Revelation

10.7K 1.7K 86
                                    

Saat aku tiba di apartemen, Elio menyambutku di lantai dasar...bersama Gerry! It's a surprise visit for my sister. Jadi kami pergi ke mall tempat Nia reunian trus kagetin dan makan bareng di sana.

Dania kelihatan surprised. Tapi udah itu aja. Bahkan gak tampak senang melihat Gerry yang nyetir dari Bandung buat ketemu dia.
Jadi aku yang bingung kan.
Soalnya, Dania dan Gerry termasuk dynamic-duo di keluarga, hampir tiap saat cekikikan atau ribut berdua. Dan malam ini, mereka sunyi senyap, senyum-senyum kayak pasangan normal.

Something is really wrong.

Apalagi di Sushi Tei, saat keduanya cuma memesan sushi untuk diri sendiri. Which is so weird. For years, they share food, all the time.
Apa ini ada hubungannya sama kunjungan kami ke dokter minggu lalu?

"So, how's the workshop with Ren?" Dania bertanya, setelah topik super awkward tentang smart home mereka selesai.

"It was good. I can't wait to see the final sculpture. Finishing touch could take few days. Harusnya selesai sebelum pembukaan tanggal 31 Desember besok...", jawabku.

"Oh damn. Aku ada liputan!" Elio menepuk kening, "Aaaargh, I'm gonna miss your opening night!"

"It starts around 8 pm, and they had this party until 2 am. You can make it," aku menepuk pundak Elio.

"Right. Galeri Indonesia kan ya? Gak jauh sih dari Monas. Okelah...", ia membuka instagram mencari info tentang pameran.

"Are you two coming? I'm getting 10 invitations!" Aku bertanya pada Dania dan Gerry.

"Sure, we'll be there."
"Nope, we had event."
Jawaban berbeda yang diucapkan bersamaan. Nia dan Gerry berpandangan sambil menggelengkan kepala.
"Kita ada party di Bandung," Nia menjawab.
"Whose party?" Gerry bertanya.

Aku males ngikutin perdebatan keduanya, jadi aku menoleh pada Elio, yang masih fokus pada layar ponselnya. Dengan. Wajah. Super. Kaku.

"Elio," aku memanggil, hati-hati. Dia keliatan...pissed off. Jangan-jangan ada whatsapp dari kantor...

"Kenapa Ren pasang foto kamu di instagramnya dia?" Ia bertanya.

Ha? What?
"It's probably for the promotion?" tebakku, ingat kalau barusan memang Ren ambil beberapa foto proses kerja.

"Yeah, for the promotion, alright..." Elio memberiku ponselnya. Post terbaru Ren adalah fotoku dalam ekspresi serius, sedang memegang bunga-bunga kering. Ada beberapa foto, maka aku swipe dan ternyata semuanya fotoku, dalam berbagai ekspresi.
Yang terakhir adalah foto kami berpose sebelum beres-beres pulang. Ren pakai mahkota bunga, merangkulku akrab, dan kami tertawa bareng ke kamera. It's a blurry picture, but it shows a lot of affections. Kayak pasangan happy lagi seru-seruan bareng.

No wonder Elio gets angry.

"You two looked really lovely," ia berkomentar judes, dalam nada rendah yang bikin jantungku berdebar, "And read the captions."

My soul speaks in flowers already.
Damn, Ren. Mengingat followers-nya ribuan, likes-nya juga ribuan, dengan ribuan comments.

"I have no idea, Elio. He's just being...coy, I guess..." aku buru-buru berkata.

"Here's an idea: he's got a big crush on you. And he post you on his instagram's feed for everyone to see."

Aku meraih tangan Elio, "So? Who cares?"
Ia melepas tanganku, "I do. I can't even post anything about us and there you are, all smiley, love dovey with...Ren!"

"We're just friends, Elio, stop overthinking."
"That's exactly what I'm worried about. I was just your friend for years."
And with that words, he got up and leaves the table.

Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang