[7] Hoax

92 49 159
                                    

Adinda berusaha terlihat tenang saat ini. Namun, didalam hati dan pikirannya tentu saja sangat menggila.

"Bocil sialan! Kurang ajar banget sumpah!" batin Adinda.

Bagaimana Adinda tidak menggila saat ini? Akibat perkataan penuh omong kosong Arjuna tadi pagi berhasil menjadi bahan pembicaraan seluruh murid disekolah mereka.

"Lo udah tunangan?"

Pertanyaan yang terdiri dari 3 kata itu sungguh membuat Adinda menggila. Tidak bisa terhitung berapa banyak murid yang mengajukan pertanyaan penuh omong kosong ini kepadanya sedari pagi tadi.

Langkah kaki Adinda bergerak menuju ruangan Osis. Setidaknya ruangan ini bisa menjadi tempat pelarian baginya, berhubung ruangan ini hanya bisa dimasuki oleh pemegang kunci, yaitu dirinya sendiri.

Cklek!

"Kal-"

"SUPRISE!" para sahabat Adinda telah menunggu dengan senyuman lebar didalam ruangan Osis. Tentu saja, mereka semua telah membuat ruangan ini menjadi terlihat begitu berantakan.

"Gimana caranya kalian bisa masuk?" tanpa basa-basi Adinda bertanya dan jangan lupakan dengan tatapan tajam.

"Kitakan punya kuncinya duplikatnya" itu jawaban Indi.

"Lo nyuri?"

"Heh sembarangan!"

"Trus kenapa bisa ada di lo hah?"

"Ini kan kunci duplikat yang waktu itu lo nyuruh gue buat" Adinda terdiam mendengar penjelasan Indi. Memang benar bahwa dirinya pernah meminta Indi untuk membuat kunci duplikat ruangan Osis.

"Kembaliin!" perintah Adinda.

"Udah. Mendingan gue aja yang megang. Ntar lo lupa dan hilangin seperti biasanya" balas Indi.

"Gak. Nanti lo bakalan ngulangin kesalahan yang sama" balas Adinda.

"Kesalahan yang sama?"

"Iya"

"Apa?"

"Menyelinap masuk disini. Bahkan ngajak mereka semua" kali ini Indi hanya bisa menampilkan cengirannya.

"Jangan marah-marahlah! Gue lagi serasa diomelin emak gue" cibir Likze.

"Nah bener nih! Kali ini gue setuju sama apa yang dikatakan anak kucing ini" tambah Alisma.

"Keluar!" usir Adinda.

"GAK MAU!"

"Keluar!"

"GAK MAU!"

"Gue bakalan hitung sampai tiga. Satu.....dua......tig-"

"Mendingan lo duduk!" potong Juju. Adinda menggeleng menolak.

"Ngelawan hah? Duduk!" sekali lagi Juju memerintah dan kali ini Adinda menurut. Diantara para sahabatnya, hanya Juju yang berhasil membuat Adinda patuh saat diperintah.

"By the way, ada sesuatu hal yang penting banget yang harus kita semua tanyain ke lo" kali ini Mille angkat bicara.

"Gue gak mau jawab" tolak Adinda.

"Tapi kita bakalan tanyain terus dan otomatis lo bakalan jawab, walaupun dengan terpaksa" sahut Mantha. Dalam diam, Adinda membenarkan apa yang dikatakan Mantha. Pastinya dirinya akan terpaksa menjawab pertanyaan, jika didesak setiap saat oleh mereka.

"Jadi kita bakalan te-"

"Yaudah. Apa?" Adinda pasrah sekarang. Apapun yang akan ditanyakan para sahabatnya, pasti akan dijawab olehnya.

A & A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang