delapan belas

817 41 10
                                        

"Kau bekerja bersamaku selama sepuluh tahun, dan baru kali aku merasa kecewa padamu, Lucas."

Lucas menoleh, dan mendapati Sehun sedang berdiri di ruang tamu. Tatapannya datar, tak menunjukkan ekspresi apapun. Lucas tahu, Sehun pasti kecewa dengannya.

"Hyung? Kau melihat semuanya?" tanya Lucas.

"Melihat kau diam-diam membawa Taeyong masuk ke dalam rumah?" Sehun mengangguk. "Kenapa kau melakukan ini? Bukankah kau tahu aku tak suka jika ada orang yang..."

"Melakukan sesuatu tanpa kau perintah." potong Lucas. "Hana sakit, Hyung. Dia butuh Taeyong."

"Itu hukuman untuknya,"

"Apa traumanya juga hukuman untuknya, Hyung? Kau tahu jelas dia dari agensi Johnny. Kau tahu bagaimana Johnny memperlakukan artisnya. Mungkin Hana kebal dengan cambukanmu. Namun apa kau berpikir bahwa Hana kebal dengan suasana gelap? Kau tahu seberapa menderitanya Hana karena kau hukum di tempat gelap?"

"Kau menyukainya?"

"Dia ketakutan, Hyung. Dia menangis. Dia takut pada laki-laki yang mendekatinya. Dia tak mau makan dua hari terakhir ini. Dan kau lebih mementingkan wanita jalang itu?" tanya Lucas.

Sehun menggenggam tangannya erat, "Sejeong bukanlah jalang."

"Kau sudah pernah ditinggalkan Jennie. Jangan sampai kau menyesal untuk yang kedua kalinya, Hyung. Kisahmu kali ini tak beda jauh dengan Jennie," balas Lucas.

Lucas pergi meninggalkan Sehun di ruang tamu. Sehun duduk di atas sofa seharga jutaan won tersebut.

Apa Hana mempunyai trauma terhadap ruangan gelap?

Benar. Lucas benar. Pikir Sehun. Seharusnya dirinya sadar bahwa Hana berasal dari agensi Johnny. Ruangan eksekusi itu gelap dan lembab, sama seperti gudangnya.

Sehun berjalan menuju ruangan para maid. Beberapa maid yang mempunyai tugas makam membungkuk hormat saat melihat kedatangan Sehun.

Saat ini tujuannya hanyalah melihat keadaan Hana.

Sehun terpaku melihat seorang gadis yang menatap kolam ikan di bawahnya. Lengkap dengan selang infus di tangannya.

"Nona, sudah malam. Masuklah,"

Sehun melihat Bibi Kwon berjalan ke arah Hana. Sehun bersyukur, setidaknya Bibi Kwon menjaga Hana dengan sangat baik.

"Nona, ada apa?" tanya Bibi Kwon ketika melihat Hana terdiam. "Oh, Tuan Sehun."

"Hana,"

"Pergi. Kumohon jangan bawa aku ke ruangan itu. Aku takut. Aku takut..." Hana menutup kedua telinganya, matanya memejam erat. Kenangan buruk terus hinggap di kepalanya.

"Hana, tak apa. Tuan Sehun hanya ingin melihatmu. Hei, tenanglah, Sayang." Bibi Kwon memeluk Hana.

Sehun berjalan ke arah Hana. Hana semakin berontak di pelukan Bibi Kwon. Hana bahkan menarik selang infus miliknya. Darah segera keluar dari tangan Hana.

"Tenanglah," Sehun mengambil alih memeluk Hana.

"Kau jahat! Pergi, pergi!!!" Hana terus berontak.

"Maafkan aku. Maafkan aku," Sehun mengelus rambut Hana.

Bibi Kwon masuk ke dalam kamar. Dia membawakan sebuah suntikan dan menyuntikkan cairan itu di lengan Hana.

"Aku membencimu," ucap Hana penuh kebencian sebelum memejamkan matanya.

Sehun membawa Hana masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan Hana di atas tempat tidur.

"Bibi ingin bicara pada Tuan,"

Please Love Me, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang