Kehidupanku itu mimpi buat banyak orang yang merantau ke Jakarta, termasuk aku sendiri jaman dulu.
Semua orang bilang, supaya hidupnya lebih happy, try to find some positivity in life. Apa hal-hal yang bikin kamu merasa bersyukur? Siapa orang-orang yang ada di sekitar kamu yang bikin life worth living, lebih fun?
Well, okay. I'll share some of mine.
Saat pertama kali kerja di Jakarta usiaku 22 tahun. Masih bikin skripsi tapi sudah keterima kerja di VTV, stasiun televisi berita, sebagai sekretaris redaksi.
Sekarang? Aku masih jadi sekred, sih. Tapi aku sudah senior. Better allowance, better schedule, same old job. Yang kusuka dari kerjaan ini, adalah karena sekarang aku punya tugas tambahan memilih dan memasang bunga di newsroom, ruangan para petinggi kantor, juga untuk special occassions.Intermezzo. Aku suka banget sama bunga. Sejak kecil, malah. Nenekku yang tinggal di pegunungan berhawa sejuk punya kebun besar dengan banyak tanaman, termasuk berbagai jenis bunga yang cantik-cantik. Sempat sih aku mau masuk jurusan botani, tapi gagal SPMB dan ujung-ujungnya kuliah HI, trus malah kerja di stasiun tv berita.
Tapi kecintaanku sama bunga terus berlanjut, sampai sekarang. Sekarang, aku sudah bisa merangkai bunga, bikin buket, milih-milih jenis bunga sesuai tujuan pengirim, dan VTV pun rutin kasih aku "order" kirim bunga ke klien atau narsum.Anyway...
Di kantor ini pula, aku ketemu dengan geng presenter kece yang kemudian jadi keluarga keduaku di Jakarta.Ada Tasya, yang jadi presenter di program bulletin. Lalu Annisa, host program magazine tentang urban lifestyle. Dan Uthie, sport-broadcaster.
Saat kenal, mereka bertiga masih mulai jadi reporter Broadcast Management Trainee. Kayaknya karena aku sering bantuin para reporter dan jadi tempat curhat, tiba-tiba aku jadi bagian dari mereka. Ketiganya punya karakter berbeda, tapi semuanya cakep.
Tasya cantiknya 'menjajah', blasteran Belanda-Jepang-Indonesia. Annisa ayu dan eksotis mirip Anggun C. Sasmi. Dan Uthie...well, gadis Menado gak ada yang gak cakep ya kaaaan.Sebagai satu-satunya dengan berat badan paling normal (50 kgs on an average day), tinggi paling standar (160cm and proud), pakai kacamata (yeah got myself minus-5 thanks to all those sci-fi and fantasy books I've read when I was kid) dan paling malas makeup (my hands are super unsteady), aku mengakui kalau aku kelihatan...well, berbeda.
Gak papa sih tapinya. Tbh, I don't mind being normal and chubby, because I love my food.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom
Chick-LitSaat ini hidup Danika tampak sempurna: tinggal bersama teman-teman seapartemennya yang gaul, kerja sebagai sekretaris redaksi, punya pacar yang super cool, dan bisa ngobrol dengan orang paling untouchable di kantor, Elio. Tapi, tiba-tiba Danika mala...