dua puluh tiga

896 40 3
                                        

Empat hari berlalu.

Hana sudah sembuh. Hanya saja, dia tak boleh kelelahan. Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Sehun. Ya, pernikahan kakak pertamanya, Kim Junmyeon bersama seorang wanita cantik, Bae Irene.

Saat menikah, pengantin perempuanlah yang menjadi ratu dalam sehari. Namun saat ini berbeda. Hanalah ratu sejak empat hari yang lalu.

Semua orang fokus dengan penyembuhan Hana. Irene tidak marah. Dia malah menemani Hana di kamarnya untuk mengisi waktu luang sebelum hari pernikahannya.

Kondisi Hana memang sudah sembuh sepenuhnya. Hana sudah bisa berjalan, berbicara, memakan dan mandi tentu saja. Namun Sehun tak membiarkan Hana melakukan semuanya sendirian. Bahkan untuk memencet remote televisi, Hana harus dibantu oleh Sehun ataupun Irene.

"Aku mau apel," ujar Hana. Dia mengambil apel dan pisau lalu mengupasnya.

Ceklek.

Sehun membulatkan matanya saat melihat Hana mengupas apelnya sendiri.

"Yak, Noona. Bukannya aku sudah katakan untuk membantu Hanna dalam segala hal. Mengapa kau biarkan dia mengupas apelnya sendiri?" tanya Sehun pada Irene yang sedang fokus merawat wajahnya.

"Yak! aku sedang pakai masker. Lagipula Hana tak ingin dibantu," elak Irene.

Hana tertawa, "Benar, Sehun. Lagipula aku bisa sendiri,"

Sehun menggeleng, lalu mengambil alih pekerjaan Hana. Dia mengupas apel untuk Hana. Dan menyuapinya.

"Hana hanya kena luka tembak, Sehun. Bukan lumpuh,"

"Tetap saja!"

Hana kembali tertawa melihat Sehun yang overprotektif padanya.

"Nanti sore akan tambah banyak orang. Apa tak menganggu tidur siangmu?" tanya Sehun.

Hana menggeleng, "Tidak. Lagipula kamar ini jauh dari ruang utama. Aku tak apa, Sehun. Hentikan sikap overprotektifmu."

"Ani. Tak akan bisa kuhilangkan. Oh ya, Hana. Aku sudah menyuruh bawahanku untuk menjemput nenekmu sore ini. Tak apa, bukan?" tanya Sehun.

"Oh, astaga. Aku rindu sekali padanya. Gumawo, Sehun-ah,"

Sehun mengangguk, lalu mengecup pipi Hana. "Bagaimana anak kita? Apa memberikan respon?"

Hana menggeleng, "Dia baru berusia satu bulan, Sehun. Bayi akan memberikan respon setelah berusia tujuh bulan."

"Memang seperti itu, Noona?" tanya Sehun pada Irene untuk memastikan.

"Tentu saja, Pabbo. Satu bulan itu masih berisi gumpalan darah. Kau tak pernah belajar biologi, ya?" tanya Irene dan Hana tertawa.

"Aish,"

"Sehun-ah. Apa di sekitar rumahmu ada gereja?" tanya Hana. "Aku ingin berdoa pada Tuhan. Bukankah Tuhan itu baik? Dia masih memberikan kita kehidupan setelah apa yang sudah kita lakukan."

Sehun mengelus rambut Hana, "Aku akan mengantarmu. Sekarang tidurlah. Kau butuh istirahat."

•••

"Terima kasih untuk segalanya, Tuhan."

Hana mengepalkan tangannya, berdoa pada Tuhan agar anaknya terus diberi kesehatan. Tak lupa Hana berterima kasih, atas semua perlindungan Tuhan.

"Hana,"

Hana menoleh ke belakang ketika ada suara seorang paruh baya memanggilnya. Mata Hana berbinar ketika melihat sosok yang sangat dia rindukan.

Please Love Me, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang