ia berseru heboh.
"Ini rumah Eyangku," aku mengambil kunci di balik salah satu pot bunga yang tersebar dekat pintu.
"Kita ketemu dia gak ya kemarin?"
Aku menggeleng, "Udah meninggal. Waktu aku kuliah dulu...", menyebutkannya saja masih terasa sesak. Pintu terbuka, dan secara otomatis tanganku menekan tombol saklar di samping gantungan jaket."Wow. Just...wow. It's so pretty...", Elio terkagum-kagum melihat bagian dalam pondok, seperti semua orang lain.
It is pretty. Sofa-sofa tua yang nyaman, karpet empuk, rak-rak buku memenuhi dinding, lampu gantung berbentuk bunga favoritku. Dan, puluhan bingkai foto berisi...cerita keluarga besar kami, terpajang rapi di satu bagian dinding.Ruang tengah yang luas bersambung dengan dapur antik, yang sedang kunyalakan lampunya. Ada kulkas oldies yang dicat ungu gelap oleh Dimi, radio super jadul, bak cuci super besar yang bisa huat bocah kecil mandi, meja makan kayu besar dengan kursi yang beda-beda. Kursi aslinya sudah keropos sejak lama, tapi mejanya masih kokoh dan ganteng, terlapis kain kotak-kotak merah. Meja multi fungsi. Aku pertama kali bikin rangkaian bungaku di meja ini. Bunga-bunga liar sekitar kebun, dan bahkan ranting dengan kersen. Fotonya ada di dinding.
Sesuai dugaan, lemari penyimpanan makanan kosong. Aku ingat Dania lah yang terakhir main ke sini. Dia gak mungkin beli bahan makanan. Untung aku barusan belanja dulu di kota.
"Wooow...nice!" Elio masuk dapur dan kembali terkesan.
"It's impressive, tapi besok pagi lebih keren lagi," aku menjawab, sambil mulai mencuci buah dan sayur. Elio berjalan mengamati setiap sudut dapur sambil berdecak kagum, komentarin semua hal kecil yang dilihatnya.
"Kamu mandi, ke atas aja, pintu warna hijau. Boys' room. Di sana ada baju bersih dan handuk dalam lemari, pakai yang mana aja boleh. Aku buat makan malam dulu."
Hmm. Aku kepikiran buat tumis jamur dan ayam yang super gampang dan sayur bayam pakai jagung yang gak bakalan gagal, sebagai teman nasi.Elio menatapku, "I like it better when you're like this," senyumnya tersungging, super gemes. A gorgeous man in my favorite place. Jeez. Aku pengen banget menyelusupkan tangan ke balik kaosnya buat buktiin gosip kalau Elio perutnya kotak-kotak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom
Chick-LitSaat ini hidup Danika tampak sempurna: tinggal bersama teman-teman seapartemennya yang gaul, kerja sebagai sekretaris redaksi, punya pacar yang super cool, dan bisa ngobrol dengan orang paling untouchable di kantor, Elio. Tapi, tiba-tiba Danika mala...