PART 4

624 30 2
                                    

Rio yang kembali ke rumah pada tengah malam, langsung bergegas menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti kala melihat lampu kamar yang ditempati oleh Nafa masih menyala.

Dengan ragu, ia menghampiri kamar tersebut. Pedarab mata itu meredup kala melihat seorang wanita tengah tidur terduduk beralaskan tangannya.

"Sketchbook?"

Dengan perlahan, Rio mengambil sketchbook tersebut. Terbesit untuk membukanya, dan saat buku itu sudah terbuka gambar gaun-gaun cantik. Senyum rio sedikit merekah, namun seketika senyuman itu berubah menjadi senyuman licik, dengan langkah perlahan ia keluar dari kamar sang istri dengan membawa sketchbook tersebut.

"Asal kamu tau, kamu gak akan pernah bisa menggapai mimpimu itu"

Dengan senyuman licik menghiasi wajahnya, perlahan Rio mulai menyobek satu per satu kertas berisi gambaran gaun-gaun indah tersebut. Hingga sebuah sticknote yang terjatuh mampu mengalihkan pandangan Rio.

"Semoga dari desain-desain ini suatu saat aku bisa bangun butik impianku" gumam Rio.

"Jangan harap mimpi itu bakal terwujud"

Setelah puas menghancurkan karya sang istri, Rio memilih kembali ke kamarnya. Hingga akhirnya pria itu terlelap sampai pagi menyapa.

*****
Pukul 3 dini hari, Nafa merasa badannya remuk karena tidur sembari duduk. Dan saat sadar sepenuhnya, Nafa langsung kelimpungan mencari sketchbook yang selama ini menjadi tempat dirinya mencari nafkah. Memang setelah menikah dan resign dari pramugari, Rio selalu memberikannya uang bulanan walau hanya sedikit. Dan hal itulah yang membuat Nafa memutuskan untuk menjual design-designnya kepada para designer yang membutuhkan design fashion kekinian.

Selain itu, diam-diam Nafa juga bekerja disebuah cafe kecil miliknya dibilangan senayan. Cafe yang ia buat 2 tahun lalu saat baru merintis karier dan ternyata cafe tersebut selalu ramai hingga hari ini. Dan tanpa sepengetahuan Rio, Nafa selalu pergi ke cafe kala masalah rumah tangganya tak kunjung surut.

"Mending aku ngambil air aja"

Dan saat sedang mengambil air, mata Nafa memicing kala melihat sobekan-sobekan kertas yang amat sangat ia kenali. Benar saja, saat serpihan kertas itu diambil, air mata Nafa langsung meluncur begitu saja. Dengan gerakan cepat, ia langsung mengambil semua kertas tersebut dan membawanya kedalam kamar. Menempelkan kertas-kertas itu hingga utuh kembali dan menyimpannya ditempat yang tidak Rio ketahui.

Pagi harinya, Nafa sudah memasak sarapan untuk sang suami namun hal yang didapat adalah sang suami yang langsung melengos begitu saja. Nafa tak ambil pusing, ia memilih untuk langsung membersihkan diri dan segera berangkat ke cafenya.

Setibanya di cafe, Nafa langsung melenggang menuju ruangannya dan segera berganti pakaian. Hari ini ia berniat untuk melayani para pembeli karena jarang sekali ia melayani para tamunya. Namun, kali ini yang harus ia layani adalah sang suami yang sedang asyik memeluk manja seorang wanita. Bahkan tak segan sang lelaki mencium mesra pipi wanita itu.

Dengan sekuat tenaga, Nafa menghampiri meja tersebut meski didalam hati ia sudah merasakan sakit yang teramat sangat. Namun, dengan bermodalkan senyum palsunya dan ketegarannya, ia melangkah mendekati meja tersebut.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?"

Sang lelaki yang tak lain adalah Rio langsung terkejut sementara sang wanita terlihat acuh. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama kala Rio langsung menarik Nafa menuju salah satu posisi cafe yang terbilang sepi.

"Ngapain lo disini? Ngikutin gua terus nyamar jadi waitress?"

"Gak, aku kerja disini" lirih Nafa tanpa berani menatap sang suami

You're My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang