[3] My first kiss?

139 57 206
                                    

Ciuman pertama adalah salah satu kenangan yang akan selalu kita ingat. Tergantung dari diri kalian sendiri, ingin mengingat apa itu kenangan buruk atau bukan.

"Ding Dong cepetan dong! Mama gue udah nungguin daritadi ini" rengekkan Indi tidak dihiraukan oleh Adinda yang saat ini lebih memfokuskan dirinya pada game kesukaannya yaitu puzzle jewel.

"Ding Dong!" panggil Indi.

"Hm?"

"Ayo pulang!"

"Sabar"

"Cepetan ih!"

"Dikit la-Ah sial!" umpat Adinda.

"Kalah?" tanya Indi sok polos.

"Lo masih nanya hah?" kesal Adinda sembari memasukkan handphonenya ke dalam tasnya. Indi pun menampilkan cengirannya.

"Pulang sendiri sana!" perintah Adinda.

"Jangan marah-marah! Lebih baik sekarang lo anterin gue pulang, nanti gue bakalan kasih 5.000 sebagai bayaran" Indi mulai menawarkan bayaran kepada Adinda.

"Lo kira gue ojek hah?"

"Lah emang lo ojek gue kan?"

"Anak setan!"

"Anak iblis!"

"Anak dakj-"

"Udah-udah. Mendingan kita pulang sekarang!" potong Indi. Adinda pun menyetujuinya, dikarenakan dirinya juga sudah lelah sekali.

Adinda bergerak mencari kunci motornya, namun hasilnya nihil. Adinda pun segera menatap Indi yang juga menatap ke arah dirinya.

"Jangan bilang kunci lo hilang! Kunci lo gak hilangkan?" tanya Indi.

"Kunci gak ada di lo?" tanya Adinda balik.

"Gak ada"

"Seriusan?"

"Iye ibu. Kunci lo gak ada di gue"

Adinda mulai panik mencari keberadaan kuncinya. Jujur, Adinda sangat buruk jika harus mengingat dan mencari sesuatu yang dihilangkannya seperti ini.

"Gimana nih? Mana yang lain udah pulang lagi" apa yang diucapkan Indi benar adanya. Para sahabat mereka yang lain sudah pulang lebih dahulu.

"Mama lagi nyuruh-nyuruh gue pulang cepet" keluh Indi.

"Tumben disuruh pulang cepet!" komentar Adinda.

"Tau tuh. Katanya mau ada acara makan gitu sama koleganya pa-"

"Jangan-jangan lo mau dijodohin!" potong Adinda.

"Hah? Dijodohin?" beo Indi.

"Ya siapa taukan. Lagipula mama dan papa lo pasti udah gak kuat harus ngurus lo, jadi mendingan lo dijodohin aja, biar beban mereka berkurang" canda Adinda.

"Sialan lo!" umpat Indi. Adinda pun tertawa melihat kekesalan sahabatnya itu.

"Ish! Mana udah nelfon-nelfon lagi" sekali lagi Indi mengeluh, dikarenakan orangtuanya terus saja menelfon dirinya.

"Yaudah. Lo pesen gojek sana!" perintah Adinda.

"Trus lo gimana? Masa gue ninggalin lo sendirian disini" tampak jelas raut wajah khawatir yang ditunjukkan oleh Indi.

"Gue bisa bareng Kris" tidak perlu menunggu waktu lama, raut wajah khawatir segera hilang dari wajah Indi.

"Anak setan! Percuma gue khawatirin lo" kesal Indi.

A & A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang