PART 26

266 12 0
                                    

Setelah puas berbelanja perlengkapan untuk calon buah hati mereka yang sebentar lagi akan lahir, Rio dan Nafa kembali kerumah yang selama ini mereka tempati.

Setibanyanya dirumah tersebut, Nafa kembali terngiang akan ucapan sang suami jika rumah yang saat ini mereka tempati hanya mengontrak.

"Ngontrak? Tapi rumahnya segede begini" gumam Nafa seraya melihat kanan kiri pekarangan rumahnya yang luas dengan beragam fasilitas penunjang.

Nafa pun memilih untuk masuk kedalam rumah daripada sibuk memikirkan rumahnya yang ternyata ngontrak. Ia pun langsung memasuki sebuah kamar yang terletak disebelah kamarnya dan sang suami. Kamar yang belum didekorasi namun sudah terdapat sebuah ranjang dan juga beberapa lemari pakaian.

"Ini mau dimasukin dimana yank?," tanya Rio seraya menunjuk plastik belanjaan yang penuh dengan baju bayi

"Baju bayi kamu taroh dilemari yang tengah sebelah kanan, celananya taroh disebelah kiri. terus kaos kaki sama kaos tangan taroh dibawahnya, jangan sampe full ya mas biar gampang nariknya," Rio langsung mengacungkan jempolnya.

Nafa yang berniat membantu sang suami pun langsung dilarang sehingga membuat wanita itu cemberut meskipun ia juga memberikan beberapa instruksi kepada suaminya untuk memasukkan semua barang ke tempat yang tepat.

"Yank, ini bedongan, perlak, popok mau ditaruh mana?,"

"Taroh dilemari sebelahnya aja. popok dipaling bawah, perlak ditengah sama bedong. atasnya dipake buat tas aja kalo mau jalan - jalan biar gampang nyarinya. sama gendongannya juga,"

Butuh waktu kurang lebih satu jam hingga semua belanjaan yang mereka borong masuk kedalam tempatnya masing - masing. Setelah selesai, Nafa berniat membuat cemilan sehat untuk sang suami sehingga memilih turun duluan kedapur daripada harus menunggu Rio yang masih mandi.

"Non Nafa, mau apa? Ada yang bisa bibi bantu?,"

"Nggak ada Bi. Makan malam sudah siap Bi?,"

"Udah Non, Bibi juga udah ngambil buat Bibi sama Mbak Maryam. Bibi tinggal kebelakang dulu ya Non," Nafa hanya mengangguk

Memang setelaha kandungan Nafa semakin besar, Rio sengaja mencari ART agar bisa mengurangi kerjaan sang istri. Meskipun Rio harus menerima ocehan panjang lebar sang istri yang menolak menggunakan ART. Namun, setelah dibujuk rayu, akhirnya Nafa mau mengalah.

"Yank,"

"Hmmm," ujar Nafa yang masih asyik memotong buah - buahan.

"Ngapain kamu? Ini makan malam udah siap loh,"

"Iya tau, nih buat kamu. Katanya mau diet kan? Nih makanannya," seketika Rio melongo

"Harus banget makan ini sekarang yank?," Nafa kembali mengangguk

"Iya, daripada makan nasi" ujar Nafa

Rio hanya bisa menghembuskan nafas pasrahnya. Karena beberapa hari yang lalu, Rio bercerita pada Nafa jika ia ingin melalukan diet lantaran ia merasa gemukan ditambah dengan beberapa celana kantor serta jas yang amat sesak jika digunakana. Nafa awalnya melongo tak percaya. Namun, setelah melihat tubuh sang suami yang memang berbeda akhirnya Nafa menyetujui ide diet itu.

"Kamu loh mas yang bilang waktu itu. Gara-gara jas sama celana kantor kamu udah pada sempit. Emang kamu makan apa aja sih sampe gendutan kayak begini?" Tanya Nafa seraya mencubit pipi Rio yang menjadi chubby

"Isshhh sakit tau. Kamu lupa apa, aku makan semua yang kamu bikin. Nasi, sayur, lauk, cookies, cupcake, segala macem belum minumannya yang menggugah selera" gerutu Rio

Nafa yang mendengarkan curhatan Rio hanya bisa terkekeh. Ia pun juga mengambil makan malamnya yang sebenarnya sangat menggoda untuk seorang Rio yang sedang program diet.

"Yank"

"Hmmm"

"Sayanggg"

"Apa sih?" Ujar nafa kesal

"Bagi dikit boleh?"

"Nggak"

Seketika rio langsung memanyunkan bibirnya membuat Nafa terkekeh

"Dek, nanti jangan ikutin kelakuan ayah ya" ujar nafa seraya mengelus perut buncitnya.

*****
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 tapi Nafa belum juga memejamkan matanya. Ia masih menunggu kedatangan suaminya yang sampai saat ini masih stand by di ruang kerja.

Karena sudah kesal, akhirnya Nafa melangkah menuju ruang kerja rio yang letaknya diseberang kamar mereka. Nafa dibuat bingung lantaran tumben sekali sang suami tidak menutup rapat pintunya.

Diintipnya sang suami yang asyik menggenggam sebuah miniatur pesawat. Lebih tepatnya miniatur pesawat tempat dulu mereka pernah bekerja, salah satu maskapai plat merah Indonesia. Seketika airmata Nafa luruh. Nafa tau jika suaminya pasti rindu bekerja disana lagi. Kantor bukanlah tempat favorit rio, tapi dibalik kemudi burung besi itulah tempat ternyaman rio.

Dengan sekuat tenaga dan menahan airmata, Nafa memberanikan diri untuk masuk kedalam ruang kerja sang suami. Rio yang melihat kedatangan Nafa hanya tersenyum lalu menyuruhkan mendekat hingga berakhir Nafa yang menjerit lantaran Rio menarik dirinya untuk duduk dipangkuan suaminya itu.

"Kenapa? Tumben belum tidur. Biasanya aku balik dari sini kamu udah tidur loh"

"Belum ngantuk. Lagian mas lama banget" rajuk nafa

"Nungguin mas nih ceritanya?" Goda rio

"Iyalah, orang tidur mau dipeluk sama mas"

Rio terbengong mendengar ucapan sang istri. Tumben sekali istrinya ini mudah merajuk. Sepertinya hormon kehamilan yang membuatnya menjadi begini.

"Mas ngapain disini?" Tanya nafa

"Nyelesaiin tugas"

"Mas kangen terbang nggak?" Tanya Nafa tiba-tiba

"Kalopun mas kangen, nggak mungkin mas bakal realisasiin keinginan mas itu. Mas butuh duit buat mulai semuanya dari 0 lagi. Masuk ke maskapai nggak semudah itu sayang"

"Maafin nafa ya, gara-gara nafa mas jadi resign dari maskapai"

"Semua bukan salah kamu. Tapi salah mas, mas juga udah menghancurkan impian kamu menjadi seorang pramugari biar bisa keliling dunia" ujar rio seraya mengelus punggung sang istri.

"Darimana mas tau?"

Karena seingat nafa dirinya hanya pernah menuliskan cita-citanya itu pada sebuah buku diary yang selalu ia tulis diawal pernikahannya dengan rio. Semua kesakitannya, ia tuangkan dibuku itu. Namun, saat ini Nafa tidak tau keberadaan buku itu.

"Dari sini" ujar Rio lalu membuka salah satu laci meja kerjanya.

Mata nafa membola saat melihat buku diarynya ada diruang kerja sang suami. Bagaimana bisa, perasaan dulu ia selalu menarihnya dikolong tempat tidur.

"Maafin mas ya sayang, dulu diawal pernikahan mas selalu marahin kamu, nampar kamu, dan benci sama kamu"

"Aku udah maafin mas, tapi kenapa buku itu ada disini?"

"Waktu itu aku nyuruh bibi buat bersihin kamar, terus bibi nemu ini dikolong tempat tidur, dikasih deh ke aku. Dari buku ini aku jadi tau semua keluh kesah kamu semasa awal pernikahan kita. Dan aku juga pengen ngerealisasiin impian kamu. Kita nanti jalan-jalan keliling dunia ya?"

"Hah? Serius?"

"Iya, tapi nanti. Nunggu dedek bayi lahir biar bertiga jalan-jalannya"

"Iya mas aku mau. Makasih mas udah mau mewujudkan salah satu mimpiku"

"Pasti sayang. Udah yuk tidur, kamu udah ngantuk berat itu. Matanya sampe merah gitu"

"Gendonggg"

"Iya iya digendong" ujar rio lalu menggendong nafa ala koala.

Setibanya mereka dikamar, rio langsung ke kamar mandi dan nafa sudah berbaring di ranjang. Saat rio keluar, ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat sang istri yang sudah tertidur pulas. Ia pun ikut menyusul tidur disebelah sang istri.

"Sweet dream kesayangan ayah" ujar rio seraya mengecup pipi chubby nafa dan mengelus perut buncit sang istri hingga rio ikut terlelap.

*****BERSAMBUNG*****

You're My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang