tiga

1.7K 66 0
                                    

Sehun menatap tajam ke arah Hana yang sedang duduk memejamkan matanya. Sehun bisa melihat Hana sedikit takut padanya. Itu memang harus terjadi. Hana harus takut pada dirinya hingga tak ada celah untuk Hana kabur dari sisinya.

Awalnya, di pikirannya hanya terlintas untuk membantu Hana. Namun melihat cantiknya gadis itu membuat Sehun berambisi untuk memiliki Hana. Persetan dengan gosip yang memberitahu bahwa dirinya gay.

Hana itu cantik. Hana memiliki postur tubuh yang pas untuk dipeluk. Hana adalah kriteria wanita ideal para lelaki. Dan semua wanita pasti ingin menjadi Hana.

Dipertemukan dengan Hana adalah sebuah anugerah bagi Sehun. Maka dari itu, Hana harus menjadi miliknya, menggantikan posisi seseorang yang telah meninggalkannya.

"Buka bajumu,"

Hana menggelengkan kepalanya ketika mendengar ucapan Sehun. Sehun mengeluarkan senyum mirinya, kemudian mendorong Hana. Entah karena dirinya yang belum siap menerima dorongan Sehun, atau memang dorongan Sehun yang terlalu keras, membuatnya jatuh tersungkur ke lantai.

Hana memegangi lututnya yang sakit karena terbentur lantai.

"Kau masih mau melawan ternyata. Baiklah akan kuajarkan arti menurut."

Hana mundur, tangannya menyentuh kenop pintu dan membukanya. Setelah pintu terbuka, Hana berlari sekuat tenaga. Bukannya mengejar Hana, Sehun malah tertawa seraya duduk di pinggir kasur.

Benar saja, kurang dari satu menit, Hana sudah kembali ke kamarnya dengan cara diseret oleh bodyguard Sehun yang memiliki tubuh jauh lebih besar dibanding tubuh Hana.

"Tuan, kumohon."

Bodyguard itu membungkuk hormat pada Sehun lalu keluar dari kamar Sehun. Hana mendengar suara putaran kunci. Itu artinya, bodyguard tersebut mengunci pintu kamar.

"Tuan..."

"Jangan membuatku marah, kemarilah."

Hana beringsut mundur, tangannya meraih kenop pintu kebesaran milik Sehun. Benar, itu terkunci.

Sehun berdiri lalu menghembuskan nafasnya. Dia menghampiri Hana yang sedang ketakutan sembari menangis di pintu. Sehun menggulung lengan kemejanya lalu menarik rambut Hana. Dia menyeret Hana sampai kasurnya. Sehun membanting Hana hingga Hana meringis kesakitan.

Ketika Hana hendak turun dari kasur, Sehun dengan sigap menduduki tubuh Hana. Sehun mengambil tali yang terletak di laci nakas. Lalu dengan santainya, Sehun mengikat kedua tangan Hana di masing-masing sudut ranjang.

Hana semakin berontak, dia menangis meraung-raung. Namun Hana sadar, bahkan jika dirinya menangis darahpun Sehun tak akan pernah melepas dirinya.

"Lepas!"

"Kumohon Tuan, lepaskan..."

Plak.

"Teruslah memberontak dan berteriak padaku jika kau ingin mulutmu kusobek."

Hana menggigit bibirnya takut. Bahunya bergetar hebat. Kakinya tak lagi menendang. Sehun tersenyum menang.

"Begini lebih baik." Sehun melanjutkan mengikat kaki Hana di masing-masing sudut kasur. Hana makin terisak ketika melihat Sehun mengeluarkan sebuah gunting.

Perlahan tapi pasti. Sehun menggunting pakaian Hana hingga tak ada sehelas benangpun di tubuh Hana.

Sehun menyentuh pinggang Hana dengan kukunya, naik ke atas hingga pipinya. Sehun menghapus jejak air mata yang ada di pipi Hana. Sehun melumat bibir ranum milik Hana dengan kasar. Lalu jari tengahnya masuk ke dalam miliknya.

Please Love Me, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang