Keep on Falling

15.5K 1.9K 34
                                    

There are lots of differences between falling in love and loving someone.

Gampang banget untuk jatuh cinta sama seseorang, akan ada banyak alasan dan momen romantis yang buat kita ngerasa pengen bareng-bareng mereka selamanya. Tapi saat kita beneran menjalani sebuah hubungan, gak semuanya seindah itu.

Banyak banget hal-hal negatif yang bisa muncul dari perasaan sayang: posesif, cemburu, khawatir, marah, sedih, kecewa... Dan semua ini kelihatan di masa-masa jatuh cinta. Haha.
It's like a bad surprise.

And sometimes you just want to give up and go.
Just like I do now.

Setengah tiduran di sofa, dengan kaki dibebat dan efek penahan rasa sakit yang sudah memudar, aku pengen banget bisa bangkit dan kabur jauh-jauh. Dan. Elio. BELUM BERHENTI NGOMEL.

"Elio, stop, dong. Aku tuh udah gak papa. Cuma keseleo...", aku berkata setengah memohon.

"Dani. Kamu jatuh dari tangga. Dari ketinggian 3 meter. Kenapa sih gak nunggu aku datang aja? Harus banget malam-malam pasang lampu sendiri..."
The fairy lights. I put them in all rooms. It's so pretty! Can't help it.

"Aku udah baikan, kok! Aku semalam dibantuin ponakannya Bu Titi. Dia dokter, jadi kamu gak usah khawatir...", aku meyakinkan.

"Dan aku tuh baru tau barusan, pas masuk rumah. Kenapa gak kabarin aku tadi malam coba? Kalau aku gak kesini pagi ini, kamu mau kasitau aku kapan?"

"Elio sayang, you're being dramatic."
Aku mengangkat badanku dan mencoba berdiri demi mendengar bunyi pintu diketuk pelan.
Ia segera menghampiri. Meskipun ngomelnya savage, tapi dia ternyata masih manis, haha.

"Kamu ini mau ngapain lagi sih pakai berdiri-berdiri segala, ah!" Elio mencegahku bangkit, "Mau apa? Aku ambilin..."

"Itu, dokternya udah di depan... Aku mau buka pintu..."
"Let me." Ia berjalan cepat ke pintu, membukanya.

Wrong move.
Ponakannya Bu Titi, adalah mahasiswa koas. Millenials trendi jaman now, kukenal sejak kecil. Mungkin kami beda 7-8 tahun. Tapi dari dulu dia gemesin sih.
Yang jelas, Elio langsung judes saat melihatnya di depan pintu.

"Hai, saya mau ngecek Teh Danika...", kudengar ia menyapa.

Elio cuma berdiri menghalangi pintu.
"Masuk, Haikal!" Aku berseru dari sofa.
Elio bergeser. Dikit. Haikal masuk dengan wajah awkward.

"Gimana, Teh? Lumayan gak habis dikasih es?" Yah. Pantesan Elio meradang. Haikal hari ini gak kayak kemaren yang cuma sarungan dan kaosan. Dia rapi banget, nyisir, bentuknya jadi mirip boyband K-Pop. Cute. Ia membawakanku kruk yang disimpannya di sebelah kursi.

"Lumayan..."
Elio buru-buru duduk di belakang punggungku. Nempel banget, aku sampai mesti menyikutnya sedikit.

Haikal duduk di lantai dan mengecek kakiku. "Udah gak terlalu bengkak, Teh. Okelah. Aku kasih ibuprofen aja ya. Kalau sakit banget, boleh diminum... Nanti tetap kompres dingin, jangan dulu digerak-gerakkan. Harusnya sore atau malam udah berkurang bengkak dan sakitnya..."

Dengan tangkas dan sigap, ia memberiku obat, melepas bebat dan memasangnya lebih rapi, dan akhirnya pamitan.

"Mau ke mana, sih, udah cakep banget..."
"Biasa Teh. Mau ke desa sebelah. Ada yang lagi KKN, mau cuci mata...", Haikal menggerak-gerakkan alisnya jahil.
"Astagaaaa. Ya gih, sana. Makasih banyak ya."
"Iya. Kalau ada apa-apa, telpon aja ya. Aku di sebelah sampai minggu depan kok..."
Aku mengacungkan jempol, dan Haikal pergi.

"Cakep banget ya?" Elio memicingkan mata padaku, setelah menutup pintu.
"Elio, I'm being friendly." Aku membelalakkan mata padanya.

See?
Falling in love and loving someone is a very different thing.

But, at one point you'll be able to remember why you're in love with that person and why you decide to keep on loving them... Mine is, because the world feels like a much better place with Elio in it.

"And this is me being grateful," tambahku sambil memeluknya.
Dia masih kaku selama beberapa detik, tapi kemudian satu tangannya mengusap rambutku.
Aku mundur dari pelukanku dan memandangnya sambil tersenyum.
This should be working in 3...2...1...

"I hate that I love you this much, I can't stay angry at you," Elio menjawab sambil menahan senyumnya.
Yesssss. Sukses.

"Hmm... Look what I've done to you, Elio."
Aku mengusap rambutnya yang terpotong rapi, dan pipinya yang masih licin, ke hidungnya yang mancung dan pelan-pelan senyumnya terkembang saat aku mengusap dagunya.
"I made you smile," aku mengedipkan sebelah mataku.

"You're being very cheeky lately," ia menjawab.
"And you love it."
"Damn right, I do."

So here we are, falling in love and loving it.

Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang