Sebagai sekretaris redaksi, aku punya sebuah meja bulat besar yang berada tepat di tengah-tengah newsroom. Aku punya printing section untuk bikin surat di satu bagian, area surat-surat di sudut lain, juga satu spot besar untuk penitipan berbagai barang warehouse. Tapi bagian favoritku adalah sebuah gelas kaca merangkap vas bunga yang menghadap pintu masuk newsroom.
Hari ini vas bunga ala-ala itu akan terisi oleh setangkai bunga mawar warna pink yang dikelilingi gerumbulan baby breath. Seperti biasa, kudapatkan pagi-pagi tadi, saat aku berangkat lewat pasar bunga dekat kantor.
Tapi hari ini, bahkan bunga semanis itupun gak bisa meredam suasana kantor yang super chaos dan mencekam.
Sekred shift malam, Nadya, tampak lega saat aku menghampiri meja kami."Mbaaaakkk Danikaaaa...tadi subuh ada pesawat jatuh di Laut Jawa, semalam kebakaran di Jakarta Timur, banjir di Bekasi sama longsor di Padaaaang...", Nadya is literally crying.
Wooow.
Aku menyimpan tasku dan bergegas lari ke ruang meeting. Harusnya rapat dimulai jam 8 pagi, tapi saat seperti ini sih, biasanya sudah ada rapat koordinasi tim yang akan pergi."Danika! Untung lo dateng jam segini! Gue baru mau nelpon lo...!" Yang menyambutku adalah salah satu korlip, segera memberiku spidol whiteboard. Tertulis di papan, nama-nama lokasi liputan dan reporter.
Ruang rapat mulai ramai dengan wapemred, news manager, korda, beberapa produser bulletin, dan...Elio.Kami bertatapan sebentar dan tersenyum, sebelum ia kembali serius menyimak koordinator tim daerah yang lagi memberi arahan.
"Oke, Danika sudah datang, let's get to the real deal, guys!" Wapemred kami, Mas Dio, menepukkan tangan dan memulai rapat.***
Here's the thing about being a sekred in my office. People assumed you can fix ANYTHING. Printer macet, Danika. Cari tiket pesawat ke lokasi absurd, Danika. Minta surat izin masuk daerah militer, Danika. Slip gaji, Danika. Ngajuin cuti, Danika. Minta sopir, Danika. Bahkan WC bocor pun, lapornya sama Danika.
Di situasi kayak sekarang, aku dilimpahi tugas bertumpuk yang sekilas kayaknya simpel...tapi kenyataannya gak gampang sama sekali.
Dalam liputan dadakan macam sekarang, aku harus cari tiket pesawat dan transportasi lain dari Jakarta ke lokasi liputan, booking penginapan, koordinasi sama tim daerah setempat, nge-list alat-alat yang akan dipakai dan order ke warehouse, bikin budget untuk keluarin anggaran DLK, dan tentu saja memastikan semua orang aman, selamat, dari pergi sampai pulang.
Bahkan untuk yang dekat macam Bekasi dan Jakarta Timur pun, aku harus memastikan semua kru yang berangkat dapat nasi kotak, karena dipastikan mereka akan standby bersama mobil satelit hingga malam di sana.
Jam 9, semua tim sudah berangkat, kecuali yang akan liputan ke sekitar Pulau Bawean di Laut Jawa. Mereka harusnya pakai pesawat komersial ke Surabaya tapi sampai jam 12 siang nanti, semua penerbangan penuh. Pakai bus, jelas bukan option yang ideal. Jadilah aku rempong hubungi Basarnas untuk nebeng tim mereka yang akan berangkat secepatnya.
As always, there's a pause. A stressful one. See, orang-orang di instansi gitu akan butuh waktu untuk ambil keputusan karena mereka punya atasan. Sementara, di kantorku, semua orang titik kesabarannya rendah banget. Saat-saat gini nih, yang bikin aku bersyukur punya vas bunga di depan telepon.
"Gimana, Danika?"
"Belum, Mas..."
"Gimana, Danika?"
"20 menit kan, Mbak.."
"Danikaaa?"
"Masih nunggu, Mas, aku sudah kirim fax kok tapi ke masih tunggu. Kalau oke, tinggal berangkat aja..."Dan tiba-tiba Elio berdiri di depan mejaku. Ia sudah pakai ransel, sudah pakai seragam, kamera tergantung di dada.
"Dani," Dia mungkin satu-satunya yang panggil aku Dani di kantor.
"Elio."
"Aku dapat satu kursi di Hercules-nya TNI-AU. Problem is, aku harus ke Halim dalam 30 menit, dan aku telpon carpool barusan, semua mobil keluar."
"Aku telpon ojek," jawabku segera.
Ojek pangkalan dekat kantor adalah bff kalau kamu jadi sekred. Lebih efektif dari ojek online, ngebutnya gila, gak butuh GPS untuk menjelajahi Jakarta, dan bisa merangkap jadi tim support kalau diperlukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom
Literatura KobiecaSaat ini hidup Danika tampak sempurna: tinggal bersama teman-teman seapartemennya yang gaul, kerja sebagai sekretaris redaksi, punya pacar yang super cool, dan bisa ngobrol dengan orang paling untouchable di kantor, Elio. Tapi, tiba-tiba Danika mala...