lima belas

928 40 4
                                        

Hana terdiam saat Sehun menariknya paksa masuk ke dalam kamar. Sesampainya di kamar, Sehun mendorong Hana hingga jatuh tersungkur.

Hana hanya bisa meringis saat pinggangnya menabrak lemari kayu di kamar Sehun. Lagi-lagi Hana hanya meringis saat Sehun menarik paksa rambutnya.

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak berdekatan dengan pria manapun?" tanya Sehun.

"Iya, Tuan."

Sehun semakin menarik kencang rambut Hana, "Berbicara apa si Kim itu?"

Hana terdiam. Tak mungkin dia bilang pada Sehun bahwa Kai menyukainya dan ingin membantunya kabur dari Sehun.

"Wae? Kenpa kau masih saja berbicara dengannya?" tanya Sehun. "Kau menyukainya?"

Hana menggeleng cepat, "Ani. Aku tak menyukainya. Dia yang menyu—"

Sehun terkekeh, "Kau mau bilang dia menyukaimu? May I kill him?"

"No, please!!!"

"Apa yang akan kau beri untukku?" tanya Sehun.

Hana terdiam, otaknya memutar keras untuk mendapat jawaban. Sehun punya segalanya. Apa yang tak dipunyanya?

"Baiklah, tak apa kehilangan temanmu, bukan?"

"Tubuhku. Tubuhku akan jadi milikmu. Aku tak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. Aku janji,"

"Baiklah. Sekarang buka bajumu,"

Hana menuruti perintah Sehun untuk membuka seluruh pakaiannya. Setiap gerakan Hana tak luput dari pandangan Sehun. Tangan Hana menutupi payudara dan kewanitaannya.

"Kau malu?" tanya Sehun.

"Tuan,"

"Kau membuatku marah, Hana. Apa ini karena sikapku yang semakin baik padamu? Kau makin merasa bisa melakukan semaumu?"

Hana menggeleng, "Aku minta maaf. Kami bertemu dengan tidak sengaja, Tuan."

"Aku benci alasan. Semakin banyak kau membela dirimu, semakin banyak kebohongan yang kau ucapkan."

"Tuan, tapi yang kukatakan adalah kebenaran. Aku ke kamar mandi untuk mencuci wajahku dan kami bertemu begitu saja," Hana masih mencoba membela dirinya.

Sehun menatap Hana tajam, "Sudah kubilang, aku benci alasan. Alasan hanya untuk pecundang."

"Tuan,"

Hana meringis ketika Sehun mencengkram rahangnya keras.

"Menungging,"

"Tapi..."

"Turutin saja perintahku!"

Hana memejamkan matanya, lalu menuruti kemauan Sehun. Dia menunggingkan bokongnya.

Ctash.

Belum sempurna dia menunggingkan bokongnya, sudah ada satu cambukan ikat pinggang.

Ctash.

Hana hanya bisa meremat seprai tempat tidur ketika cambukan-cambukan itu mengenai tubuhnya.

Sehun membuang ikat pinggangnya, lalu membalikkan tubuh Hana. Sehun membantu Hana memakai baju.

"Tidurlah, maafkan aku."

•••

Hana terbangun dari tidurnya. Hari sudah menjelang malam. Hana berjalan ke arah balkon. Bahkan dari balkon kamar Sehun, matahari terbenam terlihat. Hana tersenyum melihatnya. Kemudian air matanya jatuh di pipinya.

Please Love Me, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang