[19] Wedding day

72 39 160
                                    

Hari ini adalah pernikahan kak Roos dengan kak Adam. Adinda menatap kakaknya yang tengah mengenakan gaun pengantin sedang tertawa kecil bersama calon suaminya. Dia tampak bahagia dan Adinda ikut bahagia melihatnya.

"Din" suara panggilan Mille menarik perhatian Adinda.

"Apa?"

"Udah cocok gak gue sama 'DIA'?" sosok yang dimaksud DIA adalah Cameron Alexander Dallas.

"Dih! Najis!"

"Eh. Gak boleh iri sama cecan"

"Mau gue tampol hah?"

"Gue maunya denger jawaban lo. Gue cocokkan sama 'DIA'?!" Mille semakin gencar memanasi perasaan Adinda.

"Lo mau denger jawaban jujur atau jawaban sangat jujur?"

"Sangat juj-"

"Dia tampak sangat gak bahagia sama lo" 

"Jangan ngomong kek gitu! Iri boleh, tapi menyebarkan fitnah jangan"

"Gue hanya mencoba untuk menjawab dengan sangat jujur, Millenia Alexia"

"Tai" pasrah Mille. Adinda tersenyum penuh kemenangan melihat Mille yang telah kalah berdebat dengannya. 

"By the way. Arjuna mana? Kok dia belum muncul sih?" namun senyuman kemenangan Adinda segera menghilang saat mendapatkan pertanyaan mengenai Arjuna dari Mille. Dengan perlahan Adinda menatap ke samping dan melihat tempat yang seharusnya ditempati oleh Arjuna masih kosong. Apa Arjuna tidak akan datang?

"Adinda. Kok dia bel-"

"Gue gak tau" potong Adinda cepat. Sampai sekarang Adinda masih merasa bersalah akan perlakuannya tadi malam kepada Arjuna. Tak bisa diungkiri juga bahwa dirinya sedih dengan ketidakhadiran Arjuna saat ini.

"Hey. Are you okay?" suara itu membuat Adinda menatap ke depan. Cameron tengah bertanya kepadanya.

"Are you okay?" ulang Cameron.

"I'm...I'm okay"

"Are you sure?"

"Yeah" Adinda berbohong. Lebih baik dirinya berbohong, daripada harus membuat semua orang khawatir.

"Lo kenapa?" namun sialnya, semua orang tetap merasa khawatir kepada Adinda.

"Gue hanya terbawa suasana. Sebentar lagi mak lampir mau jadi istri orang, ja-"

"HAH?! MAK LAMPIR?! MAKSUD LO GUE?!" teriakan Roos menarik perhatian semua orang. Dirinya tampak tidak percaya disebut Mak Lampir.

"Iya. Lo kan Mak Lampir"

"Sialan!" Roos pun segera berjalan mendekati Adinda. Keduanya saling menatap satu sama lain dalam keheningan.

"Kalau gue peluk lo sekarang, apa nanti akan terlihat lebay?" pertanyaan Roos membuat Adinda mendelik geli.

"Hal itu akan terlihat sangat menjijikkan"

"I know. But I wa-"

"Iyaiya. Untuk kali ini gue rasa gak papa untuk dipeluk sama lo"

"AAAAAAHHHH! ADIKKU SAYANG!" dengan teriakan membahana Roos segera bergerak memeluk tubuh Adinda.

"Telinga gue bakalan tuli mendadak"

"Apa? Kamu sayang sama aku?"

"Nah ini yang gue maksud akan terlihat sangat menjijikkan!"

"Bodo amat. Aku tau kamu mau disayang-sayang sama aku" 

A & A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang