PART 3

620 31 2
                                    

Tangis histeris anjani mengiringi langkah brangkar yang membawa tubuh Nafa menuju ruang UGD.

"Maaf, bapak sama ibu silahkan menunggu diluar" rafa hanya mengangguk lalu duduk disebelah sang istri

"An, udah ya jangan nangis terus"

Anjani masih saja menangis didalam pelukan sang suami. Hingga tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang seperti orang terburu-buru

"Sini lo, lo apain istri lo sampe sekarat kayak begitu?" Teriak kava sembari menyeret rio hingga kehadapan rafa

Anjani yang mendengar teriakan kava langsung berdiri dan mehampiri Rio. Tamparan demi tamparan dilayangkan Anjani pada Rio, tidak peduli wajah pria dihadapannya sudah babak belur karena pasti Kava sudah menghajarnya terlebih dahulu.

"Puas kamu bikin dia sekarat?"

"Ya bagus dong. Kenapa gak mati aja sekalian"

Plak

Plak

Plak

Kembali tamparan itu melayang pada pipi Rio, bukan dari Anjani melainkan dari Meeva. Dirinya sudah geram mendengar nada suara Rio yang terkesan bodo amat akan kondisi sang istri.

"Sampe dia kenapa-napa gua gak segan bikin lo lebih dari ini" murka meeva.

Keributan yang mereka timbulkan berhenti kala dokter yang menangani nafa keluar ruang tindakan. Anjani dan meeva langsung menanyakan kondisi adik iparnya.

"Kondisinya sangat lemah tapi alhamdulillah janin yang ada di kandungan ibu Nafa berhasil selamat meski sudah berkali-kali bu nafa terkena benturan yang cukup kuat. Kondisi bayinya sangat rentan"

"Nafa hamil dok?" Tanya meeva

"Iya, sekitar 2 minggu usia kandungannya"

Jika semua yang ada diruangan itu mengucap syukur akan kondisi nafa yang sedang berbadan dua, beda halnya dengan Rio yang menggeram marah. Semua amarah kembali menguasai hingga kava yang menyadari hal itu langsung menepuk bahu sang adik.

"Berubahlah demi dia, demi anak kalian....."

"Anaknya dia bukan anakku" sahut rio

"Tapi kamu juga turut andil kan? Jangan sampai saat dia hilang kamu baru menyesal" ucap kava lalu menjauh menghampiri keluarga yang lain

Sudut hati terdalam rio merasakan nyeri kala mendengar wejangan dari sang kakak. Namun, ego lagi - lagi menguasai diri. Hingga akhirnya ia memilih pergi ke club malam dan menghabiskan waktu bersama wanita - wanita penghibur.

****
Seminggu berlalu, Nafa sudah diperbolehkan pulang. Dengan terpaksa Rio menjemput sang istri dirumah sakit dan membawanya ke apartment. Bersikap baik didepan semua anggota keluarga tak membuat Anjani dan Meeva percaya begitu saja.

Diperjalanan menuju apartment, Nafa memilih bungkam dengan jemari yang memainkan kausnya. Ditambah wajah ketakutan itu menghiasi perjalanan sunyi ditengah kemacetan ibukota. Rio yang melihat hal itu hanya menoleh sekilas tanpa rasa peduli sama sekali.

"Habis ini kamu resign jadi pramugari. Kamu dirumah aja" nafa hanya mengangguk lirih

"Punya mulut gak sih lo? Apa jangan - jangan sekarang lo udah bisu?"

"Iya" jawab nafa lirih

Setibanya dibasement apartment megah kawasan kelapa gading, Rio langsung berlalu begitu saja. Tidak peduli pada Nafa yang berusaha berjalan ditengah rasa pusing yang mendera.

"Lelet banget sih lo" ujar Rio seraya menyeret nafa menuju lift yang akan membawanya pada lantai tertinggi gedung tersebut.

Setibanya didalam apartment, Rio kembali menyeret Nafa bahkan menyuruh sang istri untuk membereskan apartmentnya yang sudah seperti kapal pecah

You're My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang